Mohon tunggu...
Atiya Fauzan
Atiya Fauzan Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga, Guru, Mahasiswi

Istri bahagia dan ibu berbangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning

10 Mei 2021   14:09 Diperbarui: 10 Mei 2021   14:12 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keterampilan berpikir kritis telah di uji di Eropa, dalam laporan Komisi Uni Eropa menekankan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi bagi para guru sangat penting. Keterampilan tersebut meliputi pemikiran reflektif, berpikir kritis, dan keterampilan metakognisi. Kompetensi guru secara umum yang didefinisikan oleh Uni Eropa mencakup kemampuan berpikir kritis dan sifat mencari referensi untuk pendidikan guru pertama dan pengembangan guru professional. Kemampuan berpikir kritis telah diuji dalam Deklarasi Melbourne pada tahun 2008 yang menggambarkan bahwa pelajar sukses sebagai individu yang mampu berpikir secara mendalam dan logis serta memperoleh dan mengevaluasi bukti secara disiplin sebagai sebuah hasil belajar yang mendasar.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja kelas menengah dalam memasuki dunia kerja dan untuk mengembangkan sikap professional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan pasal 76 menyatakan bahwa tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu SMK dituntut untuk mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi standar yang diharapkan oleh dunia kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah SDM yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta memiliki daya adaptasi, dan daya saing tinggi.

Hubungan Kemmapuan Berpikir Kritis dan Tingkat Pengangguran

Berdasarkan data dari www.bps.go.id yang diakses pada Oktober 2020, dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran yang berasal dari lulusan SMK setiap tahunnya masih cukup tinggi. Sejak Februari 2016 sampai dengan Agustus 2018, lulusan SMK selalu menjadi penyumbang kedua terbesar pengangguran yang ada di Indonesia. Melalui fakta ini dapat dibuktikan bahwa setiap tahun, jumlah lulusan SMK yang tidak terserap dunia kerja masih sangat tinggi.

Tingginya angka pengangguran lulusan SMK menunjukkan bahwa mutu pendidikan SMK saat ini masih belum cukup relevan untuk meningkatkan kemampuan siswa khususnya kemampuan berpikir kritis terutama dalam hal menunjang kesiapan kerja.  Sisi lain tidak terserapnya lulusan SMK, karena sebagian besar lulusan SMK di Indonesia bukan saja kurang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi tetapi juga kurang mampu mengembangkan diri dan karirnya di tempat kerja. Tentunya akar permasalahan ini kembali kepada kemampuan dalam berpikir kritis. Dimana kemampuan berpikir kritis punya pengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha yang juga dapat mengatasi permasalahan tingginya angka pengangguran.

Hal Solutif dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Pada permasalahan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka solusi krusial dalam kegiatan belajar mengajar adalah melalui pendekatan belajar berbasis masalah (PBL), dimana guru harus lebih melibatkan seluruh anggota kelas terutama dalam hal pemecahan masalah pembelajaran. Pendekatan belajar melalui model pembelajaran yang tepat seperti problem-based learning ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara sistematis dan teratur.

Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa mengikuti proses pembelajaran dari awal sampai akhir dengan cara melakukan kegiatan sesuai langkah-langkah pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok dan siswa lebih aktif dalam proses belajar. Sejalan dengan kurikulum 2013 yang menuntut agar dalam pembelajaran para peserta didik mampu berpikir tingkat tinggi, bisa menganalisis, menalar, memecahkan persoalan, serta membuat keputusan, dan mengkomunikasikan apa yang dimilikinya.

Model problem based learning (PBL) pada dasarnya merupakan model pembelajaran yang proses pembelajarannya berpusat kepada siswa, menuntut siswa untuk selalu aktif dalam proses pembelajaran, dan mengembangkan kemampuan menyelesaikan permasalahan dari kehidupan sehari-hari, serta merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa akan meningkat apabila menggunakan pendekatan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun