Diri Lalong, hanya nama yang tertulis pada sebuah plan di sebuah dusun kecil di Desa Boru. Mereka adalah pejuang yang mempertahan Lewo dari kaum yang ingin menguasai wilayah Lewo Rianwulon.
Perjuangan mereka memang tidak tercatat secara utuh dalam buku sejarah. Cerita lisan dan literatur mengenai Diri Lolong cuma diketahui seputaran kalangan keluarga. Apa memang diketahui masyarakat Lewo Boru tetapi sengaja diabaikan?
Masuknya kaum penguasa sebelum Kolonial Belanda yang berambisi menduduki Lewo Rian Wulon menjadi cikal bakal perjuangan Diri dan Lalong. Pada masa itu terjadi peperangan panjang. Diri Lalong bersama pasukan Rianwulon akhirnya berhasil menduduki dan mempertahankan wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh penguasa.Â
Adapun beberapa pahlawan yang turut berjuang pada zaman itu yang kini hampir tak dikenal yakni Ribu Liwun, Raga Lewar, Seba' Hikon, Blate' Soge, mereka adalah pejuang tangguh. Eksistensi Lewo Rianwulon zaman itu sangat disegani sehingga sulit dipengaruhi oleh pemerintahan kerajaan zaman itu.
"Punan Rupat Tupat, Mopor Rupan Lori" adalah semboyan persatuan. Perjuangan mereka membuahkan hasil yang baik. Wilayah Lewo Rianwolon akhirnya berkembang menjadi besar hingga kini menjadi Desa Boru dengan batas ulayat dan administrasi yang pasti.Ironisnya, Kepahlawanan mereka seakan-akan terlupakan.
Lalong Wato'n adalah benteng pertahanan, Belo Raga, Wai'Dan, Lewo Wolor adalah bukti sejarah perjuangan. Mereka tak butuh monumen dan patung megah setinggi 15 meter untuk menghormati mereka. Mereka adalah pahlawan sejati yang tidak pernah butuh penghargaan, pengakuan apalagi tanda jasa. Â (Atten Laba' Napan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H