Mohon tunggu...
Atin Paramani
Atin Paramani Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis agar tidak lupa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Saronde, Pulau Nan Eksotis di Bumi Gorontalo

10 Oktober 2015   13:14 Diperbarui: 10 Oktober 2015   13:41 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                  

 Sudah lama banget aku pingin ke Pulau Saronde. Cerita tentang keindahan Pulau Saronde hanya bisa aku dengar dari teman atau sodara yang sudah mengunjungi pulau itu.

“Pulau kayangan yang di letakkan Tuhan di Bumi Gorontalo”

“Jangan dulu mati sebelum menginjak Pulau Saronde”

“Pasir Putihnya seperti bubuk susu Dancow”

“Sunrise dan sunsetnya benar-benar menakjubkan”

Semua testimoni  teman dan sodara itu membuat aku semakin penasaran dengan keindahan Pulau Saronde. Benar gak ya?

Walaupun aku pernah lama tinggal di Gorontalo saat masih sekolah  dan sekarang stay di Gorontalo aku belum pernah ke Pulau Saronde.

Kesempatan  ke Pulau Saronde itu pun datang. SMS dari teman kerjaku masuk jam 2 dini hari. Isinya ngajak aku untuk jalan-jalan ke Pulau Saronde. Awalnya kesal  karena terbangun dengan bunyi sms masuk. Namun membaca isi smsnya, rasa kesalku berubah rasa senang. Senang banget malah. Cihuy…akhirnya aku bisa ke Pulau Saronde.

Tanggal 13 September hari Minggu pukul 08.52 temanku Nink menjemputku. Ternyata di dalam mobil sudah ada teman-teman  suaminya Nink dan ketiga anaknya. Weleh-weleh rame-rame ni ceritanya. Perjalananan dari rumahku Di Desa Hutadaa Kab. Gorontalo ke Kab. Gorontalo Utara dimana letak Pualau Saronde itu berada kami tempuh dalam waktu hampir 2 jam lamanya. Sebenarnya waktu tempunya tidak akan selama itu, cuman karena hari itu hari Minggu dan ada pasar tumpah yang letaknya pinggir jalan mengharuskan kami  untuk mengambil rute yang agak memutar.

                   Dermaga Perahu Katinting

Tiba di dermaga tempat mangkalnya perahu-perahu yang akan membawa kami ke Pulau Saronde waktu telah menunjukan pukul 11.00. Sambil menunggu pamo ( perahu yang sedikit besar dari perahu katinting milik sodara suaminya Nink) aku sempatin  jalan-jalan di seputaran  pelabuhan. Di halaman sebuah gedung  didalam lingkungan pelabuhan aku melihat banyak motor yang terparkir. Kata Om-om yang duduk-duduk disitu hampir  semua pemilik motor itu adalah para wisatawan yang akan ke pulau Saronde. Kata Om-om itu  mobil-mobil juga  adalah milik wisartawan. Aku nanya ke salah satu Om berapa tarif parkir. 5ribu untuk motor dan 20ribu untuk mobil jawab sih Om.

                   Tempat Parkir Motor

Waktu sudah menunjukan hampir pukul 12 siang. Pamo yang akan kami naiki juga belum tiba. Sebenarnya sih  tidak akan begitu lama menunggu kalo naik perahu yang ada di dermaga. Ada beberapa perahu yang ditambatkan yang khusus melayani para wisatawan. Dengan ongkos Rp. 450ribu per perahu pergi pulang dengan daya angkut 10 orang jika deal dengan pemilik perahu itu, perahu akan segera berangkat.

                   Halaman Pelabuhan

Suasana pelabuhan benar-benar panas. Dan tidak ada tempat untuk berlindung bagi wisatawan dari sengatan matahari. Aku berharap kedepannya pemerintah Kab. Gorontalo Utara dapat membangun tempat berlindung bagi para wisatawan yang sementara menunggu untuk naik ke perahu.

                   Pamo

                   Pulau Panelo

Jam 1 lewat pamo yang kami tunggu-tunggu tiba. Kami segera bergegas untuk naik ke pamo. Perjalanan yang kami tempuh dari pelabuhan sampai di Pulau Saronde kurang lebih satu jam . Dalam perjalanan aku melihat ada dua pulau kecil  yang dari kejauhan terlihat pasir putihnya. Menakjubkan. Hmm…suatu saat ingin juga ke pulau itu.

                   Pasir Putih Pulau Saronde

Saat  pamo mendekati Pulau Saronde, kalimat pulau kayangan yang  diletakkan Tuhan di bumi Gorontalo benar adanya. Hamparan pasir putih membentang dipesisir pulau Saronde  benar-benar pemandangan yang menakjubkan. Pulau Saronde memang sangatlah eksotis.  Warna air laut di pantai pulau Saronde pun  begitu jernih. Tak sabar kaki ini ingin segera menginjak pasir yang katanya sehalus susu bubuk Dancow. Saat pengemudi pamo meberitahu kalau kami bisa turun , aku pun segera turun. Rasa penat dan panas selama perjalanan ke Pulau Saronde terbayar sudah.

Ketika masuk ke pulau Saronde setiap orang diharuskan membayar 10ribu. Kami pun membayar tiket masuknya yang ditagih oleh bapak berumur separuh baya. Kata si Om yang ada di pelabuhan saat ini Pulau saronde sudah di kelola oleh pihak swasta.  Saat di kelola pemda Kab. Gorontalo Utara tiket masuknya hanya 2500 perak.

Kami mengambil lokasi untuk meletakan barang bawaan di bawah sebuah pohon. Terlihat banyak wisatawan yang berombongan seperti kami . Ada yang duduk- duduk di gazebo dan ada juga yang  lagi tiduran diatas tikar yang digelar  diatas pasir putih. Aku juga melihat ada beberapa tenda kecil yang berdiri.

Setelah meletakan barang bawaan, aku dan ketiga teman suaminya Nink berjalan kerah timur. Pemandangan sangatlah memesona dengan hamparan pasir putihnya.  “Sunrise disini pastilah indah”pikirku. Membayangkan matahari terbit dari garis cakrawala dengan kehangatannya yang menimpa pasir putih  serta  suara deru ombak membuatku merinding. Suasananya pasti benar-benar indah.  Saat tiba di bebatuan, aku duduk di sebuah batang kayu. Ketiga remaja terlihat aksyik berfoto-foto. Kakiku aku benamkan kedalam pasir putih. Oh...pasir  putihnya terasa sehalus susu bubuk Dancow.Aku pun mengabadikan momen ini.

 

Indonesia sangatlah beruntung dianugerahi begitu banyak pulau yang indah dan salah satunya Pulau Saronde ini.

Setelah berfoto ria kami berempat kembali ke tempat kami meletakkan barang bawaan. Nink mengajak aku mandi-mandi di pantai dengan ketiga anaknya.  Aku menolak ajakan Nink. Ini pertama kali aku ke Pulau Saronde, aku ingin mengeksplorasi setiap sudut tempat pariwisata ini. Dengan bekal  kamera saku aku melangkah kedalam pulau. Ternyata ada restoran yang menyediakan berbagai menu.  Aku melangkah masuk lebih kedalam pulau Saronde. Suasana begitu asri.

Ada beberapa macam pohon rindang yang dibawahnya diletakan potongan kayu untuk tempat duduk-duduk. Terlihat seorang wanita sedang menyapu membersihkan daun-daun yang gugur dan sampah yang ditinggalakan pengunjung. Aku bertanya dimana letak wc dan kamar kecil. Bagi aku kedua hal itu adalah yang terpenting pada sebuah lokasi tempat pariwisata. Wanita itu menunjuk lokasinya. Aku mengikuti arah yang ditunjuk wanita itu. Karena pulau Soronde tidak begitu luas dengan mudah aku temukan wc dan kamar mandinya. Para pengunjung terlihat mengantri untuk masuk kedalam wc. Cukup bersih. Setelah menengok kedalam kamar mandi aku melanjutkan berjalan mengitari Pulau Saronde. Aku berhenti didepan sebuah cotage. Dari wanita yang sedang membersihkan kasur  aku mendapat informasi harga sewa cotage. Ada yang 350rb semalam dan ada juga yang450rb.

Aku  melanjutkan langkah kakiku, kembali ketempat kami semula. Aku melewati  lapangan yang ada netnya. Dan juga melewati sebuah bangunan yang sepertinya Aula.  Dengan fasilitas yang cukup memadai pengunjung  bisa lebih meikmati keindahan Pulau saronde.

± jam stengah 6 kami dipanggil untuk kembali naik ke pamo. Jika ditanya ke aku, aku belum ingin pulang. Ingin menikmati sunset dan sunrise dari Pulau  Saronde dan juga mandi-mandi  dengan air lautnya .  Karena datangnya berombongan dengan mereka  aku harus mengikuti mereka. Namun aku berniat akan kembali ke Pulau saronde untuk meikmati Sunset dan Sunrisenya. Semoga.

Sumber foto: Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun