Pemilu 2024 yang diselenggarakan pada 14 Februari 2024 menjadi momen bersejarah bagi Indonesia dalam memilih pemimpin baru untuk lima tahun ke depan. Pemilihan ini terdiri dari dua komponen utama: pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) serta pemilihan anggota legislatif (pileg).Â
Berdasarkan hasil rekapitulasi suara yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, memenangkan pemilihan dengan perolehan suara yang signifikan. Mereka berhasil meraih 96.214.691 suara atau 58,58% dari total suara sah nasional.Â
Sementara itu, pasangan calon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, memperoleh 40.971.906 suara atau 24,95%. Pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, mendapatkan 27.040.878 suara atau 16,47%.
Pada pemilihan legislatif (Pileg), PDI Perjuangan (PDIP) berhasil meraih suara terbanyak dengan 25.387.279 suara atau 16,72% dari total suara sah. Partai Golkar menempati posisi kedua dengan 23.208.654 suara (15,28%), diikuti oleh Partai Gerindra dengan 20.071.708 suara (13,22%). Perolehan suara partai politik lainnya yaitu PKB dengan 16.115.655 suara (10,61%), Partai NasDem dengan 14.660.516 suara (9,65%), PKS dengan 12.781.353 suara (8,42%), Partai Demokrat dengan 11.283.160 suara (7,43%), PAN dengan 10.984.003 suara (7,23%), PPP dengan 5.878.777 suara (3,87%), PSI dengan 4.260.169 suara (2,80%), Partai Perindo dengan 1.955.154 suara (1,28%), Partai Gelora dengan 1.281.991 suara (0,84%), Partai Hanura dengan 1.094.588 suara (0,72%), Partai Buruh dengan 972.910 suara (0,64%), Partai Ummat dengan 642.545 suara (0,42%), PBB dengan 484.486 suara (0,31%), Partai Garda dengan 406.883 suara (0,26%) dan PKN dengan 326.800 suara (0,21%).
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2024. Pelantikan tersebut berlangsung di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Senayan, Jakarta, dimulai pukul 10.00 WIB.Â
Pelantikan ini menjadi titik awal bagi mereka untuk menjalankan berbagai program yang telah mereka janjikan selama masa kampanye. Salah satu program unggulan dari pemerintahan baru Prabowo-Gibran adalah program "Makan Bergizi Gratis". Program ini dirancang untuk memberikan makan siang dan susu gratis bagi anak-anak serta ibu hamil.Â
Tujuan utama dari program ini adalah meningkatkan kualitas kesehatan generasi penerus bangsa dan ibu hamil, mencegah stunting, serta mendukung peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
Selain itu, program ini juga diharapkan dapat mengurangi beban masyarakat miskin, sekaligus mendorong aktivitas ekonomi Indonesia, terutama bagi petani, produsen makanan, hingga ibu rumah tangga yang terlibat dalam proses penyediaan makanan.Â
Program "Makan Bergizi Gratis" akan diimplementasikan secara bertahap, dengan skala prioritas diberikan kepada wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).Â
Hal ini menunjukkan fokus pemerintahan Prabowo-Gibran terhadap daerah-daerah yang selama ini kurang mendapatkan akses atau fasilitas yang memadai. Program ini memiliki anggaran yang sangat besar, yaitu sekitar 400 Triliun Rupiah, jauh lebih tinggi dari perkiraan awal yang sebesar 266 Triliun Rupiah.Â
Kenaikan anggaran ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan harga bahan makanan di berbagai daerah, yang membuat penyusunan biaya menjadi lebih kompleks dan sulit untuk dipukul rata di seluruh wilayah Indonesia.
Meskipun niat di balik program ini sangat baik, sejumlah pihak mengkritik perencanaan program ini yang dinilai kurang matang dan realistis. Berbagai perubahan mendadak dalam konsep dan isi program, seperti perubahan nama, menu makanan, dan anggaran per porsi, menimbulkan kebingungan di kalangan publik.
 Pada awalnya, setiap porsi makan siang dan susu gratis ini dijanjikan memiliki anggaran sebesar 15.000 Rupiah, namun spekulasi berkembang bahwa anggaran tersebut akan dipotong menjadi 7.500 Rupiah per porsi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan anggaran RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) 2045 yang diperkirakan hanya sebesar 71 Triliun Rupiah.Â
Salah satu perubahan signifikan dalam program ini adalah penggantian nama dari "Makan siang dan susu gratis" menjadi "Makan bergizi gratis". Selain itu, menu yang disediakan juga mengalami beberapa perubahan.Â
Pada awalnya, karbohidrat utama yang akan disajikan adalah nasi, tetapi Gibran Rakabuming Raka menyatakan bahwa ada kemungkinan menu karbohidrat tersebut diganti menjadi mie atau jagung, dengan alasan kandungan karbohidrat kompleks yang dimilikinya.
Perubahan yang lebih besar terjadi pada menu susu. Awalnya, program ini merencanakan penggunaan susu sapi sebagai bagian dari menu "susu gratis", tetapi belakangan susu sapi diganti dengan susu berbasis ikan. Susu ikan ini dibuat dari protein ikan, khususnya ikan yang mengandung lemak yang tinggi.Â
Susu ikan dipilih karena kandungan nutrisinya yang tinggi, termasuk asam amino esensial dan omega-3, yang dianggap lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan susu sapi.Â
Selain itu, penggunaan susu ikan juga lebih sesuai dengan potensi sumber daya maritim Indonesia, mengingat sebagian besar kebutuhan susu sapi di Indonesia masih harus diimpor dari luar negeri. Perubahan menu susu ini dianggap sebagai langkah yang sejalan dengan upaya pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya lokal secara lebih maksimal.Â
Mengingat Indonesia adalah negara maritim dengan sumber daya perikanan yang melimpah, susu berbasis ikan dinilai sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan susu sapi yang sebagian besar harus diimpor.
Dengan demikian, program ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, terutama di sektor perikanan, sekaligus meningkatkan gizi masyarakat. Namun, ada kekhawatiran bahwa program ini berpotensi menghadapi masalah dalam implementasinya.Â
Salah satu masalah utama adalah potensi korupsi, terutama dalam proses pengadaan barang dan jasa, serta dalam penunjukan penyedia makanan dan susu gratis.Â
Panjangnya rantai distribusi dari penyedia hingga ke penerima makanan juga dinilai menambah risiko, di mana sulit untuk memastikan bahwa makanan dan susu yang diberikan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, yaitu 7.500 Rupiah per porsi.Â
Lebih jauh lagi, kompleksitas program ini juga disebabkan oleh perbedaan kondisi di berbagai wilayah Indonesia. Harga bahan pokok yang bervariasi antara daerah, serta akses yang berbeda-beda, membuat program ini sulit untuk diterapkan secara seragam di seluruh Indonesia.
Selain itu, anggaran yang besar menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan program ini dalam jangka panjang, terutama mengingat RAPBN yang terbatas. Dalam pandangan saya (opini), meskipun tujuan program "Makan Bergizi Gratis" ini sangat mulia, perencanaan dan implementasinya masih perlu diperbaiki agar lebih realistis.Â
Perubahan mendadak dalam anggaran, menu, dan konsep program menunjukkan bahwa pemerintah perlu melakukan kajian lebih mendalam sebelum meluncurkan program sebesar ini.Â
Selain itu, pengawasan yang ketat diperlukan untuk mencegah terjadinya korupsi dan memastikan bahwa program ini benar-benar memberikan manfaat kepada masyarakat yang membutuhkan. Kesimpulan dari essay ini adalah Pemilu 2024 di Indonesia menghasilkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, dengan persentase suara sebesar 58,59%.Â
Salah satu program utama mereka adalah Makan Bergizi Gratis yang sebelumnya disebut Sebagai makan siang dan Susu gratis, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dan anak-anak, mengurangi kemiskinan, dan mencegah stunting.
Program ini awalnya dirancang untuk menyediakan makan siang dan susu gratis, namun mengalami perubahan, termasuk penggantian susu sapi dengan susu berbasis ikan karena potensi sumber daya maritim Indonesia yang lebih besar daripada susu sapi, yang sebagian besar harus diimpor.
 Program ini menargetkan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia, dengan anggaran yang terus meningkat hingga mencapai 400 triliun Rupiah.Â
Namun, perencanaannya dinilai kurang matang, sehingga terjadi perubahan konsep mendadak, seperti penggantian menu nasi dengan karbohidrat lain seperti mie atau jagung, dan pengurangan anggaran per porsi dari 15.000 Rupiah menjadi 7.500 Rupiah.
Selain itu, ada kekhawatiran akan potensi korupsi dalam pengadaan dan distribusi program ini, mengingat tantangan dalam rantai distribusi yang panjang dan sulitnya memastikan anggaran sesuai dengan porsi yang dijanjikan.Â
Secara keseluruhan, program ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, terutama di wilayah 3T yang selama ini kurang mendapatkan perhatian. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada perencanaan yang matang, pengelolaan anggaran yang baik, serta pengawasan yang efektif untuk menghindari penyalahgunaan dana.Â
Dengan perbaikan dalam aspek-aspek tersebut, program "Makan Bergizi Gratis" dapat menjadi salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran yang membawa dampak positif bagi masyarakat luas.
Mekanisme pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis yang diusung oleh Prabowo-Gibran melibatkan beberapa langkah strategis dalam distribusi makanan dari pusat hingga ke penerima manfaat.Â
Pertama, pemerintah telah membentuk Kantor Satuan Layanan di seluruh Indonesia untuk mengkoordinasikan distribusi makanan.Â
Setiap kantor ini bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bergizi, dengan kapasitas mencapai 3.000 hingga 4.000 porsi per lokasi, dan berfungsi sebagai penghubung antara pemerintah dan penerima manfaat.
Proses distribusi dimulai dengan pengadaan bahan makanan  yang berkualitas, yang kemudian disiapkan di pusat layanan sebelum didistribusikan ke daerah-daerah target. Program ini menyasar anak-anak dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), serta ibu hamil dan menyusui, dengan fokus pada daerah terpencil dan kurang mampu.Â
Selain itu, program ini juga memanfaatkan data analitik untuk menentukan prioritas penerima manfaat berdasarkan kebutuhan gizi dan kondisi sosial ekonomi. Setelah pengadaan dan persiapan, makanan akan didistribusikan ke masing-masing satuan layanan yang kemudian menyalurkan makanan tersebut kepada penerima manfaat.Â
Untuk memastikan keberhasilan program, pemerintah juga menekankan pentingnya pendidikan gizi bagi masyarakat agar penerima manfaat memahami pentingnya pola makan sehat. Dengan alokasi dana yang signifikan dan pendekatan sistematis ini, program diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas gizi masyarakat dan meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia.
Program Makan Bergizi Gratis yang diinisiasi oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta industri makanan di Indonesia.Â
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, tetapi juga untuk menciptakan efek ganda dalam perekonomian. Dengan melibatkan UMKM lokal dalam penyediaan makanan, program ini dapat meningkatkan pendapatan mereka dan menciptakan lapangan kerja baru.Â
Diperkirakan sekitar 0,82 juta tenaga kerja akan terserap untuk menjalankan program ini, yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi sekitar 0,10% pada tahun 2025.Â
Analisis dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) menunjukkan bahwa setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan untuk program ini dapat memberikan manfaat hingga Rp 63.500 terhadap perekonomian. Selain itu, hasil uji coba pilot project menunjukkan bahwa UMKM yang terlibat dalam program mengalami peningkatan rata-rata pendapatan sebesar 33,68%.Â
Dengan demikian, program Makan Bergizi Gratis tidak hanya berfokus pada peningkatan gizi masyarakat tetapi juga berfungsi sebagai stimulus bagi pertumbuhan ekonomi lokal melalui pemberdayaan UMKM dan industri kecil menengah (IKM).
Program Makan Bergizi Gratis yang diusung oleh Prabowo-Gibran memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan program serupa di negara lain. Misalnya, Jepang telah menjalankan program makan siang gratis di sekolah selama lebih dari 100 tahun, bertujuan untuk memastikan anak-anak dari keluarga miskin tetap bersekolah dengan memberikan makanan bergizi setiap hari.Â
Program ini tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pangan, tetapi juga pada asupan gizi yang seimbang, termasuk protein dan produk susu, yang penting untuk perkembangan mental dan emosional anak. Sementara itu, program Makan Bergizi Gratis di Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak, terutama di daerah terpencil dan kurang mampu.Â
Namun, tantangan yang dihadapi Indonesia termasuk kebutuhan untuk memastikan distribusi yang efektif dan pemantauan kualitas makanan. Selain itu, program ini berencana untuk melibatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal dalam penyediaan bahan makanan, yang dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal.Â
Dari segi pendanaan, alokasi anggaran untuk program ini mencapai Rp 71 triliun, meskipun lebih kecil dari perkiraan awal yang mencapai Rp 100 hingga Rp 200 triliun. Hal ini menunjukkan perlunya perencanaan yang matang agar program dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal.
 Dengan demikian, meskipun ada kesamaan dalam tujuan pemenuhan gizi anak, pendekatan dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam pelaksanaan program ini menunjukkan dinamika yang berbeda dibandingkan dengan praktik di negara lain seperti Jepang.
Program "Makan Bergizi Gratis" dari pemerintahan Prabowo-Gibran membutuhkan sistem pengawasan yang ketat dan pengelolaan yang baik untuk menjamin keberlanjutannya. Pengawasan dapat dilakukan melalui pembentukan tim independen, sistem pelaporan yang transparan dan real-time, serta pelibatan aktif masyarakat dalam monitoring program.Â
Selain itu, digitalisasi sistem distribusi dan monitoring, pembuatan database penerima manfaat yang akurat, serta pelaporan keuangan yang transparan menjadi kunci keberhasilan pengelolaan program ini.Â
Dalam jangka panjang, program ini diharapkan dapat memberikan manfaat nyata seperti penurunan angka stunting secara signifikan, peningkatan kualitas SDM Indonesia, serta pengembangan ekonomi lokal melalui pemberdayaan UMKM dan kemandirian pangan berbasis potensi daerah.Â
Keberlanjutan program dapat dijamin melalui ketersediaan anggaran jangka panjang, pemberdayaan masyarakat lokal, pengembangan sistem produksi pangan mandiri, serta kolaborasi aktif dengan berbagai pemangku kepentingan.Â
Untuk mencegah terjadinya korupsi dalam pelaksanaan program, diperlukan sistem pengadaan barang yang transparan, pelaporan keuangan yang real-time dan terbuka untuk publik, penerapan sanksi tegas bagi pelaku korupsi, serta pembentukan sistem pengaduan masyarakat yang efektif.Â
Dengan penerapan sistem yang baik dan pengawasan yang ketat, program ini diharapkan dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan generasi penerus bangsa.
Pemilu 2024 di Indonesia menghasilkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Salah satu program unggulan mereka, "Makan Bergizi Gratis", bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya ibu hamil dan anak-anak, dengan menyediakan makan siang dan susu gratis.Â
Program ini juga diharapkan dapat mengurangi angka stunting, mengatasi kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama melalui pemberdayaan UMKM di sektor pangan.
 Namun, seiring dengan tujuannya yang mulia, program ini mengalami berbagai perubahan konsep yang memicu kebingungan di masyarakat, termasuk pengurangan anggaran dan perubahan menu, yang mencerminkan kurangnya perencanaan yang matang.
 Di sisi lain, meskipun program ini memiliki potensi besar untuk memperbaiki gizi masyarakat dan mendukung ekonomi lokal, pelaksanaannya menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pengelolaan anggaran yang sangat besar dan risiko korupsi dalam proses pengadaan serta distribusi makanan.Â
Perbedaan kondisi wilayah di Indonesia juga membuat program ini sulit diterapkan secara seragam, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).Â
Untuk memastikan keberhasilan program ini, dibutuhkan pengawasan yang ketat, transparansi anggaran, serta pengelolaan yang sistematis dan terintegrasi, agar manfaatnya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan dan mencegah penyalahgunaan dana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H