Mohon tunggu...
Attar Musharih
Attar Musharih Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Attar Musharih

Seorang pengamat bola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Datangnya Ronald Koeman dan Kegagalan Adaptasi Sepak Bola Barcelona (Medioker UCL)

24 Agustus 2020   12:12 Diperbarui: 24 Agustus 2020   12:05 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Baru Barcelona, Ronald Koeman. (foto: Getty Images via metro.co.uk)

Barcelona kembali harus gugur dalam ajang UCL secara mengenaskan dan sangat tragis, klub Catalan ini dipaksa menyerah dan harus merelakan gawang Marc Andre Ter Stegen dibobol sebanyak 8 kali oleh para punggawa De Bavarian. 

Berhadapan dengan Bayern Muenchen pada babak 8 besar, Barcelona memang sejak awal sudah menyabet status tim underdog karena Bayern secara permainan dan konsistensi jauh lebih baik dan unggul dibandingkan Barcelona yang memasuki fase terburuknya saat ini.

Musim ke musim dilalui, Barcelona selalu menginginkan perubahan tetapi tidak benar-benar melakukannya. Tampaknya setelah dikalahkan memalukan secara 2 tahun berturut-turut, kendati memiliki keunggulan sebanyak 3 gol tetapi tetap saja Blaugrana dipaksa tunduk memalukan dan tenggelam merana dalam lautan gelap. 

As Roma dan Liverpool menjadi klub mimpi buruk Barcelona, mereka berhasil melibas lawan pada saat leg pertama namun justru terjungkan pada pertemuan kedua meskipun secara mental, seharusnya Barca bisa lebih tenang karena sudah memiliki defisit gol yang cukup jauh.

Ada apa dengan Barcelona? klub yang dahulunya pada masa kejayaannya selalu dikenang dengan permainan indah dan juga rivalitas hidup mati antara Blaugrana dan Los Blancos akan selalu menjadi salah satu ikon dibalik bidang olahraga Sepakbola ini. Generasi emas yang telah mengukir prestasi dan mengangkat bendera Barcelona secara tinggi merajai dunia Sepakbola justru menjadi aktor dibalik kehancuran Barca yang nyata saat ini. Pemain yang sudah meraih segalanya bersama Barcelona justru secara perlahan-lahan mulai mengubur klub yang mereka cintai ke dalam tanah dan kepunahan.

Pemain senior tampil sangat memalukan dan menyedihkan saat mereka berjumpa Bayern Muenchen. Generasi emas yang selalu dibanggakan yakni Messi bersama kawan-kawannya justru menjadi alasan besar mengapa Barcelona tidak bisa berkembang saat ini. 

Blaugrana terlalu tergantung dengan pemain senior mereka namun cara bermain para generasi emas ini sudah sangat terbaca serta kemampuan mereka sudah memudar dan tak lama lagi akan digantikan dengan pemain-pemain yang masih berusia belia, memiliki karir panjang dan siap menerbitkan langkah baru mereka di medan hijau ini.

Menjuarai UCL, yang merupakan trofi terbesar untuk dunia persepakbolaan Eropa khusus club, bukanlah suatu hal yang mustahil atau tidak mungkin sama sekali, apalagi untuk klub sekelas Barca. 

Rival mereka Real Madrid sudah membuktikan hal tersebut dengan membawa pulang trofi ini selama 3 kali berturut-turut, padahal apabila kita mengulas kembali, Barcelona selalu mendominasi di liga Spanyol tetapi selalu saja keok di Eropa, sedangkan Real Madrid yang tidak terlalu fokus dalam ajang domestik dan seringkali juga disulitkan oleh kekuatan Blaugrana di La-Liga justru berhasil meraih trofi yang di-idam-idamkan Blaugrana tersebut.

Menjuarai UCL memang sulit tetapi tidak mustahil, sangat banyak langkah dan rintangan yang harus dilalui, namun Blaugrana sudah mengambil jalur yang salah, yang dahulunya dikenal sebagai salah satu pionir calon kuat jawara UCL, kini hanya menjadi bulan-bulanan tim yang sedang onfire dan tampaknya mulai menyadari bahwa Barcelona adalah lawan yang mudah untuk dikalahkan. 

Mengapa mudah? Bayangkan saja, Liverpool yang tidak didampingi oleh Moh Salah dan Firminho yang merupakan sumber gol utama mereka justru mampu membombardir pertahanan Barcelona dan menyarangkan 4 gol skaligus kendati tidak didampingi oleh 70% sumber penyerangan mereka.

Musim 2018-2019 Sungguh menyedihkan dan medioker. Alasan utama Barcelona bisa meraih gelar pada saat itu murni karena penurunan drastis yang dialami Real Madrid, tampaknya Los Blancos masih sulit mengisi kekosongan pos yang ditinggalkan oleh Ronaldo. 

Sedangkan di sisi lain, tetangga sekota Real Madrid yakni Atletico selalu saja tampil inkonsisten kendati memiliki skuad yang cukup baik. Barcelona di sisi lain tampil baik tetapi hanya pada ajang domestik. 

Barcelona bisa tampil konsisten karena lawan-lawan mereka lebih memilih bermain bertahan dan tidak terlalu agressiv, selain itu, Barcelona juga masih memiliki berbagai pemain berpengalaman yang sudah terbiasa dengan atmosfir Sepakbola Spanyol. 

Terbukti Barcelona hanya bisa berbuat banyak di liga mereka sendiri, tetapi saat pemain-pemain senior mereka bertemu dengan lawan-lawan di UCL yang memiliki taktik yang jauh berbeda dibandingkan saingan La-Liga membuat Barcelona kocar-kacir. 

Memenangkan UCL adalah suatu hal yang jauh lebih rumit dibandingkan liga domestik. Variasi permainan Barcelona sangatlah kurang dan monoton, menjadikan mereka sangat muda terbaca oleh tim-tim besar sehingga hanya dibutuhkan taktik yang rapi dan efektif, maka hal itu sudah cukup untuk menghukum Barcelona.

Bukan maksud saya mengatakan bahwa tim-tim La-Liga kurang kompetitif, tetapi memang Barcelona berada satu langkah lebih maju dibandingkan kompetitor mereka pada ajang domestik, begitu pula dengan Real Madrid dan Atletico yang memiliki kemajuan dibandingkan lawan-lawan mereka. 

Namun di UCL, lawan sangat bervariasi, mereka memiliki tekad dan motivasi  yang lebih besar dalam ajang ini, mengingat dalam kompetisi ini menggunakan sistem gugur, otomatis semangat dan intensitas ditingkatkan, "You Fight or You GO Home".

Berbeda dengan mental para lawan saat di La-Liga atau ajang domestik, dimana lebih menuju kepada evaluasi dan konsistensi. Artinya meskipun mereka kalah minggu ini, mereka masih ada dalam kompetisi ini hingga 38 pertandingan.

Mental Barcelona tidak ada bedanya saat mereka bermain di La-Liga dan UCL, seakan-akan semuanya sama dimana taktik mereka begitu saja, padahal perubahan taktik dan permainan sangat diperlukan agar mereka kembali merajai dunia persepakbolaan atau setidaknya tidak keluar dan gugur secara mengenaskan dan memalukan. 

Kalah dalam pertandingan adalah hal yang biasa, tetapi dihancurkan dan dipermalukan harkat martabat dan harga diri bukanlah hal yang normal lagi bagi klub seperti Barcelona. Klub macam apa yang membiarkan gawang mereka dibobol sebanyak 8 kai tetapi tidak memberikan reaksi atau frustasi sama sekali?.

Memakai seragam Barcelona adalah suatu kebanggaan, begitu pula dengan semua klub besar yang ada di Eropa. Barcelona sudah jatuh status mereka musim depan sudah tidak layak lagi disebut sebagai calon juara. 

Hal seperti ini harus diterima oleh fans Barcelona, bahkan menurut saya Blaugrana lebih parah dibandingkan Ac Milan, karena setidaknya klub asal Italia ini menunjukkan passion mereka dalam bermain dan menggambarkan semangat yang berkobar saat mereka berseragam hitam merah tersebut. Mereka boleh terpuruk tetapi mereka tidak dipermalukan,tidak merana dan masih punya harga diri.

Gaji pemain FC Barcelona sudah melebihi batas standar, hal ini juga menjadi salah satu faktor mengapa keuangan Barcelona sangatlah menurun dan kritis. Presiden Bartomeu benar-benar kurang dalam hal bernegosiasi, gaji dan kontrak para pemain sudah tidak wajar lagi. 

Coutinho adalah punggawa Barcelona yang dipinjamkan ke Bayern Muenchen menjadi pemain dengan gaji termahal disana, bahkan mengalahkan Robert Lewandowski, salah satu megastar dan pemain terbaik kubu De Bavarian.

Dengan gaji yang cukup baik,seharusnya pemain Barcelona lebih termotivasi lagi. Kebobolan 8 gol sudah tidak wajar lagi. Harus diakui Bayern Muenchen memang klub terkomplit dan terbaik saat ini. Namun dengan skuad pemain yang penuh pengalaman dan sudah terbiasa dengan tekanan, setidaknya Barcelona bisa mengurangi skor hancur ini minimal menjadi 5 gol saja. 

Dari babak pertama saja permainan Barcelona sudah tidak waras, dimulai dari sepakan menuju gawang pertama dari Thomas Mueller di menit ke 3 menjadi gerbong pembuka pesta gol De Bavarian.

Kendati mampu menyamakan kedudukan dari gol bunuh diri David Alaba, Barcelona sempat memberikan perlawanan lewat peluang Suarez dan tendangan Messi yang mengenai tiang gawang, namun tampaknya ini adalah salah satu contoh taktik Bayern Muenchen yang mengurangi sedikit intensitas permainan mereka di awal laga, demi menghemat tenaga dan mencari kelemahan serta ritme permainan lawan. 

Dan tampaknya Bayern sudah mengetahui taktik Blaugrana yang sangat mudah terbaca, Ter Stegen pun dipaksa melakukan blunder berkali-kali, Semedo benar-benar meninggalkan posnya yang menyebabkan Bayern leluasa menyerang dari samping. 

Gol kedua dan ketiga dari Bayern Menchen murni kesalahan fullback, yang dimana pada gol Perisic menit ke 21, sebuah kesalah pahaman dari Roberto dan Semedo berbuah fatal dan dibalas dengan kecepatan permainan Bayern yang menghukum gawang Ter Stegen. 

Penjagaan pemain dan sektor area pertahanan adalah hal terburuk yang ditunjukkan oleh Blaugrana, seakan-akan mereka tidak layak bermain di UCL. 

Lenglet dan Pique dibuat gigit jari oleh keganasan serangan Bayern Muenchen, fullback de Bavarian seperti Kimmich dan Davies benar-benar menghancurkan pertahanan Barca dengan passing-passing mematikan mereka. Lini tengah Barca juga dibuat mati kutu oleh kecerdasan Thiago Alcantara dan keperkasaan dari Goretzka.

Bayern benar-benar mendominasi dan menunjukkan kelasnya diatas Barca. Tetapi sebagai klub raksasa Spanyol, seharusnya Barcelona memiliki semangat juang meskipun kalah dalam kualitas dan cara bermain tetapi tetap saja kerja keras dapat merubah setidaknya papan skor yang memalukan tersebut. 

Sungguh hasil yang mengecewakan dan akan selalu terkenang sebagai sejarah terburuk bagi klub catalan ini. Dampak kekalahan memalukan ini akhirnya membuka pandangan Barcelona yang tertutup dan sempit. Sudah dua tahun berturut-turut sebelum pembantaian Bayern Muenchen, Barcelona sudah berada pada dasar terhina dan kehancuran.

Blaugrana juga pernah dipermalukan saat bersua Bayern Muenchen dalam ajang UCL 2012-2013 tetapi setidaknya pada saat itu, masih ada perjuangan kendati skor besar tetapi secara tekhnik mereka tidak dipermalukan dari segala sisi, Bayern hanya lebih produktif dalam cetak gol dan mampu menghabisi taktik Tiki-Taka Barca pada saat itu. 

Barcelona masih tetap berdiri tegak walaupun dalam pembantaian dan bangkit 2 musim berikutnya, membeli beberapa pemain berkualitas dan memanfaatkannya, sungguh berbeda dengan sekarang.

Memboyong Coutinho dari Liverpool dengan harga 145 M hanya untuk berperan sebagai algojo terakhir yang menuntaskan sudah permainan Barca yang menyedihkan, sejak gol dari Ivan Perisic sampai ditutup oleh pemain Brazil ini. 

Setidaknya saat kekalahan 7-0 lewat agregat di tahun 2013, Barcelona tidak dikuasai dan didominasi seperti ini, dalam pertandingan babak 8 besar tersebut, Bayern Muenchen bukan sekedar unggul dalam produktifitas dan efektivitas mencetak gol tetapi juga membuktikan bahwa Barca tidak bermain tiki-taka lagi, melainkan bertahan tetapi yang kocar-kacir bagaikan anak SSB baru latihan setelah libur berbulan-bulan. 

Padahal dalam skuad mereka ada nama anyar terbaru dari De Jong dan Griezmann, diboyong dengan harga total 200 M lebih tetapi justru menampilkan performa terburuk. Bahkan Lionel Messi dibuat menghilang selama pertandingan ini, seakan-akan La-Pulga bukan lagi pemain terbaik dunia yang kita ketahui. 

Alphonso Davies, pemain muda berusia 19 tahun menghancurkan pertahanan Barcelona dalam hitungan detik saja dan memperlengkap sudah kehancuran Barcelona dalam laga itu. 

Ada apa dengan mantan klub besar Eropa ini? Memiliki filosofi unik tersendiri namun tampaknya hal itu sudah menghilang seiring perkembangan jaman. Sejak zaman kejayaan terakhir musim 2014-2015, tidak ada sama sekali pemain yang besar dari La-Masia. 

Mereka benar-benar melupakan salah satu alasan mereka termasuk klub yang diperhitungkan saat ini, padahal sebelumnya Barcelona tidak sehebat sekarang, pada era dahulu, hanyalah Real Madrid yang dominan mewakili keperkasaan Sepakbola Spanyol.

Namun sejak munculnya La-Masia, Barcelona mulai bisa berbicara banyak pada ajang Eropa, terbukti dari hasil kerja keras mereka berbuah hasil dalam pergelaran UCL 2008-2009,2010-2011 & 2014-2015. Hampir skuad Barcelona pada saat itu dikuasai oleh didikan besar La Masia yang juga kemudian mengambil andil besar dalam kejayaan Spanyol merajai dunia dalam Piala Dunia 2010. 

Barcelona yang pada era kejayaannya selalu ditakuti dan disegani, kini hanya menjadi bahan lawakan saja dan mulai menyabet gelar badut Eropa. Layakkah Barcelona mendapatkan gelar seperti itu?

Tentu saja iya. 5 Tahun terakhir mereka menghabiskan banyak uang untuk proyek- proyek megah mengejar pemain berkualitas namun tidak ada satu pun yang berhasil. Tampaknya pembelian Suarez dan Neymar adalah yang terakhir berbuah dan bekerja baik untuk Blaugrana, sisanya kurang memuaskan terutama dalam kancah Eropa. 

Tidak ada yang salah mati-matian mencari pemain terbaik dan berjuang demi UCL, tetapi Barcelona sangat menyedihkan dalam hal perencanaan sehingga banyak dari uang yang telah mereka habiskan hanya berakhir kerugian dan kekecawaan. 

Seluruh tim yang berpartisipasi di UCL pasti pada akhirnya akan gugur juga, karena dari 32 peserta hanya akan ada 1 yang menang, tetapi dalam kasus Barcelona, mereka selalu keluar dengan keadaan terhina, tentunya ini akan sangat berpengaruh pada mental pemain dan keberlansungan klub.

Namun tetap saja Bartomeu dan kawan-kawan tidak memikirkan hal tersebut sejak saat dikalahkan oleh AS Roma yang kemudian menjadi tradisi yang dilanjutkan oleh The Reds.

Hingga pada akhirnya sebuah bom atom terakhir dilesatkan oleh Bayern Muenchen benar-benar memperlihatkan kepada dunia bahwa Blaugrana yang sekarang hanya tim medioker di UCL, setidaknya tim lain dapat gugur secara terhormat, bukan dengan tercomeback 2 kali berturut-turut dan terbantai 8-2.

Bagaimana bisa Barca ingin memantapkan diri mereka sebagai rival Real Madrid, sedangkan Los Blancos sendiri berhasil menjawarai UCL 3 kali berturut-turut sedangkan Blaugrana justru dipermalukan selama 3 tahun berturut-turut. Hanya Barcelona yang dapat merubah ini sendiri, mereka tidak boleh terbawa dalam kehancuran, karena sesungguhnya Sepakbola masalah adaptasi. Tim yang mampu segera bangkit dari keterpurukan maka akan selalu bertahan di puncak. 

Barcelona harus belajar banyak dari pesaingnya. Contoh lah Liverpool, sang juara UCL musim lalu ini benar-benar terpuruk dalam tahun-tahun terakhir tetapi akibat datangnya Klopp dan kesabaran manajemen, tidak mengharapkan kejayaan instan akhirnya membuahkan hasil. Tim yang pada dahulunya memiliki penyerangan terburuk, justru kini menjadi hewan buas bagi seluruh gawang lawan dengan trisula Firmansyah mereka. 

Selain Liverpool, mari kita lihat Bayern Muenchen. Musim lalu mereka dikalahkan dihadapan ribuan pendukung mereka oleh The Reds dengan skor 3-1, apa yang dilakukan manajemen?

Regenerasi dan mendatangkan pemain yang berkualitas serta memiliki rencana untuk pemain yang mereka boyong, bukan hanya sekedar membeli dan memberikan mereka posisi yang salah. 

Contoh dari ketidaksabaran Barcelona dalam meraih kejayaan adalah meminjamkan Coutinho, padahal pemain Brazil ini memiliki jiwa kreatif yang akan sangat membantu Barcelona yang sangat tergantung kepada Messi dalam soal membangun serangan.

Barcelona membeli Griezmann dengan harga yang tidak wajar dan bukannya berusaha bernegosiasi terlebih dahulu dengan Atletico, mereka secara terburu-buru menebus klausul pemain asal Prancis ini. 

Okelah, Griezmann memang pemain berkualitas, tetapi apakah ada rencana Barcelona dibalik pembelian Griezmann?, akankah pemain asal Prancis ini diplot sebagai pengganti Suarez yang performanya turun terus menerus setiap tahun?

Tampaknya kebodohan manajemen kembali terlihat dimana mereka masih mengharapkan harapan palsu, memaksakan mendatangkan Neymar dengan menawarkan berbagai pemain-pemain yang sangat sulit mereka dapatkan pada awalnya seperti Griezmann dan Coutinho. 

Griezmann yang dahulunya bekerja sangat baik sebagai penyerang anyar Atletico justru dipaksa menggantikan posisi Neymar, yang dimana orang Prancis satu ini merupakan tipikal pemain yang jarang menggocek tetapi lebih menuju ke arah mencetak gol dan satu dua sentuhan, sangat wajar apabila dia kesulitan bermain di Barca, bayangkan saja apabila ada guru Kimia disuruh mengajar Fisika, pasti dia sudah stress dan membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi. 

Sangat banyak kejanggalan dan kemunduran dari sistem manajemen Barcelona, socios-socios yang memilih benar-benar tidak memiliki pikiran dan akal sehat. Mereka tetap saja memilih Bartomeu yang kerjaannya hanya membeli pemain-pemain instan tanpa memikirkan apa tujuan mereka didatangkan, sangat terburu-buru ingin menjawarai UCL padahal tidak memiliki program yang baik. 

Pelatih yang didatangkan juga kurang berpengalaman di kancah eropa. Setien dan Valverde bukanlah pelatih terburuk di dunia, mereka sebenarnya cukup baik namun hanya saja kurangnya koneksi antara pemain dan pelatih serta kesulitan mereka untuk lansung melompat ke sistem Sepakbola UCL menjadi alasan kenapa Barca masih terseok-seok di UCL. 

Setien dan Valverde juga bukan tipikal pelatih yang keras yang mampu mendorong pemain Barcelona menunjukkan performa yang semangat dan berkobar-kobar, mereka hanya didatangkan sebagai tameng dan boneka agar Bartomeu dan kinerjanya selalu dilindungi keburukannya.

Apakah Ronald Koeman bisa membangkitkan barca yang dulu?. Barcelona bukan lagi harimau tertidur melainkan harimau yang memang sudah mati dan terkubur. Faktor penting dari kedatangan Ronald Koeman adalah dia seorang lagenda hidup Barcelona, tentunya kharisma dan leadershipnya sangat diperlukan bagi Barcelona. 

Opini saya, pelatih ini sudah sangat siap melatih Barcelona,mengapa? karena dia rela mengorbakan pekerjaannya sebagai pelatih timnas Belanda demi kembali ke Barcelona yang sudah sangat hancur lebur. 

Jujur saja kemungkinan beberapa pelatih tidak mau melatih Blaugrana dan lebih memilih klub lain karena faktor masalah internal yang menyedihkan, mulai dari perseteruan ruang ganti dan kurangnya kekompakan tim menjadikan Barcelona saat ini sulit diatur. Punggawa penting Barca yakni Gerrard Pique pun mengakui bahwa ini adalah masa terburuk sepanjang sejarah Barcelona. 

Anggap saja berita perseteruan para pemain Barca dan asisten Quique Setien yakni Eder Sarabia benar dan bukan hoax. Kasus ini adalah hal yang menggambarkan bahwa Barcelona bukan lagi klub besar dan sebentar lagi akan terjun ke jurang kehancuran, bagaimana bisa tim yang dahulunya memiliki motto "Mes Que Un Club" justru tidak menunjukkan keharmonisan dan bentuk pemain professional sama sekali. 

Setien dan Valverde juga tidak menunjukkan jiwa leadership sebagai pelatih, di sisi lain harus diakui Lionel Messi juga tidak kalah dari pelatih dalam soal buruk dalam hal leadership, hal ini otomatis menunjukkan situasi ruang ganti Barcelona yang tidak memiliki leader satu pun. 

Messi mungkin pemain terbaik Barcelona tetapi dalam segi memimpin, dia bukanlah kapten yang baik, La-Pulga lebih menuju kepada performa tetapi dalam hal motivasi dan mental, beliau masih kurang. 

Sebenarnya tidak boleh juga kita menyalahkan Messi sepenuhnya dalam memimpin tim, yang salah adalah keputusan menjadikan dia sebagai kapten yang dimana kita ketahui dari dulu, bahkan sejak Messi masih berusia 19-20 tahun bawa anak muda Argentina ini memiliki kepribadian pendiam dan tidak banyak bicara, terus mengapa dia ditunjuk sebagai kapten?

Pemain terbaik dalam lapangan bukan berarti pemimpin terbaik. Akibat ditunjuknya Messi sebagai kapten, otomatis seluruh pemain Barcelona akan bercermin kepada dirinya, dalam pertandingan melawan Bayern Muenchen, La-Pulga hanya bisa tertunduk lesu, hal tersebut mempengaruhi satu tim karena Messi adalah seorang kapten. 

Performa Messi selalu bagus tetapi semangat dan mentalnya tidak begitu, hal ini menjadi salah satu faktor Barcelona dipermalukan berturut-turut dalam ajang UCL.

Dikalahkan oleh As Roma dan Liverpool merupakan bukti bahwa mereka kalah secara mental dan semangat, kemudian pembantaian oleh Bayern Muenchen membuktikan bahwa Blaugrana dikalahkan dalam 2 aspek permainan yakni kualitas dan semangat. 

Barcelona tidak mempunyai leader, hal itu menjadi salah satu faktor kehancuran Barca. Tetapi hal ini bukanlah akhir dari segalanya. Mengapa pemilihan Ronald Koeman merupakan angin segar bagi Blaugrana?

Karena pelatih asal Belanda ini merupakan lagenda klub dan dikenal memiliki ketegasan serta jiwa pemimpin yang baik. Kalau masalah taktik, mari kita kesampingkan terlebih dahulu karena langkah awal Barcelona untuk bangkit dari bahan lawakan menjadi raksasa Eropa adalah seorang pemimpin.

Peran Ronald Koeman yang utama adalah tidak harus mengembalikan keindahan bermain Sepakbola dari filosofi Johan Cruyyf tetapi mempertegas sistem dalam skuad Barcelona, dimana pemain senior sudah saatnya dicadangkan atau dikesampingkan karena dalam Sepakbola, masa dan era akan selalu berganti.

Ini yang dinamakan adaptasi, kendati di lembaran awal mereka terpuruk dan berakhir 0 gelar tetapi yakin saja, pemain muda semakin lama akan berkembang dan menggantikan peran pemain senior yang lembaran karirnya tak lama lagi akan selesai.

Barcelona tidak akan pernah mencapai puncak kejayaan seandainya pada saat itu Xavi dan Iniesta tidak diberikan kepercayaan, begitu juga dengan Lionel Messi, mungkin situasi akan berbeda apabila Barcelona terus berharap dari kehebatan Ronaldinho pada saat itu. 

Klub yang akan menjadi luarbiasa adalah bukan yang memiliki pemain terbaik, sangat banyak pemain hebat di muka bumi ini, tetapi dalam membangun sebuah klub diperlukan namanya adaptasi terhadap dunia baru, seperti yang dilakukan PSG mengandalkan pembelian anyar mereka, atau sang juara UCL musim ini yakni Bayern Muenchen, mereka memiliki sistem kerja sama tim yang sangat terorganisir. 

Real Madrid juga memiliki sistem kerja sama tim plus pemain hebat menjadikan mereka tim yang maju kedepan dalam ajang UCL.

Ronald Koeman mungkin tidak akan mengembalikan sistem Tiki-Taka yang indah untuk saat ini, tetapi ketegasannya sangat diperlukan. Semoga saja dia mampu membuktikan dirinya sebagai pelatih yang hebat dengan membangkitkan Barcelona dari harimau yang sudah mati terkubur dalam. 

Diperlukan jiwa kepemimpinannya dalam memberikan dorongan semangat kepada punggawa Barcelona, ini menjadi faktor utama Barca selalu gagal di UCL, selain dari mengharapkan kejayaan yang instan tetapi juga terlalu fokus untuk mengembalikan permainan indah yakni Tiki-Taka tetapi tidak didukung oleh keharmonisan tim yang baik. 

Quique Setien mungkin bisa dibilang cocok melatih Barca dalam segi permainan yang indah tetapi dirinya tidak bisa mengumpulkan kekuatan utama dari tim hebat yakni kekompakan dan semangat bermain.

Begitu juga dengan Valverde, permainan tiki taka yang hilang beserta jiwa pendiamnya benar-benar menjadi alasan Barcelona keok di UCL, kendati sukses di La-Liga harus diakui pelatih yang satu ini memiliki taktik yang cocok dalam menjawarai Liga Spanyol tetapi untuk kancah eropa, permainannya sangatlah monoton.

Akankah Ronald Koeman bisa mengembalikan Barca yang dahulu? dengan jiwa leadership dan kharismanya?. Tentu saja dia akan disegani oleh ruang ganti, mengingat lagenda hidup Barca inilah yang mengantarkan Blaugrana meraih trofi UCL untuk pertama kalinya lewat sepakan tendangan bebas yang menghantam gawang Sampdoria pada final Liga Champions 28 tahun yang lalu tepatnya tahun 1992. 

Layak ditunggu bagaimanakah Ronald Koeman menghadirkan perubahan seperti yang dia lakukan bersama timnas Belanda, selain itu pelatih asal Belanda ini akan menjadi penentu bagaimanakah masa depan Barcelona dalam beradaptasi apabila suatu saat akan tiba masanya mereka akan ditinggalkan pemain-pemain seperti Messi,Suarez,Pique,Jordi Alba,Busquets & Rakitic. 

Akankah pemain berkebangsaan Belanda seperti De Jong mampu bersinar dibalik kepemimpinan Ronald Koeman sebagai pelatih?, De Jong memiliki musim pertama yang cukup baik namun masih jauh dari potensi terbaik anak muda satu ini. 

Mampukah Barca bangkit? atau akan terus terpuruk.

Salam olahraga

Mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan.

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun