Mohon tunggu...
Atiqa NurLatifa
Atiqa NurLatifa Mohon Tunggu... Dosen - Tenaga pengajar sekaligus pegiat literasi

Penikmat buku science

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Generasi Pembelajar Melalui Library Based Learning

30 Mei 2020   10:00 Diperbarui: 30 Mei 2020   10:06 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata perpustakaan semua pasti membayangkan sebuah ruangan yang berisi rak-rak dengan aneka ragam jenis buku. UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pada pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi perpustakaan sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. 

Namun, ternyata masih sedikit masyarakat umum dan siswa yang menyadari bahwa perpustakaan dapat dimanfaatkan sebagai tempat belajar sepanjang hayat. Padahal, dengan adanya perpustakaan proses belajar dapat berjalan lebih maksimal.

Belajar di kelas hanya memberikan pengetahuan yang terbatas tetapi dengan buku seseorang dapat dengan bebas mengetahui segala informasi yang ingin diketahuinya tanpa batas. Seperti yang dikatakan Bung Hatta,"Dengan buku, kau boleh memenjarakanku di mana saja. Karena dengan buku, aku bebas." 

Manfaatnya memang tidak langsung dengan cepat dapat dirasakan karena pengetahuan bersifat investasi masa depan. Sayangnya membaca dan mengunjungi perpustakaan bukan menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat meski mereka mengetahui manfaatnya. Pun para pengelola perpustakaan bukan dipegang oleh orang yang profesional dibidangnya sehingga perpustakaan tidak maksimal menjalankan tujuan dan fungsinya sebagai tempat belajar sepanjang hayat.

Perpustakaan bukan sekedar aksesoris pelengkap sebuah lembaga atau instansi tetapi cerminan kualitas dari lembaga induknya. Keberhasilan lembaga dan sumber daya masyarakat disekitarnya bergantung pada perpustakaan. Oleh karena itu, perlunya membenahi dan memberikan perhatian terhadap perpustakaan dan memahami pentingnya perpustakaan untuk masa depan terutama para generasi muda agar menjadi generasi pembelajar dengan konsumsi informasi yang berkualitas melalui buku dan perpustakaan.

Ada 3 fokus sasaran pemustaka yang perlu dibidik untuk membangun generasi pembelajar melalui library based learning. Pertama, siswa sekolah. Alasan yang sering terdengar dari para siswa bahwa letak perpustakaan mereka yang suka berdekatan dengan WC sekolah, ruangan perpustakaan yang berada di pojokan, dan jam buka layanan yang tidak menentu karena hanya dijaga oleh guru yang diperbantukan untuk mengelola perpustakaan menjadi penyebab mengapa para siswa jarang memanfaatkan perpustakaan. 

Jadi sebenarnya yang menjadi masalah bukan karena para siswa tidak mau memanfaatkan tetapi kurang seriusnya para pengelola lembaga, guru dan pustakawan bersinergi menciptakan perpustakaan yang ideal bagi para siswa. Memperkenalkan dan mendekatkan siswa dengan perpustakaan menjadi suatu langkah yang sangat baik agar mereka memahami di mana tempat yang baik untuk belajar dan rekreasi dengan sumber-sumber informasi terpercaya yang ada di perpustakaan. 

Oleh karena itu, perpustakaan harus dikelola dengan baik. Misalnya saja dengan cara mendesain ruangan senyaman dan semenarik mungkin, memposisikan ruangan perpustakaan di tempat yang strategis, dan peran serta guru dalam memotivasi siswa untuk mengunjungi perpustakaan. Selain itu yang tidak kalah penting, mengintegrasikan mata pelajaran yang ada dengan sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan.

Kedua, mahasiswa. Benar adanya bahwa kebiasaan yang baik akan membawa dampak yang baik pula dikemudian hari kelak. Pada masa sekolah dulu, sebagian besar mahasiswa belum pernah memanfaatkan perpustakaan sekolahnya bahkan mengunjungi perpustakaan sekolahnya tersebut dengan berbagai alasan yang sama seperti yang sudah dipaparkan di atas. Hal tersebut berdampak hingga mereka memasuki perguruan tinggi.

Ironinya, banyak diantara mahasiswa yang malas membaca buku justru membudayakan kegiatan copy-paste atau comot sana sini untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Padahal mereka memiliki akses ke perpustakaan perguruan tinggi tempat mereka menuntut ilmu namun sepertinya fasilitas tersebut kurang dimaksimalkan. 

Solusinya, perlu adanya peran serta dari pimpinan perguruan tinggi, dosen maupun pustakawan untuk mendukung layanan perpustakaan yang ideal dengan cara membuat program pendidikan pemakai bagi setiap mahasiswa baru agar nantinya mengetahui bagaimana cara mengakses dan memanfaatkan sumber informasi yang ada di perpustakaan, memberikan pengetahuan tentang literasi informasi, serta dukungan motivasi para dosen kepada mahasiswa untuk menggunakan literatur-literatur yang ada di perpustakaan.

 Ketiga, masyarakat umum. Kalangan masyarakat umum juga berhak untuk mendapatkan informasi yang berkualitas dan belajar baik bagi mereka yang bersekolah maupun tidak bersekolah, yang muda maupun tua. Perpustakaan umum diperuntukan untuk semua lapisan masyarakat tanpa memandang suku, ras, dan agama. Koleksi yang banyak dan beragam dapat didayagunakan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 

Saat ini perpustakaan sudah bertransformasi, lebih dinamis dan menyenangkan demi menciptakan masyarakat informasi artinya masyarakat yang sadar dengan informasi. Namun kendalanya, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa perpustakaan dapat diakses oleh semua lapisan tanpa dipungut biaya apapun untuk mengunjungi perpustakaan. 

Itu artinya perpustakaan harus lebih mendekatkan diri kepada masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar, kecamatan, atau kabupaten. Namun perlu masuk ke desa-desa agar masyarakat setempat dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan tersedianya fasilitas perpustakaan ataupun taman bacaan masyarakat (TBM).

Masyarakat umum yang belum pernah sama sekali mengunjungi perpustakaan tidak perlu bingung bagaimana menelusur informasi dan memanfaatkan segala fasilitas dan layanan yang ada karena ada pustakawan yang akan membimbingnya. Membiasakan diri untuk membaca buku dan mengunjungi perpustakaan akan sangat bermanfaat dikemudian hari. 

Para orang tua juga perlu memperkenalkan anak pada buku dan perpustakaan bukan hanya memfasilitasi mereka dengan gadget (handphone, laptop, tablet, dsb) tanpa mendampinginya dalam mencari informasi di internet. Anak-anak belum mampu menyaring mana informasi yang baik atau tidak, hoax atau kredibel, yang justru menjebak mereka untuk mengonsumsi informasi sampah. Karena di era informasi sekarang ini, siapapun dapat menciptakan informasi dan menyebarkannya dengan sangat mudah dalam hitungan detik. Salam literasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun