Mohon tunggu...
Atin Solekhati
Atin Solekhati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Etika vs ilmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradigma Integrasi dibidang Astronomi: Gugusan Bintang-Bintang sebagai Penunjuk Arah Para Nelayan

19 Desember 2024   14:58 Diperbarui: 20 Desember 2024   06:49 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paradigma integrasi merupakan pendekatan yang menggabungkan berbagai ilmu, konsep serta praktiknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan di kehidupan ini. Paradigma integrasi dapat digabungkan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan maupun ilmu agama, seperti paradigma integrasi islam dan ilmu sosial humaniora dibidang astronomi. Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti bintang, planet, galaksi, dan fenomena alam semesta lainnya.

Penerapan paradigma integrasi (Bayani, Burhani dan Irfani) dalam ilmu sosial humaniora di bidang Astronomi. Penerapan bayani, Al Qur'an surat Al-Hijr ayat 16-18 :

"Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (Nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu Dia dikejar oleh semburan api yang terang." (Q. S. Al Hijr :16-18).

Ayat tersebut menejelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan bintang-bintang yang bisa kita lihat pada malam hari, dengan keindahan cahaya yang dimilikinya membuat bintang dikatakan sebagai penghias langit dan bintang serta dimanfaatkan juga oleh para nelayan dan nahkoda kapal yang berlayar di lautan untuk menunjukkan arah.

Penerapan pada aspek Burhani para mufassir menjelaskan bahwa bintang-bintang yang tersebar di angkasa dapat pula dijadikan sebagai petunjuk, baik untuk menentukan arah maupun waktu. Para nelayan, musafir, atau orang yang profesesinya berpindah dari satu tempat ke tempat lain sangat memerlukan petunjuk, terlebih pada malam hari, yang memungkinkannya sampai ke tempat yang diinginkan. Dahulu sebelum kompas dan alat navigasi lainnya ditemukan, manusia mengandalkan bintang-bintang sebagai penunjuk arah. Tanpanya, mereka kemungkinan besar akan tersesat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun