Mohon tunggu...
Atina Sabila Khodijah
Atina Sabila Khodijah Mohon Tunggu... Lainnya - pembelajar

Three ways to achieve true happiness ~ be grateful ~ focus on the positives ~ spread kindness _Nulis, Ngajar, Ngebun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Walau Harus dari Rumah, Anak-anak Tetap Semangat Belajar

3 Agustus 2020   16:34 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:46 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun ajaran baru sudah dimulai sejak 13 Juli 2020 lalu. Namun, pembelajaran secara tatap muka belum bisa digelar untuk beberapa bulan ke depan mengingat pandemi covid-19 masih belum berakhir. 

Siswa pun mau tidak mau harus belajar secara daring lagi dari rumah. Dalam pembelajaran daring ini kerjasama antara guru, siswa, dan orang tua perlu terus ditingkatkan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pada dasarnya sistem pembelajaran daring bisa diterapkan di semua jenjang, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan tinggi. Namun, dalam penerapannya tidak semudah membalikkan telapak tangan, terutama untuk jenjang SD. 

Banyak orang tua mengeluh karena harus mengemban tanggung jawab baru yaitu membimbing anak belajar di rumah. Meskipun tanggung jawab ini sebenarnya sudah melekat pada diri mereka sejak anak-anaknya terlahir ke dunia. 

Akan tetapi, membimbing anak belajar secara daring dengan deretan tugas yang datang silih berganti merupakan suatu hal baru bagi mereka. Belum lagi beberapa dari mereka disibukkan dengan pekerjaannya untuk mencari nafkah.

Sejauh ini yang memiliki peran besar dalam membimbing anak ketika belajar di rumah adalah seorang ibu. Ada beberapa yang pernah curhat ke saya. 

Mereka sedikit kebingungan dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, mengingat pembelajaran yang dilakukan saat ini berbeda dengan yang pernah mereka alami. 

Mereka harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru, meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknologi, dan memahami materi serta tugas yang diberikan oleh guru setiap harinya.

Belum lagi beberapa dari mereka ada yang begitu sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya, terutama yang memiliki anak balita atau bayi. Saya pun dimintai tolong untuk mengajari anak-anaknya dalam belajar. 

Bagi saya, hal tersebut tidak menjadi masalah. Menemani dan mengajari anak-anak belajar memberikan kepuasan batin tersendiri. Mengingat sebentar lagi saya pun akan melakukan praktek mengajar di sekolah, akan tetapi prakteknya pun tetap dilakukan secara daring. Selain itu, kegiatan ini juga dilakukan untuk mengisi waktu senggang saya selama di rumah.

Senang sekali melihat anak-anak begitu antusias untuk ikut belajar kelompok. Berdasarkan informasi  yang saya peroleh dari orang tua mereka, biasanya mereka belajar secara berkelompok 3-5 orang. Akan tetapi saat ini salah satu teman mereka tidak mau ikut belajar kelompok dan lebih memilih belajar di rumah bersama ibunya.

Dengan penuh semangat mereka bersiap-siap untuk belajar kelompok, mulai dari mandi pagi, memakai baju yang rapih, sarapan, dan menyiapkan buku-buku yang akan digunakan selama belajar. 

Kemudian sekitar pukul setengah delapan pagi mereka berangkat menuju rumah saya dengan membawa tas di punggungnya masing-masing. Rumah saya hanya sekitar lima langkah dari rumah mereka, tapi semangatnya tidak jauh berbeda seperti saat mereka akan berangkat ke sekolah.

Pembelajaran diawali dengan pelaksanaan shalat dhuha, berdo'a sebelum belajar, dan menyanyikan lagu wajib nasional. Barulah mereka mulai berkutik dengan alat-alat tulis mereka untuk mengerjakan deretan tugas yang sudah diinstruksikan oleh gurunya melalui Grup Whatsapp.

Ternyata menemani anak SD belajar tidak semudah menemani anak SMP atau SMA belajar. Anak SMP atau SMA biasanya akan lebih mandiri dan mudah diatur (berdasarkan pengalaman saya saat mengajar les sebelum masa pandemi). 

Sering kali anak-anak yang sedang saya ajari ini fokusnya bukan ke pelajaran tapi pada hal-hal lain, seperti bermain game dan membuka sosial media. Ya, anak-anak SD yang saya ajari ini sudah mahir mengoperasikan smartphone, padahal mereka masih kelas 3 SD. 

Tak hanya itu, baru beberapa menit belajar mereka juga sudah menunjukkan tampang kelelahan seperti tidur-tiduran di lantai. Walaupun demikian, mereka tetap menyelesaikan tugas mereka dan mau berlatih sendiri. Misalnya ketika belajar matematika, selepas saya mengajari mereka penjumlahan bilangan ribuan mereka mau mencoba mengerjakan soal sendiri.

Anak-anak harus terus kita dorong semangatnya dalam belajar walaupun di masa pandemi seperti ini. Berbagai kendala sering kali menghambat proses pembelajaran yang sedang dilakukan, akan tetapi kita sebagai orang dewasa harus terus berupaya memotivasi dan memfasilitasi mereka semampu kita. 

Di samping itu, pengawasan pun penting untuk dilakukan mengingat anak-anak SD zaman sekarang beberapa sudah mengenal smartphone dan mahir dalam mengoperasikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun