Aku jadi bertakon takon...
Kenapa ya mahalnya harga itu kok dianggap sebagai kemajuan....
Pecel, misalnya. Kalau saya jualan di Amerika dengan bahan-bahan beli di sana, yg serba mahal pasti harga jual pecel di sana juga akan mahal. Bisa jadi 8 dolar (100rb). Tapi saya jualan di Indonesia dengan bahan-bahan dari Indonesia, saya bisa sangat untung dengan harga jual  14 ribu (1 dollar).
Murahnya harga bahan-bahan di Indonesia ini berkah atau musibah, jika dipandang dengan kajian ekonomi makro?
Jika semua harga murah, otomatis secara agregat, hasilnya akan kecil. Walau orang indonesia bekerja dan berproduksi maksimal, misalnya 1 juta bungkus pecel, akan kalah dengan produksi 100 ribu bungkusnya pecel orang Amerika. Berarti orang Indonesia harus bekerja 10 kali lipat dari pada orang Amerika untuk bisa sejajar dengan Amerika. Â Lha ngene iki piye jal...
Belum lagi kalau bahas bahan alam: minyak mentah, emas, batu bara de el el..., Ngambilnya di sini, ngolah di sini, jual di sana, limbahnya di sini pabriknya milik sana....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H