Pemulung atau manusia karung adalah kelompok masyarakat yang memiliki masalah kemiskinan cukup mendalam. Dari mereka, banyak yang tak menyadari tentang kemiskinan yang mereka hadapi. Kecenderung mereka untuk pasrah dengan keadaan dan tanpa usaha yang lebih untuk mengeluarkan keadaan dari masalah yang dihadapi.Â
Bagi mereka yang terpenting dapat memenuhi kebutuhan makan. Keadaan tempat tinggal seadanya dan hal terpenting tidak kepanasan dan kehujanan.
Setiap orang pada dasarnya menginginkan pekerjaan yang baik dan layak. Dari pekerjaan tersebut, mereka mampu memperoleh hasil, baik dari hasil penjualan barang maupun penjualan jasa. Melalui hasil yang diperoleh tersebut untuk membeli atau mempergunakannya untuk kebutuhan dalam menjalani kehidupan.
Baik untuk kebutuhan primer, sekunder dan kebutuhan tersier. Tak sama dengan kehidupan para pemulung sampah, di mana umumnya termasuk kelompok masyarakat marginal karena kondisinya yang terkesan kumuh, sehingga status sosial pemulung sampah tersebut cenderung dipandang rendah oleh sebagian orang.Â
Akan tetapi sebagian besar pemulung sampah tidak menyadari bahwa mereka turut serta dalam mengatasi soal sampah, menurutnya mereka semata-mata bekerja untuk memperoleh pendapatan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.
Hal tersebut yang terjadi pada kehidupan pemulung di sekitar komplek Perumahan. Sebagian pemulung bukan penduduk asal, melainkan para pendatang dari daerah lain yang mengadu nasib untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.Â
Namun pada kenyataannya mereka yang ingin mendapatkan pekerjaan yang baik dan layak tersebut tidak diiringi dengan pendidikan yang baik dan juga keterampilan yang baik pula. Pekerjaan memulung bagi kebanyakan pemulung merupakan pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan bagi kebutuhan hidup keluarga.Â
Sebagian kepala keluarga ada yang menarik becak, buruh bangunan dan ada juga Ibu rumah tangga yang sebagai buruh cuci dan buruh setrika. Karena tak sedikit para pemulung dilakukan oleh ibu-ibu dan anak-anak mereka.
Selain itu, ada juga mereka yang menjadikan pekerjaan memulung sebagai pekerjaan pokok atau utama. Para pemulung bisa menghabiskan waktunya berjam-jam di jalanan, di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), disekitar daerah Kota Serang untuk mengumpulkan atau memungut barang barang bekas yang dirasa bisa dijual kembali.
Potret kehidupan pencari rongsokan di kompleks perumahan pada masa pandemi covid-19
Pandemi Covid-19 telah memaksa untuk merubah tatatan kehidupan masyarakat. Suka tidak suka, perubahan secara drastis telah terjadi diberbagai sektor. Tak sedikit pemilik usaha yang gulung tikar, meski harus mati-matian memutar otak untuk keberlangsungan usahanya. Lalu bagaimana dengan usaha rongsok? Jual beli barang bekas?Â