Memasuki usia 20-an intensitas pertemuan saya dengan teman-teman saya menjadi semakin berkurang. Jangankan pertemuan, berbincang secara online pun jarang dilakukan. Kami hanya sekadar saling intip status Whatsapp atau IG Story.
Memang untuk bertemu mungkin agak susah, karena semakin dewasa kami semakin terpisahkan oleh jarak dan waktu. Jalan hidup yang kami pilih pun berbeda-beda, sehingga tempat kami sekarang berpijak pun berbeda pula. Untuk berada di tempat yang sama kami perlu menunggu waktu yang tepat, pada saat semuanya sedang benar-benar senggang. Sayangnya, waktu senggang kami pun berbeda pula.
Menjadi dewasa, jalan hidup yang berbeda, jarak, dan waktu merupakan beberapa hal yang menyebabkan lingkar pertemanan saya semakin menyempit. Parahnya, jika bertemu di persimpangan jalan pun kami pura-pura tidak saling lihat.
Apakah benar semakin dewasa, semakin sulit menjaga komunikasi? Bahkan yang sudah berteman bertahun-tahun pun akan tiba saatnya mereka tidak saling memberi kabar. Tiba-tiba kaget ada undangan nikah yang dikirim ke rumah.
"Semakin seseorang beranjak dewasa, ia akan semakin selektif dalam lingkaran sosialnya dan cenderung mempertahankan hubungan hanya dengan orang yang benar-benar memberikan kepuasan emosional untuknya," seperti itulah ungkapan seorang psikolog di Stanford University, Laura Carstensen.
Memang benar, dulu kita pasti memiliki banyak teman. Mulai dari teman SD, teman SMP, teman SMA, teman di tempat les, teman satu organisasi, dan teman dalam pergaulan lainnya. Namun, semakin beranjak dewasa hubungan pertemaman semakin melonggar. Sebenarnya hal tersebut merupakan suatu hal  yang wajar, sebab kita akan dipertemukan dengan orang baru yang mungkin saja dia akan menjadi teman dekat kita dan rasa pertemanan dengan teman lama akan memudar.
Hubungan yang benar-benar akan bertahan hanya dengan orang yang mampu memberikan kepuasan terhadap emosional kita. Seperti yang dikatakan seorang sahabat Rasulullah SAW yaitu Ali bin Abi Thalib, "Seorang teman tidak bisa disebut sebagai teman sampai ia diuji dalam tiga kesempatan: 1) pada saat kamu membutuhkannya; 2) bagaimana sikap yang ia tunjukkan di belakangmu; 3) bagaimana sikapnya setelah kematianmu."
Ketiga hal yang diungkapkan oleh sahabat Rasul tersebut akan membuat kita merasa memiliki teman sejati. Namun, tentu saja jumlahnya tidak akan banyak.
Jika kita mempunyai teman yang selalu ada di saat kita membutuhkan uluran tangannya maka dapat dikatakan ia adalah seorang teman sejati. Jika ada teman yang tetap menunjukkan sikap yang sama di belakang kita, tidak menggunjing dan menjelek-jelekan kita maka dapat dikatakan bahwa ia adalah seorang teman sejati. Jika setelah kematian kita, ia tetap menyayangi dan mendo'akan kita setulus hati maka tak dapat diragukan lagi kesetiaannya.
Setiap orang pasti memiliki teman sejati. Teman yang sikapnya tidak pernah berubah, selalu memberikan kehangatan dalam kondisi apapun, bersedia membantu dan selalu berdo'a untuk kebaikan kita. Bahkan, istimewanya setelah kematian kita pun mungkin ia akan tetap menyayangi dan mengirim do'a-do'a terbaiknya untuk kita.