Tetapi yang perlu disadari, kita tidak boleh egois. Jangan hanya mau dibantu tanpa mau membantu. Jangan hanya mau dihargai tanpa mau menghargai. Jangan hanya mau dido'akan tanpa mau mendo'akan.
Kita juga harus berupaya menjadi teman sejati untuk teman kita. Jalinlah pertemanan dengan penuh ketulusan, bukan karena ada maunya. Apalagi sampai bermuka dua, di depan baik tetapi di belakang menjelek-jelekkan. Intinya jangan dzalim, seperti itulah yang agama saya ajarkan ketika kita menjalin hubungan dengan sesama.
Semakin dewasa, kita semakin dipertemukan dengan hal-hal baru, pengalaman-pengalaman baru, termasuk orang-orang baru. Kita bisa berteman dengan siapa saja, dengan teman sekampus, teman satu organisasi, teman satu kantor, ibu-ibu pengajian, bahkan berteman dengan ibu-ibu yang biasa belanja sayuran tiap pagi.
Tapi tentu saja dalam lingkar sosial yang lebih luas kita perlu selektif dalam memilih teman, tidak semua orang dapat menjadi teman dekat kita. Justru kita hanya akan memilih orang-orang yang sefrekuensi dengan kita.
Jadi, berapa banyak teman sejati yang  kamu miliki? Jika kita sudah merasa dekat dan nyaman dengan seorang teman, tetaplah berada dalam lingkar pertemanannya. Sejatinya, hal tersebut juga merupakan salah satu cara untuk menjaga lingkar pertemanan kita. Jagalah baik-baik silaturahmi dan komunikasi dengannya. Apalagi jika ia adalah orang yang baik budinya, jangan sampai dilepaskan sebab bisa jadi ia jugalah yang akan menjadi teman kita di kehidupan selanjutnya yang abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H