Mohon tunggu...
Atma Winata
Atma Winata Mohon Tunggu... -

Alumni Arsitektur Lansekap Universitas Trisakti. Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti Periode 2008-2009. Aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan hidup dan kepemudaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Klarifikasi Pertemuan Perwakilan BEM Nusantara Dengan Istana

26 Oktober 2010   05:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:05 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkaitan dengan berita yang muncul pasca pertemuan perwakilan BEM Nusantara dengan Presiden RI pada Jumat 22 Oktober 2010, saya akan memberikan klarifikasi dan pernyataan untuk menjawab semua pertanyaan dan pernyataan yang berkembang.
Hal ini perlu dilakukan karena berita yang beredar isinya hanya provokatif dan fitnah terhadap pribadi bahkan institusi kampus.
Saudara-saudara, saat ini sahabat-sahabat kita di Papua sedang meradang sedih, karna ketidakadilan yang mereka dapatkan disana, perhatian dari Jakarta yang minim, kesejahteraan yang jauh dari harapan, keterisolasian pemukiman, dan kualitas SDM yang rendah.
Berawal dari pemikiran itu, pasca penunjukkan Papua menjadi tuan rumah pertemuan BEM Nusantara akhir tahun 2010 ini, teman2 BEM Univ.Cendrawasih Jayapura bercita-cita ingin memperbaiki hal ini, mereka sudah bosan dicap OPM, Makar, dan Perusuh.
Harapan timbul, apabila Kepala Negara dapat hadir membuka kegiatan disana, melihat, serta mendengarkan langsung kritikan, dan saran dari mahasiswa dan masyarakat disana.
Dengan tekad yang kuat mereka berangkat ke Jakarta untuk membuktikan kalau mereka mampu melakukan ini, walaupun keinginan ini mendapat kontroversi dari banyak pihak.
Benar saja, setibanya mereka di Jakarta, bukan dukungan nyata yang diberikan oleh sebagian kawan2 BEM Nusantara Jabodetabek, tapi malah tertawaan dan cemoohan karna dianggap punya mimpi yang mustahil.
Berbagai cara mereka upayakan untuk dapat mewujudkan ini, dengan menginap di Ruang Sekretariat Kepresma MM-Usakti teman-teman Perwakilan BEM Uncen terus berusaha mencari cara untuk dapat bertemu SBY, dan menyampaikan langsung keinginannya. Sekilas ini memang terlihat berat.
Tuhan berkata lain, ada saja jalan yang dibukakan sehingga mereka yang hanya iseng SMS ke no hot line Istana, malah mendapat respon dari Ibu Negara, hingga secara mendadak mereka dipanggil masuk ke Istana bertemu SBY. Pada hari Jumat, 22 Oktober 2010 pukul 14.15WIB Staff Khusus Presiden menelpon untuk segera datang ke Istana Negara dalam waktu 1 jam.
Peluang seperti ini hanya datang 1 kali, tidak akan ada kesempatan lain, akhirnya saya yang diminta oleh kawan-kawan BEM Uncen untuk mendampingi mereka berangkat ke Istana dan bertemu langsung dengan Presiden SBY untuk menyampaikan permasalahan di Papua sekaligus mengundang beliau untuk dapat hadir disana pada kegiatan Temu BEM Nusantara tersebut.
1 hal positif yang didapat dari pertemuan tersebut, SBY berjanji akan meninggalkan pendekatan Militeristik dan lebih menggunakan pendekatan Humanistik dan Peningkatan Kesejahteraan di sektor riil dalam menghadapi konflik Papua. Beliau juga berupaya untuk dapat hadir dalam Pembukaan Temu BEM Nusantara tersebut.
Tidak panjang lebar, hanya itu yang kami bicarakan dengan Presiden SBY. Setelah itu saya langsung memberikan konfrensi Pers untuk menghindari salah paham di teman2 di bawah.
Tapi sayang, beberapa kawan2 BEM Nusantara Jabodetabek yg tadinya menertawakan dan mencemooh niat kawan-kawan Papua, malah kebakaran jenggot dan membuat konfrensi pers tandingan dan mengklaim diri sbg koordinator Nasional BEM Nusantara, yaitu Fernando Yohannes (Menlu BEM Untar) dan Muhammad Zimah/Awab (Ketua BEM Unkris). Padahal BEM Nusantara bersifat Collective Collegeal tanpa memiliki Badan Struktural di level Nasional. Selain itu Statement mereka yang sangat provokatif dan menghina dalam media online tersebut memang langsung menjadi konsumsi kawan-kawan pergerakan lain untuk disebarluaskan.
Akhirnya berdarlah berita ini hingga banyak sahabat-sahabat saya ikut memberikan perhatian dan tanggapan akan hal ini. Saya sangat berterimakasih atas perhatian yang diberikan. Saya hanya manusia biasa, juga punya kelemahan dan kekhilafan. Bagi saya ini hanyalah Itjihad dalam mengupayakan menyampaikan suara kaum lemah dan tertindas di bumi Cendrawasih.
Harapan terbesar adalah, semoga pasca ini Papua memiliki nilai yang lebih tinggi di mata seluruh rakyat Indonesia, kesejahteraan disana dapat terwujud, keaamanan dan ketentraman disana menjadi kenyataan yang selama puluhan tahun masih merupakan mimpi.
Terimakasih
Wassalamualaikum Wr Wb
Atma Winata Nawawi
Mantan Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti
Deklarator BEM Nusantara Wilayah Jabodetabek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun