Mohon tunggu...
Atjih Kurniasih
Atjih Kurniasih Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri 1 Cipanas

Guru SMPN 1 Cipanas lulusan D2 IKIP Jakarta Lulusan S1 Univ Suryakancana Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Termotivasi TWC 5

1 Januari 2016   17:29 Diperbarui: 1 Januari 2016   17:47 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk ke dua kalinya saya mengikuti pelatihan ini, yang sebelumnya di tahun 2013 sayapun mengikutinya. Pelatihan yang dihadiri oleh guru  dari berbagai daerah  itu dan diprakarsai oleh Komunitas Guru Sejuta Ngeblog yang digawangi oleh Wijaya Kusuma yang akrab dipanggil Om Jay dan Sekjen Namin AB Solihin. Teacher Writing Camp, dan untuk tahun ini memasuki tahun ke lima. TWC 5 24-26 Desember 2015.

Mengapa dan ada apa sehingga saya begitu bersemangat mengikuti pelatihan ini sampai dua kali , dan tidak gratis lagi. Apalagi tempat di mana saya berada di sebuah daerah yang kalau dipenghujung  pergantian tahun macetnya bukan main. Cipanas. Pasti ada sesuatu yang membuat saya berkeinginan untuk ikut kedua kalinya. Apalagi,  kalau bukan acara dan nara sumber-nara sumbernya  yang ahli di bidangnya. Selain itu, saya sudah mempunyai pengalaman megikutinya di tahun 2013. Jadi tahu betul bagaimana pelatihan itu berlangsung.

Untuk tahun 2015 TWC 5 menghadirkan nasa sumber seperti, Ono W Purbo pakar IT sekaligus penulis, Imam Suwandi dari Metro TV, Ukim Komarudin, Ramdham Hamdani, Dedi Dwigatama, Nur Arifah Drajati,  Dian Kelana, Iwan Soemantri, Sudarma, serta dari panitia itu sendiri, Wijaya Kusuma, Namin AB Ibnu Solihin dan Bayu .

Khusus untuk sesi Dedi Dwitagama sayang saya tidak bisa mengikutinya, karena saya terjebak kemacetan tujuh  jam dari Cipanas. Saya kira kalau saya berangkat pukul 05.00 paling lambat saya tiba pukul delapan. Manusia punya rencana. Ternyata rute Cipanas-Jakarta,  hari itu Kamis 26 Desember sudah mengalami kemacetan yang luar biasa walaupun suasana masih terlalu pagi untuk orang berwisata. Tapi itulah Cipanas -Jakarta sulit untuk diprediksi. 

Ternyata dugaan saya tidak meleset. Saya benar benar terhipnotis oleh TWC 5. Energi dan semangat saya untuk menulis berkecamuk dengan kuatnya. Saya semakin menyadari bahwa manusia mulya karena karya. Saya Semakin menyadari betapa saya memiliki tanggung jawab sebagai guru untuk mengembangkan budaya literasi untuk diri sendiri dan juga kepada siswa.

Semangat dan motivasi itu bisa muncul tiada lain karena pengaruh dari bagaimana panitia menyusun acaranya dengan begitu keren dan cantik. Coba saja di awal kedatangan,  peserta sudah disambut layaknya akan lahir seorang penulis hebat. Kemudian peserta dipersilahkan untuk menuliskan harapan-harapannya dan diakhiri dengan berfoto sambil memegang karton bertuliskan kata-kata yang penuh  memotivasi. Sederhana, tetapi efeknya memasukan kesan  positi terhadap diri sendiri. Hal itu dilakukan  kepada semua peserta tampa kecuali saya . Saya walaupun terlambat tetap mengikuti sesi tersebut.

Dengan pandangan posistip terhadap diri tersebut, peserta mengikuti pemaparan nara sumber dengan penuh antusias. apalagi nara sumber yang di datangkan betul -betul menghipnotis peserta yang jumlahnya sekitar kurang lebih dua puluh. Nur Arifah Drajati dengan kelembutan seorang wanita memaparkan bagaimana guru dituntut untuk memiliki kemampuan membuat bahan ajar.

Tuntutan ini dikarenakan menurut beliau terkadang buku yang terdapat di siswa terlalu sulit ataupun terlalu rendah. di sinilah peran guru untuk menyesuaikan bahan ajar dengan karakteristik siswanya. Nur Arifah Drajati yang sehari harinya pengajar labschool ini berpesan kepada peserta untuk selalu melakukan tiga hal yaitu READ MORE, WRITE MORE dan PRAY MORE.

"Jadilah Guru Beda" itulah pesan yang tersirat dari isi pemaparan Ukim Komarudin. Melalui apa?. Melalui sebuah kreatifitas. dan salah satu kreatfitas itu adalah menulis. Karena manusia itu unik,  lanjut Ukim Komarudin yang juga seorang penulis dan pengajar di Labschool maka,  karya menulis juga unik. Jadi jangan ingin menjadi orang lain dalam menulis. Jadilah diri sendiri , temukan Passion dan mau berproses jika ingin maju dan berkembang.

Peserta TWC5 ternyata  tidak sampai disitu terhipnotisnya. Ramdhan Hamdani, Iwan Soemantri  melengkapi energi peserta dengan motivasinya-motivasi dengan caranya yang berbeda. Ramdhan Hamdani dengan materi cara cerdas menulis di Media Nasional memaparkan bagaimana sebagai guru honor mampu mendapatkan tambahan finansial dengan tidak keluar dari propesinya sebagai guru. tetapi justru menunjukan guru yang berkompeten melalui tulisan tulisannya di media.

Ramdhan menjadi pemodelan bagi peserta sekaligus memotivasi bahwa guru dari daerah juga mampu berkarya dan tidak kalah dengan guru yang ada di Kota. Hal ini juga terjadi pada Iwan Soemantri. Panitia sepertinya menjadikan Iwan Soemantri menjadi nara sumber untuk menjadi model bahwa guru dari daerah juga mampu berkarya, kebetulan Iwan Soemantri memang guru dari Cibadak 3 Sukabumi.

sesi yang juga menarik adalah saat Namin AB Ibnu Solihin memaparkan mengenai cara kreatif menulis Buku Self Pubishing. di antara materinya adalah bagaimana membangun budaya Literasi baik di sekolah maupun di rumah. Untuk mengetahui budaya literasi peserta, Namin AB Ibnu Solihin bertanya kepada peserta dengan pertanyaan, "Sudahkah Buku menjadi Sahabat Kita", "Buku Apa yang terakhir anda baca?", Pertanyaan beliau sampaikan untuk mengingatkan peserta yang sebahagian besar adalah guru untuk selalu mengembangkan budaya Literasi. Sebab kata beliau, dengan guru selalu mengembangkan budaya baca dan menulis, diharapkan guru akan menjadi cerdas. dan peserta didik akan bangga mempunyai guru-guru yang cerdas.

Apa yang bisa ditulis oleh guru? Namin AB Ibnu Solihin yang juga motivator Pendidikan dan dosen itu, memaparkan bahwa Aktivitas Belajar mengajar adalah catatan yang menarik yang bisa guru tulis, kisah murid yang dianggap menarik, selain ide ide kreatif lainnnya. Mengapa guru harus menulis?. Beliau juga mengatakan agar guru tidak menjadi "Guru Lontong Basi". dan untuk tidak menjadi guru lontong basi syaratnya adalah, guru harus mau membaca. Dengan membaca Guru diharapkan akan bisa menulis. dengan membaca guru seperti keliling dunia. dengan guru yang rajin membaca dan menulis diharapkan akan lahir guru cerdas dan menjadi kebanggaan Peserta didik, yang sekaligus menjadi contoh bagi mereka.

Acara yang menantang pada TWC 5 adalah,  sesi Praktek Menulis. Dalam sesi ini peserta mengalami tiga kali tantangan. yang masing -masing tantangan panitia menyediakan berbagai judul buku yang diserahkan kepada peserta yang  tulisannnya baik. setiap sesi ada empat sampai lima guru mendapatkan buku-buku. Dari sesi ini selain peserta menjadi tahu kemampuan menulisnya juga menjadi pembelajaran  peserta betapa berharganya sebuah buku bacaan. Itu yang saya rasakan., dan itu mengapa tidak saya praktekan nanti di kelas.

Hari terakhir TWC 5 diisi dengan Ice Breaker yang dibawakan oleh Bhayu dan  dilanjutkan oleh kedatangan tak  disangka-sangka atau panitia memberikan suprise kepada peserta yaitu pengarang Ahmad Fuadi. Pengarang yang terkenal dengan cerita pesantren Gontornya itu betul-betul memukai peserta. Itu terlihat dari banyaknya pertanyaan dari peserta. malah ada peserta yang bukan bertanya tetapi menceritakan betapa novel Negeri Lima Menara  mampu memotivasi peserta didiknya untuk melanjutkan sekolah ke Gontor.

Om Jay atau nama lengkapnya Wijaya Kusuma, mengakhiri pelatihan dengan memaparkan pengalamannya menjadi blogger dan berbagai keberuntungan yang beliau dapatkan. Walaupun sesinya ada di acara terakhir, namun sambutan peserta tetap antusias, terkadang gelak tawa memenuhi ruangan karena gaya om Jay yang santai, serius dan humoris sehingga tidak merasa jenuh dan cape yang kemudian oleh beliau acara pelatihan TWC 5 ditutup. Hasil dari TWC 5 selain ilmu, sertifikat, dan Kenganan  yang peserta dapat juga yang membuat bangga peserta termasuk saya adalah akan terbitnya buku hasil tulisan para peserta selama Pelatihan, yang oleh panitia katanya layak untuk dibukukan, dan Judul dari bukunya GURU KREATIF DI JAMAN DIGITAL

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun