Mohon tunggu...
Teuku Afifuddin
Teuku Afifuddin Mohon Tunggu... lainnya -

Seorang yang bergelut di dunia kesenian sinematographi dan Teater, tinggal di pergunungan kota jantho Aceh Besar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebhinekaan Warung Kopi Aceh

4 Desember 2016   22:53 Diperbarui: 4 Desember 2016   23:06 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika di lihat dari namanya, jelas sekali kalau warung tersebut menjual minuman yang berasal dari kopi, tapi jangan bersedih bagi anda yang tidak suka kopi. Anda dibolehkan untuk memesan minuman lainnya selama ada dalam daftar menu. Anda boleh pesan teh, juice atau susu, terserah. Warung kopi di Aceh tidak kaku, pemiliknya memberi kebebasan bagi siapa saja untuk bisa menikmati seduhannya walaupun bukan kopi yang di pesan. Tidak ada paksaan anda harus memesan teh sekalian kopi, atau hanya kopi saja. Sepertinya si pemilik warung sadar betul bahwa pelanggannya yang pencinta kopi punya teman yang tidak suka atau tidak boleh minum kopi karena satu dan lain hal. Oleh karena itu, pemiliknya menyediakan menu minuman lain agar pelanggan yang suka kopi bisa tetap bersama temannya dalam satu warung kopi.

Cara tersebut mampu membuat pelanggannya nyaman, tidak harus berpisah hanya karena beda menu minuman. Siapa saja boleh nongkrong di warung kopi sambil ngobrol sama kerabat atau keluarga, walaupun tidak ada satupun diantara mereka yang pesan kopi. Karena itu pengunjung warung kopi bisa banyak, seandainya hanya kopi yang di jual, bisa jadi pengunjung berkurang dan mungkin akan ada yang terpisah hanya karena perbedaan menu minuman.

Kemerdekaan dan Saling Menghargai Antar Kelompok

Bukan hanya menu yang beraneka ragam, di dalam warung kopi Aceh juga terdapat teritorial masing-masing yang menjamin kemerdekaannya. Teritorial tersebut dibatasi oleh meja yang terdapat di warung tersebut. Antar meja, pelanggannya tidak boleh mencampuri urusan yang diluar mejanya. Pembahasan di meja A hanya boleh di komentari oleh mereka yang duduk di wilayah meja tersebut, begitu sebaliknya terhadap meja yang lain. Biasanya yang duduk pada satu meja adalah mereka yang sudah saling kenal, walau pun meja tersebut tersedia empat kursi namun yang duduk hanya dua orang, maka pelanggan lain yang tidak saling kenal dengan mereka tidak akan duduk satu meja, mereka akan mencari meja lain sebagai wilayah teritorialnya. Bentuk saling menghargai ini, mampu menghapus petengkaran yang terjadi di warung kopi, hanya karena masalah sepele, atau masalah besar.

~keep smile~ :-) :-) :-) :-) :-)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun