Mohon tunggu...
Atok Syihabuddin
Atok Syihabuddin Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Ekonomi Islam

Selalu belajar, mengajar, sharing

Selanjutnya

Tutup

Financial

Lima Pilihan Penggunaan Uang

11 Agustus 2021   00:51 Diperbarui: 11 Agustus 2021   00:54 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Memiliki banyak uang adalah impian semua orang. Uang adalah benda yang sangat "lues" dan bisa dengan mudah ditukarkan dengan benda lain (medium of exchange). Uang sebagai pengukur kekayaan. 

Tak heran jika dalam prinsip akuntansi mengharuskan semua hal dibukukan dalam ukuran uang. Banyak orang yang bekerja siang malam, banting tulang untuk mendapatkan pundi-pundi penghasilan dan uang. Di antara beberapa mereka ada yang beruntung karena telah berhasil mengumpulkan uang dalam jumlah yang banyak, bahkan berlebih. 

Dalam kajian ekonomi makro, penghasilan atau yang biasa disingkat dengan Y (yield) digunakan dalam tiga bentuk: untuk memenuhi kebutuhan (konsumsi), jika masih berlebih akan ditabung, dan jika masih juga berlebih maka akan diinvestasikan. Dalam kajian ekonomi mikro islam, penggunaan penghasilan disempurnakan lagi dengan diselipkan variabel zakat dan infak.

Tiga macam penggunaan penghasilan (uang) di atas bisa saja saling tarik menarik. Kadang konsumsi lebih besar dari pada tabungan, atau sebaliknya. Begitu juga variabel-variabel yang lain. Kadang porsi investasi lebih banyak dari pada tabungan, dan seterusnya. Tidak ada pakem pasti mana yang harus di dahulukan. 

Belakangan muncul seruan untuk mendahulukan investasi dari pada pengeluaran lainnya. Seruan itu didasarkan pada asumsi bahwa saat ini berinvestasi itu sangat mudah, berinvestasi lebih baik dari pada menabung, berinvestasi itu keuntungannya lebih besar dari pada menabung, saatnya menabung saham, waktu terbaik berinvestasi adalah sekarang, dan berbagai jargon lainnya.

Uang dalam pandangan Islam hanya dianggap sebagai alat tukar dan alat ukur. Uang bisa bernilai jika dibelanjakan atau ditukarkan dengan barang atau jasa. Imam Malik, salah satu guru Imam Syafi'i yang kaya raya, memberikan pendapat bahwa uang itu hanya bernilai jika dibelanjakan (ditasarrufkan/ dialirkan). 

Sebenarnya secara garis besar ada lima hal yang bisa dilakukan jika kita memiliki uang. 

Pertama, dikekalkan dan dibawa "pulang". Pilihan ini adalah pilihan yang paling menguntungkan dari pada pilihan yang lain. Islam mengajarkan bahwa akan ada kehidupan setelah kematian. Jika hidup di dunia yang singkat saja memerlukan "bekal", bagaimana dengan kehidupan yang lebih lama lagi setelah kematian. 

Maka pilihan orang cerdas harusnya lebih memikirkan kehidupan yang lebih lama di akhirat dari pada kehidupan singkat di dunia. Uang merupakan unsur duniawi yang fana namun bisa di kekalkan dan dibawa pulang ke alam akhirat dengan istrumen tertentu. 

Dalam Islam, istrumen tersebut dapat berbentuk wajib seperti zakat dan nazar (janji) dan ada pula yang sunnah seperti infak, sedekah, wakaf. Infak dan sedekah cakupannya sangat luas sekali. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga, menafkahi anak dan istri merupakan sedekah bagi seorang suami. Untuk pen-tasarruf-an uang ke alam akhirat sangat bergantung pada niat yang tersirat di hati saat melakukannya.

Alternatif kedua penggunaan uang adalah menggunakannya untuk menghasilkan uang. Pilihan ke dua ini adalah pilihan orang cerdik. 

Sebenarnya ada banyak instrumen untuk menghasilkan uang dari uang. Mengajak uang bekerja ada kalanya menggunakannya sebagai modal untuk melebarkan sayap usaha yang sudah ditekuni, ada kalanya melalui kerja sama dengan orang lain untuk membentuk usaha bersama, ataupun menginvestasikannya dalam usaha riel. Penggunaan uang dalam alternatif ke dua ini adalah menggunakan uang untuk aktifitas ekonomi riel, bukan aktifitas keuangan. 

Menggunakan uang sebagai modal aktifitas ekonomi riel ini akan memberikan dampak ekonomis yang luar biasa, baik secara pribadi, masyarakat, maupun negara. Jika satu saja orang yang memiliki uang berlebih di suatu kampung mengajak masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam usaha, membangun usaha bersama, di dampingi dan diawasi, niscaya kesejahteraan mereka akan meningkat. Begitu pula pemilik modal. Uangnya akan menghasilkan uang.

Alternatif ketiga yang dapat dilakukan pada uang yang berlebih adalah mengubah uang menjadi aset lain. Telah menjadi pengetahuan bersama bahwa nilai uang semakin hari semakin berkurang, apalagi nilai rupiah. 

Untuk menghindari kerugian akibat penurunan mata uang, maka uang yang kita pegang harus di ubah menjadi benda lain yang lebih mampu mempertahankan nilai. Diantarnya adalah, membeli emas, saham, obligasi, tanah, dan lain sebagainya yang tujuannya adalah mempertahankan nilai uang. Pilihan ke tiga ini sangat cocok bagi orang yang suka mengambil titik aman.  

Keempat, menabung di lembaga keuangan. Menaruh uang dilembaga keuangan berarti mengusahakan uang melalui lembaga keuangan. Setiap lembaga keuangan pasti akan mengusahakan uang nasabah yang disetor kepadanya. Alternatif ke empat ini dipilih dalam rangka tidak membiarkan uang berhenti dan menganggur. 

Uang yang berhenti dan menganggur sebenarnya merupakan kerugian bagi sistem perekonomian. Uang ibarat darah yang harus terus mengalir, membawa "gizi" ekonomi kepada setiap lapisan masyarakat. 

Untuk memaksa agar uang terus berputar, dalam islam diwajibkan zakat. Zakat merupakan instrumen yang bisa mengalirkan gizi ekonomi kepada fakir, miskin, dan 6 golongan lainnya yang biasa disebut dengan mustahik zakat atau orang yang berhak menerima zakat. Golongan yang menerima zakat ini kajian dan cakupannya sangat luas dibahas oleh para ahli fikih.

Kelima, menyimpan uang di rumah. Menyimpan uang dirumah berbeda dengan mempersiapkan untuk biaya operasioanl. Bagi orang yang memiliki banyak uang, menyimpan uang di rumah, sebenarnya bukan pilihan tapi kenaifan. 

Bagaimana tidak, uang yang merupakan benda yang sangat lues diperlakukan apapun, ternyata dibiarkan tergeletak begitu saja di brangkas-brangkas rumah atau kolong-kolong kasur. 

Pilihan kelima ini adalah pilihan yang paling merugikan, baik merugikan diri sendiri, masyarakat, maupun sistem ekonomi. Menyimpan uang dirumah dengan tujuan menabung atau menimbun adalah suatu kedunguan. 

Selain nilai dari uang yang semakin waktu semakin merosot, juga menghambat perekonomian masyarakat. Uang yang tertahan di rumah-rumah dalam jumlah yang banyak berarti menariknya dari peredaran, artinya uang tidak di transaksikan sehingga perekonomian akan lesu dan tinggal menunggu kehancurannya. Oleh karenanya, pilihan ke lima ini bukanlah merupakan pilihan, namun ancaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun