Indonesia memiliki banyak cerita tentang tokoh-tokoh bersejarah yang memiliki peranan penting di masanya dan sangat begitu dikenang suri tauladannya hingga sekarang. Salah satunya adalah sosok tokoh penyebar agama Islam di daerah Bayat, yakni Sunan Bayat atau juga di kenal sebagai Sunan Pandanaran.
Makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran ini berada di sebuah bukit Jabalkat, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah dan berada di ketinggian kurang lebih 860 m di atas permukaan laut.
Saat memasuki area Komplek Sunan Pandanaran pengunjung dapat membeli tiket dengan harga sangat terjangkau. Saat itu pada hari Kamis sore, 22-04-2021 saya memasuki areka komplek makam hanya bermodal tiket dengan harga seikhlasnya. Selain itu juga, protokol kesehatannya pun saat memasuki area komplek makam juga bagus.
Setelah membeli tiket, para pengunjung harus melewati beberapa banyak anak tangga yang cukup banyak untuk memasuki area Makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran. Pada hari itu, suasana area komplek makam terasa sepi, kios-kios para pedagang yang menghiasi perjalanan pengunjung saat melewati beberapa banyak anak tangga terlihat tidak ada yang di buka, mungkin karena sudah sore menjelang buka puasa dan juga masih situasi pandemic.
Sekitar kurang lebih 10 menit menyusuri beberapa banyak anak tangga, akhirnya saya sampai di area makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran. Memasuki area tersebut, juga terdapat tempat cuci tangan dan air wudhu’ sebelum memasuki area makam. Selanjutnya, di awal area Makam, pengunjung langsung bisa melihat sebuha Masjid sederhana namun terlihat adem, pengunjung bisa langsung menunaikan sholat di dalam Masjid tersebut.
Lalu, komplek makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran ini terbagi menjadi 6 halaman yang masing-masing dipisahkan oleh tembok keliling dan pintu masuk. Selain itu juga, terdapat beberapa gapura-gapura yang berfungsi sebagai pintu masuk atau pembatas di setiap area makam hingga ke bagian paling tinggi makam.
Namun, sebelum memasuki area seperti gambar di atas, pengunjung diharapkan harus melakukan pendaftaraan di buku yang telah disediakan oleh sang juru kunci Makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran. Di area pendaftaraan pun, antara pengunjung yang mendaftar dan juru kunci makam juga terdapat sekat pembatas guna mematuhi aturan protokol kesehatan yang telah disediakan.
Saat mulai memasuki area makam, pengunjung harus kembali berjalan dan melewati beberapa makam lainnya jika ingin mencapai puncak bukit, yang dimana disanalah bagunan makam sosok Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran di makam kan.
Area sekitar makam pun terlihat sangat bersih, dan terawat. Ukiran-ukiran gapura dan dinding pembatas yang terawat ke-kuno-annya menambah sensasi kenyaman pengunjung saat memasuki area makam tersebut. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat dan membaca beberapa papan informasi, seperti papan informasi silsilah Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran untuk menambah pengetahuan sebelum memasuki bangunan makan beliau.
Selanjutnya, memasuki cungkup makam Sunan Bayat yang terdapat di halaman paling terakhir yang merupakan halaman paling tinggi dan tersuci. Diantara halaman-halaman makam lainnya, halaman makam Sunan Bayat memang yang paling tinggi, luas dan terlihat lebih besar dan terlihat lebih besar dari yang lain.
Seperti yang terlihat gambar di atas, itu merupakan pintu masuk halaman makam Sunan Bayat. Terdapat tiga pintu utama untuk memasuki area halaman tersebut. Setelah memasuki area halaman tersebut, pengunjung dapat memilih tempat duduk untuk melakukan doa, tahlilan, atau hal kebaikan lainnya di area halaman makam. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat keindahan pemandangan kota Klaten, dan sekitarnya karena area halaman makam Sunan Bayat berada di bukit yang cukup tinggi.
Akan tetapi, menurut Bapak Saryono yang merupakan salah satu juru Kunci makam Sunan Bayat ini, menagatakan bahwa area khusus bangunan makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran selama bulan Ramadhan ini sementara harus di tutup dan para pengunjung hanya di perbolehkan jika ingin berdoa dan berziarah hanya sampai sebatas luar bagunan makam atau di halamannya saja. Beliau juga tidak memberikan alasan yang spesifik mengapa bangunan makam khusus Sunan Bayat ini di tutup, meskipun demikian hal ini tidak menjadi penghalang bagi para pengunjung untuk tetap sowan dan berziaran ke makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran.
Saya juga berhasil mewawancari Bapak Saryono dan beliau juga sangat berkenan menceritakan kepada saya tentang kisah dari sosok Sunan Bayat. Beliau menceritakan bahwa Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran ini awal nya merupakan sosok Adipati Pandanaran yang ke-2 dari Semarang yang hidup bersamaan dengan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga pada masa itu mendapat perintah dari Allah SWT untuk mengislamkan Adipati Pandanaran yang ke-2. Adipati Pandanaran ke-2 ini pada waktu itu memiliki kekayaan yang melimpah dan lebih memperhatikan masalah keduniawiannya.
Saat bertemu dengan Adipati Pandanaran ke-2, Sunan Kalijaga menyamar sebagai seorang penjual rumput di Semarang. Sunan Kalijaga menjual rumputnya kepada Adpati Pandanaran ke-2 dengan bayaran murah sekali. Sang Adipati pun melihat rumput yang ia beli, namun betapa kagetnya ia saat ikatan rumput tersebut terdapat beberapa kepingan emas.
Singkat cerita, sang Adipati menyuruh sosok penjual rumput tersebut yang tak lain adalah Sunan Kalijaga untuk menjajakan rumputnya. Namun, Sunan Kalijaga tak ingin di bayar, ia justru meminta beduk Masjid di bunyikan. Karena Sunan Kalijaga memang tak membutuhkannya, jika ingin beliau mendapatkan emas dengan sekali cangkulan. Untuk membuktikan ucapannya, Sunan Kalijaga meminta sebuah Cangkul kepada Adipati Pandanaran Ke-2 .Tak membutuhkan waktu lama, Sunan Kalijaga langsung saja membuktikan ucapannya di hadapan Adipati Pandanaran Ke-2.
Sejak saat itu pun, Adipati Pandanaran Ke-2 dan percaya bahwa sosok penjual rumput itu adalah Sunan Kalijaga. Dan akhirnya Adipati Pandanaran ke-2 beserta istrinya meninggalkan Kota Semarang dan kekayaannya untuk berguru kepada Sunan Kalijaga dan mulai melakukan perjalanan menuju Gunung Jabalkat. Saat melakukan perjalanan menuju Gunung Jabalkat, Adipati dan sang istri mendapatkan banyak ujian yang harus di hadapi. Hingga akhirnya, Adipati Pandanaran ke-2 tiba di tujuannya, yakni gunung Jabalkat dan mulai belajar tentang agama Islam bersama Sunan Kalijaga.
“Dan setelah itu, Sunan pandanaran mengajarkan agama Islam, khususnya di daerah Bayat, Klaten sekitarnya itu beliau Sunan Pandanaran dengan cara Tembayatan atau dengan cara Musyawarah, Silaturrahmi, dolan kesana-kesini mengajarkan Agama Islam kepada masyarakat sekitar. Kurang lebih seperti itu,” kata Bapak Saryono yang masih menceritakan tentang Sunan Pandanaran kepada saya, Kamis 22-04-2021.
Selain menceritakan secara singkat mengenai sosok Sunan Pandanara, Bapak Saryono juga bercerita tentang kondisi Komplek Makam Sunan Pandanaran yang juga pernah tutup di masa Pandemi. Lalu, Komplek Makam juga kembali di buka dengan peraturan protokol kesehatan yang ketat. Hal ini bertujuan untuk kenyaman para pengunjung dan tetap menjaga keasrian dan keluhuran Makam Sunan Pandanaran.
Sosok Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran ini memang cukup terkenal di kalangan perziarah karena merupakan soarang wali penyebar agama Islam pada masa Kerajaan Demak dan juga beliau juga merupakan sosok murid dari Sunan Kalijaga. Nama Sunan Pandanaran juga sering disebut kan dei sebuah babad dan cerita lisan yang tersebar di Masyarakat.
Oleh karena itu, sangat di untungkan bagi para pengunjung atau perziarah yang sempat Sowan atau mengunjungi Makam Sunan Pandanaran yang berada di daerah bukit Jabalkat, desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jawa Tengah, selain itu pengunjung juga dapat menikmati keindahan pemandangan kota dari halaman terakhir bukit Jabalkat yang merupakan area khusus bangunan Makam Sunan Pandanaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H