Grobyak!!
Tiba-tiba mobil melaju menabrak dipan besi yg ditaruh di samping rumah. Aku yang ada di dalam mobil cm bisa nyebut innalillaaah... Aku masih "metenggengen" (kaku, kaget, terpana) sambil tetap tangan berada di atas setir mobil.
###
Tak terasa tiba-tiba matahari sudah merangkak tinggi. Padahal hari ini aku beserta seluruh keluarga berencana untuk pulang kampung. Rencana awal pulang kampung pagi-pagi sekali. Tapi ya begitu... namanya saja rombongan bersama krucil-krucil. Memang sepertinya mustahil kalau harus berangkat pagi-pagi. Namun tetap saja, kalau berangkat se siang ini ya...itu namanya kesiangan.Â
Dengan sigap aku mengkomando kepada anak dan istri untuk segera naik ke mobil. Dua anakku terlihat sangat ceria. Naik mobil dengan wajah sumringah sambil loncat-loncat. Dua bersaudara itu bernyanyi-nyanyi. Aku membawa dua anakku, yang satunya baru masuk madrasah ibtidaiyah dan satunya masih PAUD. Sementara yang belum sekolah tidak boleh dibawah oleh kakek neneknya.
Saat semuanya sudah masuk dan siap berangkat, kami membaca doa memulai perjalanan. Doa yang kami baca adalah penggalan ayat 13 dari surat al-Zukhruf juz 25. Kami membacanya dalam bahasa Arab. Sebetulnya anak-anak hafal doa ini karena sering mendengar lagu-lagu doa yang kita putar berulang-ulang.Â
Jadi saat membaca doa pun anak-anak membacanya dengan nada lagu itu. Lagu doa itu didendangkan terus-menerus. Aku paham bahwa doa ini berhubungan dengan bagaimana Allah menundukkan binatang untuk ditunggangi manusia.Â
Tak terasa sudah sampailah kami di jalan tol. Anak-anak terus mendendangkan lagu-lagu doa silih berganti. Mulai lagu ejaan huruf hijaiyah, lagu doa sebelum dan sesudah makan, lagu doa sebelum tidur dan bangun tidur, dan lain-lain.Â
Anak-anak sekali lagi mendendangkan lagu naik kendaraan. Penggalan ayat doa tersebut berisi tentang bagaimana Allah mengendalikan binatang untuk bisa ditunggangi manusia. Ku utarakan kandungan doa itu kepada istri yang duduk di depan menemaniku yang lagi mengendarai mobil.Â
Binatang yang menjadi barometer tunggangan adalah kuda. Kuda sangat kuat. Selain kuat juga cepat. Kekuatannya mengalahkan 10 manusia. kecepatan larinya juga mengalahkan manusia. Tapi dia mau ditunggangi manusia. Andaikan si kuda berontak, manusia pun tidak dapat berbuat apa-apa. Allah lah yang menundukkan kuda untuk bisa ditunggangi manusia. Begitu juga binatang yang lain, seperti unta, sapi, keledai, kerbau, dan lain-lain.Â
Allah mengilhami manusia bagaimana caranya menundukkan mereka semua. Namun tidak jarang pula ada beberapa binatang yang berontak sehingga tidak bisa ditunggangi manusia. Maka doa itu mengingatkan kita bahwa maha suci Allah yang menundukkan binatang yg kami tunggangi ini dan kami tidak mampu menguasainya, sungguh kami akan kembali kepada Allah. Begitulah kandungan doa dari penggalan surat az zukhruf ayat 13.
Aku berdiskusi kecil dengan istri. Zaman sekarang semua orang tidak lagi mengendarai binatang. Zaman modern ini orang-orang mengendarai mesin untuk bepergian ke mana-mana. Kalaupun bukan mesin yang jelas mobilitas manusia moderen tidak lagi menunggangi binatang.Â
Karena ayat dan ajaran doa yang sampai kepada kita itu berkenaan dengan mengendarai binatang, maka kita pun berdoa mengendarai mesin dengan doa mengendarai binatang. "Apa ini masih relevan, kan kalau mesin 100% dikendalikan oleh manusia...?" Tanyaku kepada istri untuk membuka diskusi dan mencoba kritis.
"Mesin jg ciptaan manusia, tapi pengendalian mesin kan juga bukan 100% oleh manusia, buktinya ada mesin mobil yg tiba-tiba mogok." Jawab istriku
"Mesin mogok itu ya human error. Kalaupun tidak 100% dikendalikan oleh manusia, tapi 99% mesin berjalan itu ya karena dikendalikan dan di create oleh manusia." Sanggahku. Aku berargumen bahwa kalimat Wa maa kunna lahu muqriniiin yg artinya kami tidak mampu menguasainya itu cocoknya hanya untuk binatang saja, tidak coco untuk mesin.Â
Binatang adalah makhluk hidup. Dia mungkin ada kehendak lain yang bertabrakan dengan kehendak makhluk hidup yang menungganginya. Sementara mesin adalah benda mati yang tidak memiliki kehendak sendiri. Pengendalian mesin murni dipegang oleh manusia. Maka ayat itu kurang relevan untuk mesin.
Adu argumen yang sedikit memanas di atas mobil yang sedang melaju di jalan tol berakhir dengan saling diam. Anak-anak sudah tidur nyenyak. Mungkin mereka lelah bernyanyi. Atau mungkin pula mereka lelah melihat kami yang saling beradu argumen. Akhirnya diskusi itu terputus dan beralih kepada ngobrol santai.
Rencananya, kami sekeluarga menginap semalam di rumah Lamongan. Dan besoknya kami kembali ke Sidoarjo. Setiap ke rumah Lamongan mengunjungi orang tua, kami sekeluarga bisa dipastikan selalu menginap satu malam. Setibanya di Lamongan, Kami sudah lupa dengan isi diskusi yang kami lakukan di mobil beralih kepada bercengkrama dan ngobrol santai dengan ayah dan ibu.Â
Sore hari kami sekeluarga dan ibu jalan-jalan dan bersilaturahim ke kerabat yang ada di sebelah kecamatan. Pulangnya sudah cukup malam. Sebetulnya masih belum terlalu malam sih. Hanya saja melebihi expektasi. Targetnya, sebelum maghrib sudah sampai rumah. Ternyata sampai isya.
Paginya, seperti biasa aku manasin mesin mobil. Dan.....
Grobyak....!!!
Mobilku menabrak dipan besi...
Astaghfirullah.... matur suwun Gusti. Inikah jawaban Mu akan keraguanku. Ampuni hamba yang sempat meragukan Firman Mu. Semua atas kehendak dan pengendalian-Mu. Hamba hanyalah manusia lemah. Maafkan hamba yang sempat sok bisa mengendalikan semua. Semua berjalan atas Karunia dan Kemurahan Mu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H