Mohon tunggu...
Attar Musharih
Attar Musharih Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Attar Musharih

Seorang pengamat bola.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Era Sepak Bola Zaman Sekarang, “Passion vs Money” (Membangun Tim)

20 Maret 2018   14:56 Diperbarui: 20 Maret 2018   15:01 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Express.CO.Uk

Zaman modernisasi juga sudah memasuki era Sepakbola jaman sekarang, dimana dunia antar pembelian pemain atau membangun sebuah klub sudah masuk dengan bidang ekonomi yang lebih mengutamakan uang lebih dari segalanya. Banyak klub yang berpeluang menggeser raksasa-raksasa lainnya untuk masuk kedalam zona kejayaan tetapi pupus karena menjual beberapa megastarnya kepada klub yang maruk tetapi sampai sekarang tetap menjaga kestabilan komposisi pemainnya. 

Banyak klub-klub terbaik di Indonesia juga sudah melupakan pemain lokal dan sudah mengalihkan perhatian ke zona transfer dan membeli,dan terkadang cenderung maruk dan tidak sehat bagi klub,namun tetap saja klub tersebut menjadi klub terbaik karena pembelian pemain yang pas,soal untuk uang, mereka menganggap soal keuangan itu gampang dicari tetapi untuk menciptakan formasi squad terbaik menghadapi lawan tangguh lainnya perlu keberanian keluar dari zona nyaman dan melakukan 1001 cara. 

Pembelian pemain juga bukan hal yang haram dalam persepakbolaan,tetapi banyak saja yang menganggap itu pemikiran modern yang sebenarnya bisa meruntuhkan Sepakbola yang indah ini,dimana Sepakbola sudah menjadi lahan perbisnisan dengan memamerkan harta mereka serta membuang-buang uang untuk membeli pemain. Sedangkan pemain muda yang berasal dari akademi perlu kerja keras untuk sampai ke takhta diperebutkan oleh klub lain,artinya memang dunia Sepakbola sudah berubah drastis menjadi lebih keras.

Barcelona dan Real Madrid menyegel pemain bintangnya yakni Messi dan Ronaldo, sehingga mereka tetap bisa berdiri di era keemasan itu. Klub seperti Totenham dan As Monaco membuang bibit unggulnya yakni Kylian Mbappe dari sisi Monaco pindah ke Eiffel begitu juga Gareth Bale yang dipinang El-Real. 

Pogba juga yang dulunya merupakan bintang star di akademi MU yang lebih mengutamakan uang membuangnya namun ketika pindah ke Juventus dan menunjukkan kemagisannya, Manchester United rela membawa seton uang demi membawa megastar ini yang anehnya mulai menurun dan tidak segarang di Juve dibandingkan saat di MU,dia kehilangan taringnya. 

Sepakbola zaman old-school lebih pintar bertransaksi dibandingkan kita jaman atmosfir dunia sekarang. Dimana mereka lebih ekonomis dan perhitungan, dulu harga sekisaran 32 Miliar sampai 40an sudah bisa mendatangkan raja freestyle yang membuat Sepakbola indah dimasanyua yakni Ronaldinho sudah bisa dibawa ke publik Camp-Nou,kini pemain seperti Dembele dibeli dengan harga bukan kepalang sampai 105 Miliar,Coutinho 140an,Pogba juga dibeli dengan harga luarbiasa sama dengan Ousmane Dembele.

Membeli pemain bukan hal yang salah, pelatih genius seperti Sir Alex Ferguson dengan Class 92 yang membawa MU menjadi themonstereddevils juga kerap kali melakukan hobbynya sebagai pelatih dengan mengadakan pencarian bakat sambil blusukan dan menemukan segudang pemain berkualiatas seperti CR7 dari Sporting Lisbon dan Van Nistelrooy dari PSV. Akademi juga merupakan aset terbesar klub yang harus dibudidayakan bagaikan sumber air dan fondasi yang menjadi penghidup bagi sebuah bangunan kokoh.

Akademi terbaik adalah La-Masia yang kini mulai disalip oleh musuh bebuyutannya Castilla. Rata-rata pemain bola itu nasib-nasiban, banyak pemain terbaik di akademi ini tidak seberuntung glori 2009 dimana diisi hampir akademi La-Masia seperti Messi,Iniesta,Xavi,Puyol dan Pique,mereka terbentang ke berbagai klub medioker Spanyol entah karena gagal bersaing di publik CampNou yang sudah ikut-ikutan filosofi pragmatis yang dilakukan rivalnya dalam membangun squad yakni membeli pemain. Pemain berbakat dari akademi terbaik terbuang ke klub antah beranta.

Meninggalkan filosofinya Barca seperti klub yang tidak memiliki cirikhas seperti dulu lagi, sekarang klub Sepakbola sudah bagaikan robot yang mempertaruhkan hartanya untuk membeli pemain, cara seperti ini bagaikan menjawab Matematika tapi belum tahu sepenuhnya materi itu,belum dirinci dengan baik hanya dijawab berdasarkan rumus dari google dan belum melambangkan passion sendiri kepada soal itu. 

Sulit memang terbukti klub seperti PSG mungkin ada haters yang mengatakan bahwa ini ciri Sepakbola berpolusi dan ciri klub perusak tapi lihat dimana mereka sekarang dan betapa tangguhnya mereka di Liga 1.

Kendati dikalahkan di UCL oleh boleh dibilang klub paling bersih dari pemborosan musim ini dan menunjukkan bahwa bukan cuma Barca yang bisa menghindari era taruhan dan tidak diremoti dan dirusaki pikirannya keborosan yang mendalam. Musim ini pelatih jenius Zidane sedikit menyelamatkan uang keuangan, dimana El-Real hanya berharap dari kejayaan Castilla dan muncul pemain seperti Asensio,Vazquez dan Borja Mayoral,squad Real Madrid menjadi seimbang dengan pembelian secukupnya dan hasil dari akademi.

Berbeda dengan Barca yang sudah masuk era uang dan mulai berubah pikirannya dari Passion kecintaan membangun timsepakbola dari bola menggelinding yang ringan dibandingkan squad kotak berisi benda emas dan uang yang sangat berat karena itu butuh proses untuk membuat seluruh pemain yang dibelinya kembali ke permainan asli Barca yang lebih mementingkan proses dan keindahan permainan dibandingkan bermain terburu-buru,tanpa keindahan yang selalu ditampilkan pasukan katalan ini. 

Barca sekarang sudah berubah dan masuk era modernisasi yang cukup boros dan gampang dibodohi. Membeli pemain bisa memakan biaya sampai membuat jenggot terbakar,dimana klub yang menjual pemain itu mendapat dana dan membeli pemain dengan harga mahal lagi sampai akademi tidak dipertanyakan lagi nasibnya. 

Sedikit sulit untuk mengatakan membeli pemain atau akademi. Sepakbola itu bukan untuk yang mana lebih sehat dan ekonomis serta tidak teracuni pikirannya atau lebih passion dibandingkan money,Sepakbola itu tentang siapa yang menang dan berhasil berjaya dan siapa yang merana dan terjatuh ke era kekalahan.

Selalu menjadi pro dan kontra dalam membeli pemain. Pronya membeli pemain itu adalah hal yang praktis mungkin banyak yang akan beranggapan itu sama saja ego yang besar dan cara instan tampa merasakan kesusahan yang dimana klub itu akan hancur bila mungkin uang dan keuangan mereka krisis. Klub harus dibiasakan untuk hidup susah. Mungkin praktis dan instan tapi cenderung klub yang membeli pemain dibandingkan harus melatihh pemain itu sehingga menjadi lagenda klub.

Pemain yang dibeli biasanya jauh lebih mantap dan matang apalagi kalau dari klub besar dan sudah menunjukkan kualitasnya melawan beberapoa klub hebat padahal hanya mewakili klub medioker dibandingkan pemain akademi yang masih mencari jamterbang, padahal menurut saya kemampuan dan tekhnik sama saja. 

Klub juga harus menjaga kestabilan dari berani mengambil keputusan tidak membeli pemain dan membuat sqaud kedatangan pemain jebolan yang sudah pasti memiliki cinta yang luarbiasa karena tumbuh bermain Sepakbola lokal dan sudah tahu cirikhas klubnya karena dia dari akademi.

Biasanya kisah pemain bola hebat yang dibeli dengan harga mahal juga melalui perjuangan, mulai dari mencari tipe permainan dan tekhnik belajar sekolah sepakbola terus masuk ke akademi klub hebat, menjadi pemain paling menonjol di tim junior masuk ke tim utama, dilirik klub yang levelnya mungkin lebih diatas dan menyajikan pertarungan Sepakbola yang lebih mendebarkan membuat pemain itu pindah dari lagenda ke lagenda klub lain. Ini bagaikan batu injakan Sepakbola jaman sekarang.

Jadi hubungan akademi jebolan terbaik dan transfer juga asa kesamaanya. Rata-rata pemain yang dibeli dengan harga mahal tentunya sempat berprestasi diklub tersebut dan besar disitu, yang menjadi permasalahannya adalah, mungkin pemain itu sudah memiliki jamterbang luarbiasa tetapi tergantung dari paradigma pemain tersebut. 

Misalnya dia adalah mantan pemain Barcelona dan pindah keklub Inggris atau Paris, tentunya permainan klub sangat berbeda dan dia harus beradaptasi dari passing pendek menjadi panjang,dari Tiki-Taka menjadi long pass, fast play kemudian build ip, menjadi pemain bola dari transfer tentunya sedikit rumit,ada yang gagal dalam dunia Sepakbola yang keras ini ada yang berhasil.

Untung-untung jika komposisi dan strategi bermain sama. Kalo ditanya soal keberlangsungan klub tentunya tekhnik atau metode jebolan budidaya jauh lebih baik karena dengan mengambil pemain dari tim junior atau tim B tentunya pemain muda di kota tersebut jauh lebih termotivasi untuk meningkatkan level permainannya demi mewakili kota tersebut dan rela menjadi bagian dari tim kotanya sendiri, siapa yang tidak senang jika akademinya selalu mengapresiasi pemain lokal ketimbang hanya bisa mencuri talenta kota lain saja. 

Setiap kota pasti bisa melahirkan bintangnya sendiri dan juga bisa membudidayakan talenta mudanya. Tetapi kalau ditanya soal kemepetan juga harus didiskusikan, banyak klub yang terpaksa membeli pemain dengan harga mahal demi mengembalikkan komposisi formasi yang cocok bagi pelatih contohnya Barca, yang kehilangan Neymar. Tentunya kehilangan pemain muda masa depan bagi klub cukup berat bagi Barca. Cocok bagi mereka untuk menggunakan akademi saat Neymar belum hengkang tetapi jika sudah hengkang?.

Terkadang kita juga memang harus lebih percaya kepada akademi,tetapi bisa dilihat kualitas La-Masia sudah sangat menurun pada saat itu dan tidak ada lagi ciri-ciri kembalinya glori La-Masia yang siap mewarnai Camp-Nou, belum ada talenta-talenta yang cocok menggantikan Neymar yang memiliki pengalaman. Kepercayaan boleh diberikan dan juga jam terbang apabila syaratnya squad juga memiliki setidaknya adalah yang berpengalaman dan jam terbang. 

Pengganti Neymar masih menjadi tanda tanya besar. Messi dan Suarez bagaikan duo yang kehilangan trio pasangan magisnya. Deulefeou sudah diberi kepercayaan, sudah mampu mendapatkan tekhnik dan jam terbang tetapi memang perlu juga sebuah pemain yang sudah punya pengalaman di dunia Sepakbola lebih luas menghadapi tantangan bukan yang masih perlu berkembang, pribahasanya negara maju dibandingkan negara berkembang.

Menurut saya dalam membangun sebuah tim segala sesuatu itu harus seimbang,sama seperti pelajaran dan ilmu berbanding olahraga dan waktu free. Sama juga dengan membangun tim,contoh yang paling nyata adalah Barca. Intinya jangan sampai mau dipermainkan klub yang menjual talentanya sendiri, jangan sampai mengeluarkan harga bukan kepalang demi mati-matian yang membuat pemain debutan itu akan terbebani dengan harganya dan sulit beradaptasi. 

Jika tidak terlalu memaksa dan komposisi sudah cukup baik, pemain jebolan boleh diberikan panggung,karena supaya telanta-talenta lokal lebih semangat dan bermanfaat bagi klub impiannya. Membeli pemain juga sebaiknya harus dengan umur yang masih belia agar bisa berbuat banyak bagi klub dan bisa menjadi calon lagenda di masa depan yang akan memegang bendera klub di era dan zaman Sepakbola kedepannya.

Terkadang memang di era bisnis sekarang,kita harus berani mengambil risiko dan pertanyaan membangun tim ini selalu menjadi topik hangat antara metode 1 boros modernisasi atau metode 2 passion talenta lokal. Pikiran dan paradigma juga skali-kali out-of-boxes, pembelian pemain harus dari kriteria bisakah dia beradaptasi atau usianya juga harus setidaknya muda tetapi sudah sedikit matang tinggal dipoles lagi. 

Musim ini Barca lebih baik pembeliannya dibandingkan musim lalu,dimana Arda Turan,Andre Gomes dan Digne hanya menjadi tumbal dan memperbanyak squad saja,kini 2018,Barca sudah terbuka pikirannya dengan membeli Dembele dan Coutinho yang bisa menjadi masa depan Barca dan calon pemain terbaik mengingat cara bermain mereka cocok dengan taktik Tiki-Taka Valverde, selain itu Roberto juga mulai diberi jam terbang,soal akademi menurut saya Barca harus mencari tipe pemain striker dari akademi dan juga gelandang yang bisa menjadi maestro masterpiece Barca kelak dimasa depan.

Salam Olahraga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun