DITULIS OLEH : ATJIH KURNIASIH
ANGGOTA KOMUNITAS PEGIAT LITERASI JABAR (KPLJ)
Seorang rekan bertanya kepada saya. “Saya belum kenal KPLJ itu apa?” Saat dirinya saya tawarkan untuk masuk komunitas KPLJ. Seperti komunitas lainnya, komunitas inipun memaksimalkan WA untuk sarana berinteraksinya. Pertanyaan rekan saya itu menggerakkan saya untuk menulis tentang komunitas yang satu ini, di mana saya juga ada di dalamnya.
Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat (KPLJ). bergerak tidak jauh seputar mengembangkan budaya literasi. Komunitas yang didirikan oleh Idris Apandi yang kesehariannnya sebagai widyaswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan sekaligus trainer menulis. Karyanya terbilang tidak sedikit, tiga di antaranya Saya Guru saya bisa menulis, Literasi atau mati, Jalan Menuju Guru Mulya Karena Karya.
Kelahiran komunitas ini, menjadi sebuah alternatif dan angin segar serta menjadi daya tarik anggotanya. Mereka seperti juga penulis seperti menemukan “sebuah rumah” demikian Idris Apandi menyebutnya. Rumah yang memang mereka dambakan. Sebuah keluarga yang menawarkan apa yang mereka cari. Keluarga yang senantiasa memberikan motivasi, inspirasi, dan suport antara sesama anggota layaknya sebuah keluarga.
Bu Anita Contohnya, dalam tulisannnya yang berjudul Satu Tahun yang Sangat Berarti menulis, bahwa dengan dirinya menjadi anggota Komunitas ini mendapat nilai tambah “Kebersamaan di grup KPLJ memberikan nilai tambah dan membuat saya lebih baik dari tahun lalu” ungkap bu Anita guru yang meraih guru berprestasi ke dua tingkat kabupaten Cianjur ini
“sebuah paparan yang paripurna. Pokonamah di KPLJ mah sedikit meleng, chat ratusan. Anggotana heterogen, ada penyuka puisi, artikel, cerpen, cerbung, hampir no hoax,” tulisnya dengan campur bahasa sunda dalam chat WA grup lain saat saya memintanya melengkapi untuk memperkenalkan lebih jauh tentang apa itu KPLJ.
Seperti yang diungkapkan oleh Idris Apandi di atas, bahwa dengan adanya komunitas ini diharapkan lahir banyak karya, terutama karya guru yang memang mayoritas anggota komunitas ini. Sehingga dalam seharinya WA grup dipenuhi dengan berbagai karya. Mulai dari puisi, cerpen, cerpen keroyokan sampai puisi Jepang Haiku. Adalah bu Cucu rekan mengajar yang menyampaikan ke pada saya ketertarikannnya mempelajari puisi tersebut setelah menyimak dan membaca hasil dari anggota komunitas ini. Akhirnya ibu guru yang kesehariannnya mengajar bahasa Indonesia itu, mencoba untuk membuat puisi Jepang.