a. Al-Jahmiyah
Golongan ini berpendapat bahwa orang Islam yang percaya kepada Allah, dan kemudian menyatakan kekufurannya secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya hanya di hati, dan apabila mati tetap menyandang predikat mukmin yang sempurna.
b. Al-Salihiyah
Golongan ini berpendapat bahwa beriman berarti mengenal Tuhan dan tidak beriman berarti tidak mengenal Tuhan.
c. Al-Yunusiah
Golongan ini berpendapat bahwa iman berarti mengenal Allah, berserah diri kepada-Nya, tidak sombong terhadap-Nya, dan mencintai-Nya dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, setan adalah makhluk yang mengenal Allah, meskipun ia dianggap kafir karena kesombongannya. Orang yang taat hatinya dan mencintai Allah tidak akan terlibat dalam perbuatan maksiat. Sekalipun mereka melakukan maksiat, namun maksiat itu tidak melemahkan keimanan mereka. Padahal, orang beriman masuk surga hanya karena imannya, bukan karena ketaatan atau amal shalehnya.
d. Al-Ghasaniyah
Golongan ini berpendapat bahwa konsep iman menurutnya berarti mengenal Tuhan dan Rasul-Nya secara keseluruhan, bukan secara terperinci. Menurut mereka prinsip keimanan tidak bertambah dan tidak berkurang. Lantas jika ada yang berkata, “Saya tahu Allah haramkan makan daging babi, tapi saya tidak tahu apakah daging babi yang diharamkan itu adalah kambing ini,” maka orang tersebut tetap beriman, bukan kafir.
Dampak Pemikiran Murjiah terhadap Kehidupan Beragama di Era Modern
1. Toleransi Terhadap Dosa
Murjiah mengajarkan orang yang melakukan dosa besar tetap dianggap mukmin asalkan ia masih percaya kepada Allah. Cara pandang ini memberikan harapan kepada mereka yang berbuat kesalahan, memungkinkan mereka diterima oleh masyarakat Islam, dan mendorong mereka untuk bertaubat tanpa merasa terasing.