Mohon tunggu...
Atra Apriandini
Atra Apriandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menyukai aktivitas menulis sastra dan juga sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daun Sukun

20 Desember 2023   18:45 Diperbarui: 20 Desember 2023   18:56 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Welehh, welehhh, andai ayahku sama seperti ayah Raden. Sudah pasti enak hidupku sekarang." Kata Anas sambil berandai-andai jika ia memiliki ayah seperti Pak Agus.

"Husttt, tidak baik seperti itu, Nas. Apapun keadaan orangtua kita hari ini, kita itu harus selalu bersyukur." Balas Amiru

Bukannya mengiyakan perkataan Amiru, Anas justru terlihat mengejek apa yang sudah dikatakan oleh temannya itu.

"Daripada banyak ceramah mending kamu sekarang mandi dulu, Mir. Bajumu itu loh lusuh banget, hahahahahaha"

"Maklum saja, Nas. Baju Amiru kan cuma satu. Hahahahaha." Ucapan yang baru saja datang dari lisan Raden tersebut justru membuat hati Amiru murung.

"Sudah-sudah, nggak usah bertengkar. Mending sekarang kita masuk ke dalam surau. Sepertinya ustadz Muhajir sudah ada di dalam nunggu kita" Ujar Vito ketika berusaha menengahi keributan kecil yang terjadi pada teman-temannya.    

Kemudian mereka pun berlomba-lomba masuk menuju ke dalam surau untuk memulai aktifitas mengaji. Ustadz Muhajir dengan cukup sabar mengajari anak-anak itu satu per satu. Beliau mengajar mulai dari tingkatan iqra' hingga Al-Qur'an tanpa membeda-bedakan asal usul keluarga dari anak yang diajarnya. Baginya, latar belakang setiap anak yang diajarnya itu sama saja, yang membedakan hanyalah adab perilaku yang mereka miliki.

"Amiru, kamu tadi bawa payung ke sini ?" Tanyanya kepada Amiru setelah menyadari jika di luar sudah mulai turun hujan.

Amiru lalu menjawabnya dengan beberapa kali gelengan kepala.

"Ya sudah, nanti kamu tunggu di sini saja sampai hujannya selesai. Nggak perlu takut, nanti saya temani." Ujar Ustadz Muhajir dengan satu senyuman simpul di akhir kalimatnya.

Amiru kemudian tersenyum sumringah setelah mendengar hal tersebut, "Terima kasih Pak Ustadz...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun