Mohon tunggu...
Atin Mulangga
Atin Mulangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret

Saya memiliki hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Menanti Hari Itu

7 Desember 2022   08:20 Diperbarui: 8 Desember 2022   21:51 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok gadis kecil berambut hitam yang panjang, memiliki mata sipit dan berkulit sawo matang. Gadis kecil yang selalu ceria dalam hari-harinya (Gambar oleh Sasin Tipchai dari Pixabay)

Sosok gadis kecil berambut hitam yang panjang, memiliki mata sipit dan berkulit sawo matang. Senyumnya manis dihiasi dengan lesung pipi di wajahnya. Gadis kecil yang selalu ceria dalam hari-harinya, terpancar dari senyum manisnya. Sesuai dengan namanya yang memilki makna anak perempuan manis yang menyenangkan hati dan ceria, Lalitha Ashalina.

Gadis yang mempunyai kepribadian kalem dan feminime, suka dengan boneka barbie, suka dengan tokoh-tokoh pada kartun Disney Princess, dan gemar sekali dengan makan makanan manis terutama coklat dan ice cream. Mempunyai hobi bermain boneka dan suka sekali dengan pesta ulang tahun. Ya layaknya seperti anak kecil pada umumnya.

Usianya delapan tahun saat itu. Selain sosok anak yang ceria, Lalitha juga merupakan anak yang rajin. Ia selalu semangat ketika akan berangkat ke sekolah, Lalitha juga dikenal sebagai sosok anak yang berprestasi dan sering meraih juara kelas di sekolahnya. Terlahir sebagai sosok anak tunggal membuat dia merasa bosan dan kesepian ketika berada di rumah, dia suka dengan keramaian, karena dia dapat bertemu dengan teman-temannya dan bisa bermain-main bersama banyak temannya di sekolah maupun di luar rumah.

Pada suatu hari Lalitha di undang oleh teman sekolahnya untuk mendatangi acara ulang tahun temannya itu. Dia sangat senang dan berantusias untuk datang ke acara tersebut, sesampainnya di rumah ia langsung menyampaikan kabar gembiranya itu kepada sang ibunda.

"Ibu...ibu..." teriak Lalitha berlarian dari luar masuk de dalam rumah menghampiri ibunya di ruang tengah.

"Ada apa sayang? Mengapa kau sangat antusias dalam memangil ibumu ini, ada cerita apa yang membuatmu bersemangat sepulang sekolah ini?" saut ibunya.

"Ibu aku sangat senang karena aku mendapat undangan untuk datang ke pesta ulang tahun temanku, aku tidak sabar untuk menghadiri acara tersebut, Bu."

"Wah..rupanya itu yang membuatmu sangat senang sepulang sekolah ini, tapi hadiah apa yang akan kau bawakan untuk menghadiri acara ulang tahun temanmu itu nak? Tanya ibunya.

"Karena teman ku itu perempuan, baimana kalau kita belikan saja boneka barbie untuk kadonya Bu?" jawab Lalitha.

"Okelah, setelah ini kita siap-siap pergi ke toko mainan ya, untuk membelikan kado temanmu itu" ujar ibunya.

Singkat cerita Lalitha telah menghadiri acara ulang tahun temannya itu, ia merasa senang dan ia juga menginginkan sebuah acara ulang tahun yang ramai dan didatangi oleh banyak teman-temannya. Namanya juga anak kecil, selalu saja menginginkan apa yang disukainya.

Namun, ia tersadar bahwa hari ulang tahunnya masih sangat lama, terhitung masih dua bulan lagi. Tetapi itu semua tak menyurutkan niat Lalitha untuk mengatakan keinginanya kepada ayahnya.

Ia terus berdiri mondar-mandir di depan teras rumah menanti ayahnya pulang dari kerja. Ibunya yang melihat tingkah aneh anaknya itu, lalu menghampiri ke teras rumah sambil menanyakan mengapa ia dari tadi merasa tak tenang dam mondar mandir di teras rumah.

Lalitha pun memberitahu kepada ibunya bahwa dia sedang menanti ayah pulang kerja, karena ia tak sabar akan mengatakan sesuatu kepada ayahnya.

Ibunya hanya tersenyum lalu berkata "sudahlah nak, ayo kau makan dulu nanti ayahmu sebentar lagi juga akan pulang. Ibu sudah masak makanan favoritmu yaitu ayam kecap kesukaanmu, emmm Yummy!!."

Kemudian Lalitha masuk bersama ibunya dan makan makanan favoritnya di ruang makan bersama ibunya. Jam telah menunjukkan pukul 4 sore, tiba-tiba terdengar suara pagar rumah bergeser "grek...grek..grek" lalu gemuruh suara motor memasuki garasi rumah. Sontak Lalitha yang mendengar suara itu langsung beranjak dari kursi dan meninggalkan ibunya diruang makan lalu pergi menghampiri suara motor yang memasuki garasi itu.

"Ayahhhhhh!! Yeiiyy ayah udah pulang" teriak Lalitha dengan suara keras, dan tingkahnya lompat-lompat kegirangan melihat ayahnya sudah pulang kerja.

"Haii! Ada apa gadis kecil ayah? Kau sangat terlihat senang sekali." Ucap ayah Lalitha melihat anaknya yang kegirangan melihat kedatangannya.

"Tak seperti biasanya, apa yang membuatmu terlihat sangat bahagia ketika melihat ayah pulang kerja hari ini sayang?" saut sang ayah sembari mencubit lembut hidung anak semata wayangnya itu.

"Aaarghh Ayah! Ayah lama sekali aku sudah tak sabar ingin menceritakan sesuatu kepada ayah." ucap Lalitha dengan wajah cemberut.

"Iyakah? Sesuatu apa yang membuatmu tak sabar ingin menceritakannya pada ayah. Baiklah ceritakan saja nanti itu semua pada ayah, tapi setelah ayah selesai mandi dan istirahat sejenak oke?" ucap sang ayah sambil menuntun Lalitha masuk ke dalam rumah.

Setelah ayahnya selesai mandi dan makan, lalu ayah menuju ke ruang tengah dan duduk di sofa untuk beristirahat sejenak sambil menonton acara televisi. Lalitha yang sudah tidak sabar ingin menceritakan keinginannya itu langsung menghampiri ayahnya dan duduk di sofa sampingnya.

Pertama-tama Lalitha meceritakan keseruan yang terjadi saat ia menghadiri pesta ulang tahun temannya itu, ia menceritakan kepada ayahnya betapa serunya suasana pesta itu yang didatangi oleh banyak teman-teman, lalu diadakan juga sebuah game untuk menambah keseruan acara. Setelah berbasa-basi cukup lama, Lalitha kemudian menyampaikan maksud terselubungnya pada sang ayah.

"Emm...Ayah, Lalitha juga menginginkan pesta ulang tahun seperti itu. Pestanya sangat seru dan menyenangkan, boleh ya Yah aku di buatkan acara seperti itu." bujuk Lalitha pada ayahnya dengan memasang muka sedih agar permintaannya dituruti sang ayah.

"Bagaimana ya..dibuatkan acara pesta ulang tahun seperti itu apa tidak yaaa...emmm." jawab sang ayah menggunakan nada yang meledek Lalitha.

"Ouh jadi ini, hal yang membuatmu tak sabar menanti kedatangan ayah pulang dari kerja. Lagi pula ulang tahun mu kan masih lama sayang, masih dua bulan lagi. Mengapa kau tak sabar mengatakan hal ini kepada ayahmu?" saut ibu dengan senyuman yang meledek sambil membawakan pisang goreng hangat dan teh manis hangat untuk dinikmati bersama di ruang tengah sembari bercerita ria dan menonton acara televisi.

"Aaarghh Ibu, apa salahnya aku mengatakannya sekarang. Lagi pula dua bulan itu akan cepat datang kok." Jawab Lalitha dengan senyuman kecil dan memasang raut muka cemberut manja.

Ayah dan Ibu pun lalu tertawa mendengar jawaban dari Lalitha. Kemudian sang ayah menjawab ucapan Lalitha tersebut.

"Oke oke, ayah akan mengadakan pesta ulang tahun untukmu kelak. Tapi sudahlah mari kita nikmati dulu pisang goreng buatan ibumu selagi hangat ini." ucap sang ayah.

Lalitha lalu kegirangan dan sontak berteriak "Yey! aku mau di acara pesta ulang tahunku kelak ada badutnya ya Yah, biar kita semua tertawa melihat pertunjukan-pertunjukan lucu yang dibawkan oleh badut."

Lalu mereka bertiga menikmati pisang goreng yang masih hangat dan meminum teh manis buatan ibunya sambil diselingi candaan ringan dan obrolan-obrolan seru.

Dinginnya angin sepoi mencekik suasana tubuh, keheningan malam tak pernah gagal menghadirkan jiwa yang sunyi. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam, namun Lalitha belum bisa memejamkan matanya untuk menuju ke dunia mimpi. Ia berbaring di tempat tidur ternyamannya, terlentang menatap langit-langit kamar yang dipenuhi dengan lampu tidur yang gemerlap remang.

Dia merenenung dengan suatu hal yang berenang-renang di kepalanya. Benar saja, dia hanya memikirkan acara ulang tahunnya dua bulan yang akan datang. Masalah itulah yang berenang di kepalanya, ia tak sabar menanti hari itu tiba. Memikirkan kue bentuk apa yang akan dia makan, memikirkan tema kartun apa yang akan dia gunakan, serta memakai gaun warna apa yang akan ia pakai. Sampai-sampai hal itu membuatnya tak bisa tertidur nyenyak, perasaan terlalu senang tuk menanti hari esok tiba dan berharap hari-hari cepat berlalu.

Gemuruh suara kokoan ayam terdengar jelas. silau sinar matahari yang menampakkan cahanyanya menembus sudut jendela kamar. Membangunkan Lalitha dari dunia mimpinya. Ia pun bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ibunya yang dari pagi tadi sudah sibuk di dapur memasak nasi goreng udang kesukaan keluarga kecilnya itu, lalu memanggil Lalitha untuk segera berbegas ke ruang makan untuk makan bersama.

Karena ia terlalu bersemangat menjalani hari-harinya, ia memakan dengan lahap, berpamitan dengan ayah dan ibunya dan segera bergegas berangkat ke sekolah. Karena jarak sekolah dan rumahnya cukup dekat ia berangkat ke sekolah dengan mengayuh sepeda mini warna pink pemberian ayahnya 2 tahun yang lalu.

Baru saja mengeluarkan sepedannya dari garasi, belum sempat ia mengayuhkan sepedanya menuju ke halaman, tiba-tiba rantai sepedanya pun terputus dan tak bisa di pakai. Untung saja sang ayah belum berangkat kerja, jadi Lalitha berangkat sekolah diantar oleh sang ayah yang juga akan berangkat bekerja.

Memang sudah lama Lalitha juga mengidamkan sepeda lipat impiannya, namun ia tak pernah cerita ke ayah ataupun ibunya tentang hal ini. Ia hanya menuliskan keinginannya itu di sebuah buku harian. Mengingat dia sudah meminta kepada ayahnya untuk mengadakan sebuah pesta ulang tahun yang meriah untuk memperingati pertambahan umurnya dua bulan yang akan datang, ia tak mau meminta lagi kepada ayahnya untuk membelikan ia sepeda baru. Iya, walaupun usianya yang masih belia Lalitha sudah gemar menulis di buku harian untuk menceritakan hal-hal atau peristiwa yang terjadi di hari yang ia lewati.

Walaupun terlahir sebagai anak tunggal, Lalitha bukanlah sosok anak yang manja. Ia gemar menabung untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Meskipun orang tuanya sanggup membelikan dan sering memanjakan anak semata wayangnya itu, Lalitha tetap mempunyai sikap hemat seperti orang yang telah dewasa, ya memang terkadang sesekali ia juga sering manja dan merengek minta dibelikan sesuatu pada orang tuanya.

Ibunya yang seorang ibu rumah tangga, gemar sekali beres-beres rumah. Suatu ketika ibunya merapikan kamar Lalitha dan tak sengaja menemukan dan membaca isi dari buku harian yang ditulis oleh anaknya itu. Ia mengetahui keinginan anaknya bahwa Lalitha menginginkan sebuah sepeda lipat. Ibunya yang sangat menyayangi anak semata wayangnya itu sontak bercerita pada suaminya tentang keinginan putrinya, lalu orang tua Lalitha sepakat untuk membelikan sepeda lipat impiannya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke Sembilan tahun nanti. Maklum lah Lalitha adalah anak tunggal, jadi orang tuanya pasti akan menuruti apa yang diinginkan oleh anaknya sesui dengan kesanggupan orang tuanya. Namun, ibu dan ayah Lalitha berpura-pura tidak mengetahui akan sepeda yang diimpikan oleh Lalitha.

Hari-hari berjalan seperti biasanya dengan rutinitas dan aktivitas yang sama. Lalitha selalu mencoret tanggal yang ada di kalender setiap hari berganti dengan tinta warna merah, tak lupa ia juga melingkari tanggal bahagianya yang masih ia nanti-nantikan hari itu yang tak kunjung tiba.

Tepat pada hari ini hari minggu, Lalitha yang libur sekolah tiba-tiba bangun pagi lalu menghampiri ibunya ke dapur dan melihat ibunya yang sedang membuat pudding untuk cemilan santai di hari ini. ibunya yang merasa heran kenapa hari minggu ia bangun pagi seperti hari dimana ia masuk sekolah, padahal minggu ini ia tak mempunyai acara keluarga di luar. Sontak ibunya menanyakan hal itu pada Lalitha.

"Wah anak ibu tumben hari minggu kenapa bangun bagi sekali, padahal kita kan tak mempunyai acara di luar nak, hahaha." ucap ibunya sambil tertawa.

"Ah ibu, bisa saja. Ibu sedang membuat apa? wah ibu membuat pudding strawberry ya?" jawab Lalitha.

"Hmmm, seperti yang kamu lihat." Jawab ibunya.

"Bu, kenapa hari yang aku nantikan tak kunjung datang ya, padahal aku sudah tidak sabar menanti hari itu. Aku terus memikirkan hari itu Bu." tanya Lalitha kepada ibunya.

"Hahaha, sabarlah nak. Sebentar lagi kan sudah akan berganti bulan, hari yang akan kau nanti pasti akan segera datang." Jawab sang ibu dengan suara lembut.

"tetapi kita juga belum mempersiapkan semuanya bu, kapan kita akan mempersiapkan itu semua? Lalu tema kartun apa yang akan aku pakai dalam acara ulang tahunku nanti ya bu?" ucap Lalitha dengan banyak pertanyaan.

"Hmmm kita akan mempersiapkan itu semua nanti, ketika sudah ganti bulan dan mendekati hari yang kau nanti. Untuk tema kartun yang ingin kau gunakan, itu terserah mu nak. gunakan saja kartun favoritmu." Jawab ibunya.

"Owh baiklah Bu, aku akan menanti hari itu dengan penuh kesabaran hahaha." Jawab Lalitha dengan tertawa lalu memancarkan senyum manis dihiasi lesung pipi di wajahnya.

Hari berganti hari, dan bulan telah berganti bulan. Tepat pada bulan Agustus, bulan dimana gadis kecil itu dilahirkan ke dunia delapan tahun yang lalu. Ya diusianya yang sudah menginjak umur Sembilan tahun pada bulan ini, ia masih tetap menjadi anak tunggal di keluarga kecilnya.

"Dringggg....Dringgg...Dringg" suara dering alarm berbunyi keras dan membangunkan Lalitha dari tidur nyenyaknya. Ia langsung membuka matanya dan beranjak pergi dari tempat tidur untuk melihat kalender yang terpampang di dekat meja belajarnya. Sontak dia terkejut ternyata hari yang dinantinya akan segera tiba, dia lalu berlari keluar kamar dan memberitahukan hal tersebut pada ibunya. Lalu ayah, ibu, dan lalitha berbincang di ruang tengah sembari memikirkan konsep yang akan digunakan dalam pesta ulang tahunnya. Disini semua memikirkan tema kartun apa yang akan digunakan oleh Lalitha dalam pestanya. Lalitha memilih menggunakan tema kartun princess yang serba pink karena ia sangat menggemari kartun Disney princess, terutama tokoh princess Belle dan Aurora.

Singkat cerita sang ayah dan ibunya sedang sibuk membeli dan menyiapkan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan untuk acara pesta itu. Tak lupa juga mereka membelikan hadiah yang spesial untuk putri nya yaitu sepeda lipat yang telah lama diimpikan. Kado tersebut masih dirahasikan dan akan menjadi kejutan di hari yang dinanti Lalitha.

Suatu malam Lalitha dan kedua orang tuanya sedang mempersiapkan undangan dan menulis siapa saja teman-teman yang akan diundanginya. Keesokan harinya Lalitha berangkat ke sekolah dan membawa undangan tersebut lalu ia bagikan pada teman-teman kelasnya, sembari bercerita kalau dia sudah tidak sabar menanti hari itu tiba.

Yeay! dimana hari ini adalah hari terakhir coretan tanggal menggunakan tinta merah di kalender Lalitha selesai. Itu berarti tanda bahwa besok adalah hari yang telah ia nanti sejak lama akan tiba. Malamnya rumah Lalitha penuh dengan hiruk piruk persiapan pesta ulang tahunnya, dekor serba pink bernuansa princess telah menghiasi ruang tamu rumah Lalitha. Sang ibu yang sedang sibuk membungkus buah tangan untuk para tamu yang akan datang besok, ayahnya sedang membantu mempersiapkan dekor-dekor dan memompa balon-balon. Lalitha merasa sangat senang dan bahagia akan hal ini.

Terdengar kokokan ayam dan kicauan burung, semilir angin pagi dengan hangatnya pancaran sinar matahari dari ufuk timur pertanda hari sudah pagi. Akhirnya, hari ini hari yang telah lama dinantikan Lalitha pun tiba. Ia telah siap memakai gaun indah berwarna pink dilengkapi mahkota kecil yang menempel di rambutnya. Terpancar senyum manis diraut wajahnya, memiliki makna bahwa dia sangat bahagia dengan hari ini. Kue bertingkat yang dihiasi dengan ornament kartun princess, makanan-makanan manis dan nasi kuning tumpeng yang penuh dengan hiasan, dekor serba pink dilengkapi dengan banyaknya balon-balon, dan kehadiran badut-badut. Begitulah suasana pesta ulang tahun Lalitha yang sangat meriah.

Para tamu undangan Lalitha telah datang di acaranya, kemudian acara ini pun dimulai dari menyanyikan lagu selamat ulang tahun, meniup lilin berbentuk angka 9, potong kue, dan menyaksikan pertunjukan dari badut yang membuat semua orang tertawa akan tingkah lucunya.

Lalitha mendapatkan banyak sekali kado-kado dari teman-temannya, ia juga sangat terkejut dengan kedatangan sepeda lipat impiannya selama ini, yang mana hadiah tersebut merupakan kado spesial dari ayah dan ibunya. Akhirnya hari yang sangat ia nantikan selama ini benar-benar terjadi, dan menjadi hari yang paling bahagia bagi Lalitha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun