Mohon tunggu...
Jie Laksono
Jie Laksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - What is grief if not love perseverance?

Ketika kata lebih nyaman diungkapkan lewat tulisan ketimbang lisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ingin Cerai

3 Januari 2021   08:08 Diperbarui: 3 Januari 2021   08:10 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau memang istri gua selingkuh, nama Dani yang akan muncul pertama kali. Dia pernah beberapa kali nganter istri gua ke rumah pas mobil di bengkel, dan gua ngeliat pandangan dia ke istri gua, pandangan mesum. Padahal ada gua di deket istri gua ketika itu.

Tapi sebenernya, hal yang bener-bener gua harapin dari istri gua saat ini adalah supaya lebih supportive. Sepanjang tahun ini bukan tahun yang baik buat gua. Gua butuh waktu dan dukungan emosional supaya gua bisa bangkit lagi, dan gua pikir istri gua gak akan bisa seperti itu.

Gua pengen cerai

***

Aku capek banget hari ini. Pak Dani, gara-gara dia, meeting jadi berantakan tadi. Aku dan beberapa temen lain sudah bilang, ada yang salah sama mata bapak itu yang mestinya diperiksakan ke dokter. 

Aku tahu pandangan bapak itu sudah tidak jelas, jadi kalau memandang orang dari jauh, seperti menantang mengajak duel satu lawan satu. Tapi entah kenapa bapak itu kayaknya takut sama dokter dan rumah sakit. Padahal, seminggu lalu, dia sempet menabrak mobil di depannya setelah mengantarkanku ke rumah, karena aku protes harus lembur dan tidak ada uang lembur padahal mobilku lagi di bengkel.

Ada satu lagi laki-laki yang bener-bener buat hidupku susah, suamiku. Manusia berkostum celana kolor dan singlet lusuh yang selalu memegang joystick, sibuk main game. Aku bingung, aku menikah dengan laki-laki yang selalu rapih, pandai menjaga badan, berwibawa dan penuh dengan kepercayaan diri tapi setelah 6 tahun yang muncul adalah monster besar tak bercelana yang melekat erat dengan sofa depan TV.

Sejujurnya, tahun ini tahun yang buruk buat aku. Suamiku, dengan egoisnya tanpa memikirkan kebutuhan keluarga, resign dari tempat kerjanya karena sering cek-cok sama boss nya. Maksudku, siapa seeh yang gak pernah cek-cok sama bossnya di tempat kerja. Dan dia melakukan itu tanpa ada rencana baru. Katanya pengen nulis novel tapi kalau di depan komputer, main game. Aku bener-bener ngerasa jadi solo fighter di rumah.

Bohong kalau aku bilang aku tidak kecewa dengan ketidakbecusan suami. Sekarang saja, dia minta dijemput di bengkel karena motornya rusak dan tidak pegang uang. Dia merengek minta dijemput lebih parah dibanding anak-anakku ketika mereka minta dijemput, dan mereka baru 6 dan 5 tahun.

Sebenarnya, aku sudah merencanakan pisah dengan suami. Aku sudah mengirim dua anak-anaku ke rumah orang tua di Karawang supaya aku bisa bicara dengan suami untuk pisah tanpa didengar anak-anak. Setelah itu, aku akan menyusul anak-anak ke rumah orang tua. Awalnya rencanaku adalah, aku akan pisah sebagai ultimatum kepada suami sampai suamiku sadar kalau dia harus berusaha, tidak cuma meratapi hidup sambil menempel sofa sepanjang hari. Tetapi setelah tadi mendengar rengekan suami minta dijemput, pikiranku berubah. Aku sadar, dia bukan lelakiku yang dulu lagi.

Aku ingin cerai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun