Untuk ke dua kalinya saya mengikuti pelatihan ini, yang sebelumnya di tahun 2013 sayapun mengikutinya. Pelatihan yang dihadiri oleh guru dari berbagai daerah itu dan diprakarsai oleh Komunitas Guru Sejuta Ngeblog yang digawangi oleh Wijaya Kusuma yang akrab dipanggil Om Jay dan Sekjen Namin AB Solihin. Teacher Writing Camp, dan untuk tahun ini memasuki tahun ke lima. TWC 5 24-26 Desember 2015.
Mengapa dan ada apa sehingga saya begitu bersemangat mengikuti pelatihan ini sampai dua kali , dan tidak gratis lagi. Apalagi tempat di mana saya berada di sebuah daerah yang kalau dipenghujung pergantian tahun macetnya bukan main. Cipanas. Pasti ada sesuatu yang membuat saya berkeinginan untuk ikut kedua kalinya. Apalagi, kalau bukan acara dan nara sumber-nara sumbernya yang ahli di bidangnya. Selain itu, saya sudah mempunyai pengalaman megikutinya di tahun 2013. Jadi tahu betul bagaimana pelatihan itu berlangsung.
Untuk tahun 2015 TWC 5 menghadirkan nasa sumber seperti, Ono W Purbo pakar IT sekaligus penulis, Imam Suwandi dari Metro TV, Ukim Komarudin, Ramdham Hamdani, Dedi Dwigatama, Nur Arifah Drajati, Dian Kelana, Iwan Soemantri, Sudarma, serta dari panitia itu sendiri, Wijaya Kusuma, Namin AB Ibnu Solihin dan Bayu .
Khusus untuk sesi Dedi Dwitagama sayang saya tidak bisa mengikutinya, karena saya terjebak kemacetan tujuh jam dari Cipanas. Saya kira kalau saya berangkat pukul 05.00 paling lambat saya tiba pukul delapan. Manusia punya rencana. Ternyata rute Cipanas-Jakarta, hari itu Kamis 26 Desember sudah mengalami kemacetan yang luar biasa walaupun suasana masih terlalu pagi untuk orang berwisata. Tapi itulah Cipanas -Jakarta sulit untuk diprediksi.Â
Ternyata dugaan saya tidak meleset. Saya benar benar terhipnotis oleh TWC 5. Energi dan semangat saya untuk menulis berkecamuk dengan kuatnya. Saya semakin menyadari bahwa manusia mulya karena karya. Saya Semakin menyadari betapa saya memiliki tanggung jawab sebagai guru untuk mengembangkan budaya literasi untuk diri sendiri dan juga kepada siswa.
Semangat dan motivasi itu bisa muncul tiada lain karena pengaruh dari bagaimana panitia menyusun acaranya dengan begitu keren dan cantik. Coba saja di awal kedatangan, peserta sudah disambut layaknya akan lahir seorang penulis hebat. Kemudian peserta dipersilahkan untuk menuliskan harapan-harapannya dan diakhiri dengan berfoto sambil memegang karton bertuliskan kata-kata yang penuh memotivasi. Sederhana, tetapi efeknya memasukan kesan positi terhadap diri sendiri. Hal itu dilakukan kepada semua peserta tampa kecuali saya . Saya walaupun terlambat tetap mengikuti sesi tersebut.
Dengan pandangan posistip terhadap diri tersebut, peserta mengikuti pemaparan nara sumber dengan penuh antusias. apalagi nara sumber yang di datangkan betul -betul menghipnotis peserta yang jumlahnya sekitar kurang lebih dua puluh. Nur Arifah Drajati dengan kelembutan seorang wanita memaparkan bagaimana guru dituntut untuk memiliki kemampuan membuat bahan ajar.
Tuntutan ini dikarenakan menurut beliau terkadang buku yang terdapat di siswa terlalu sulit ataupun terlalu rendah. di sinilah peran guru untuk menyesuaikan bahan ajar dengan karakteristik siswanya. Nur Arifah Drajati yang sehari harinya pengajar labschool ini berpesan kepada peserta untuk selalu melakukan tiga hal yaitu READ MORE, WRITE MORE dan PRAY MORE.
"Jadilah Guru Beda" itulah pesan yang tersirat dari isi pemaparan Ukim Komarudin. Melalui apa?. Melalui sebuah kreatifitas. dan salah satu kreatfitas itu adalah menulis. Karena manusia itu unik, lanjut Ukim Komarudin yang juga seorang penulis dan pengajar di Labschool maka, karya menulis juga unik. Jadi jangan ingin menjadi orang lain dalam menulis. Jadilah diri sendiri , temukan Passion dan mau berproses jika ingin maju dan berkembang.
Peserta TWC5 ternyata tidak sampai disitu terhipnotisnya. Ramdhan Hamdani, Iwan Soemantri melengkapi energi peserta dengan motivasinya-motivasi dengan caranya yang berbeda. Ramdhan Hamdani dengan materi cara cerdas menulis di Media Nasional memaparkan bagaimana sebagai guru honor mampu mendapatkan tambahan finansial dengan tidak keluar dari propesinya sebagai guru. tetapi justru menunjukan guru yang berkompeten melalui tulisan tulisannya di media.
Ramdhan menjadi pemodelan bagi peserta sekaligus memotivasi bahwa guru dari daerah juga mampu berkarya dan tidak kalah dengan guru yang ada di Kota. Hal ini juga terjadi pada Iwan Soemantri. Panitia sepertinya menjadikan Iwan Soemantri menjadi nara sumber untuk menjadi model bahwa guru dari daerah juga mampu berkarya, kebetulan Iwan Soemantri memang guru dari Cibadak 3 Sukabumi.