Mohon tunggu...
BULAN SEPOTONG
BULAN SEPOTONG Mohon Tunggu... Administrasi - BULAN SEPOTONG

Malam tak pernah dusta pada pagi, karena pagi selalu menepati janji.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darurat BPJS

31 Juli 2015   15:39 Diperbarui: 16 Agustus 2017   08:59 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama sebenarnya tidak ada embel-embel Kiyai di depan. Tapi karena terlanjur dia adalah  satu-satunya orang yang  mengajar ngaji di kampung ini, maka ia tak bisa mengelak saat semua orang memanggilnya Kiyai Zuhri.

Sebagai Kiyai yang  menjadi panutan orang kampung, Kiyai Zuhri sekuat tenaga, lahir bathin selalu berusaha berbuat baik yang tidak melanggar norma, adat istiadat terlebih aturan agama Islam, agama mayoritas penduduk di kampungnya.  Kiyai Zuhri selalu mengudpte informasi biak dengan membaca Koran desa, televisi  lokal bahkan selentingan obrolan warga.

Karena banyaknya informasi  itulah, kini Kiyai Zuhri gundah-gulana. Betapa tidak, sejak setahun  tahun terakhir ia dan para tokoh masyarakat lain menganjurkan penduduk untuk ikut Program BPJS  supaya mendapat manfaat jika kebetulan sakit yang harus dirawat di Rumah Sakit.  Kiayai Zuhri  mati-matian untuk meyakinkan masyarakat agar tidak ragu-ragu mengikuti  program pemerintah ini. Usaha Kiyai Zuhri terbilang sukses, karena delapan puluh persen penduduk ikut program BPJS itu.

E…yalah ….kok tiba-tiba  Majlis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa bahwa  program BPJS itu HARAM…. !

Sejak pagi hingga malam ini Kiyai Zuhri didatangi penduduk untuk menanyakan hal itu. Dengan sabar Kiyai memberi pengarahan kepada masyarakat yang sebenarnya dia pun tidak tahu persis isi Fatwa Majlis Ulama itu. Masyarakat  jadi takut menggunakan barang haram.  Ketambahan lagi Si Ngabdullah anaknya Kang Harso baru saja masuk Rumah Sakit karena demam berdarah. Kang Harso tentu saja jadi uring-uringan dan meminta tanggung jawab  Kiyai Zuhri untuk hal ini.

            “Pokoknya saya ndak mau menggunakan barang haram. Pak Kiyai mesti tanggung jawab atas biaya pengobatan anak saya …”

Wah, bagaimana ini, boro-boro menangung biaya pengobatan, wong untuk makan saja kelimpungan comot sana-sini?

            “Sabar dulu lah Kang Harso, kan pemerintah juga masih mendiskusikan ini dengan para ulama di Majlis Ulama Indonesia …”

            “Lho kita ini umat Pak Kiyai,  kita mesti nurut, matut sama ulama … Fatwa mereka yang kita anut. Bukankah dulu pak Kiyai selalu bilang begitu !?” Sergah  Kang Harso agak meninggi.

Disergah seperti itu  Kiyai Zuhri tidak berkutik, Dia diam. Mundar-mandir sambil mengelus jenggot yang hanya beberapa lembar saja. Lama juga dia mondar mandir, tiba-tiba dia dapat ide:

            “Ah, begini saja kang Harso,  kita kan tahu, bahwa barang haram jika dalam kedaan terpaksa akan menjadi halal juga. Ingat yah, dalam keadaan terpaksa dan tidak ada lagi penggantinya. Contoh; kalau di tengah hutan kita kelaparan dan tidak ada makanan lain selaian daging babi, maka dalam keadaan darurat seperti  itu kita diperbolehkan makan babi. Demikian juga BPJS ini. Kan belum ada program pemerintah yang menggantikan  BPJS? Kita tidak punya pilihan … jadi ini dalam kedaaan DARURAT-TERPAKSA menggunakan BPJS yang sudah diFatwa HARAM, maka kita menggunakannya menjadi Halal ….”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun