Suatu daerah bisa dikatakan berkembang atau maju disebabkan oleh berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sosial budaya, infrastuktur yang memadai dan faktor lainnya. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah faktor infrastruktur. Infrastruktur yang baik dan memadai sangat dipertimbangkan oleh masyarakat untuk menilai apakah daerah tersebut maju atau tertinggal, apabila infrastruktur daerah tersebut minim maka dapat dikatakan daerah tersebut termasuk ke dalam daerah yang tertinggal begitupula sebaliknya daerah yang memiliki infrastuktur yang baik maka akan dianggap sebagai daerah yang maju.
Perkembangan infrastruktur tidak serta merta dapat berdiri sendiri banyak faktor pendukung yang membuat keadaan atau kondisi daerah tersebut menjadi maju. Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penting penunjang kemajuan infrastruktur, karena apabila suatu daerah memiliki kestabilan ekonomi maka dapat membangun daerahnya dengan semaksimal mungkin.
Bidang ekonomi yang sangat berkembang pada saat ini adalah tentang UKM (Usaha Kecil Menengah) ditambah dengan kehadiran MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) menjadikan usaha ini semakin maju sehingga daerah yang memiliki banyak UKM yang dapat menembus pasar bebas dan menambah penghasilan daerah terebut.
Kembali kepada soal infrastruktur Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang mempunyai infrastruktur yang sudah mulai berkembang, walau jika dlihat masih sedikit pula daerah daerah di Banten yang mempunyai kemajuan di bidang infrastruktur.
Seperti yang kita tahu kehadiran MEA harus disadari betul oleh masyarakat Banten karena banyak pengaruh positif yang dapat diambil dari kehadiran MEA. Perbaikan jalan salah satu penunjang kehadiran MEA karena infrastruktur jalan yang baik akan menghasilkan investor asing atau lokal yang datang untuk berinvestasi di Banten.
Pembangunan jalan sebagai infrastruktur utama penghubung daerah atau kota di Banten sudah mulai digalakan seperti pembangunan Tol Serang-Panimbang, Tol Kunciran-Serpong, Tol Serang-Cinere, dan Tol Serpong-Balaraja. Kemudian, proyek kereta api ekspres Seokarno Hatta-Sudirman, Bandara Banten Selatan Panimbang, dan pengembangan Bandara Soetta. Adapula pembangunan terminal elpiji Banten kapasitas 1 juta ton per tahun, energi asal sampah kota-kota besar di Tangerang, Waduk Karian, KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) Tanjung Lesung, serta percepatan infrastruktur transportasi, listik, air bersih untuk kawasan strategis pariwisata nasional (KSN) Tanjung Lesung.
Salah satu kota yang paling menonjol di Banten adalah Kota Tangerang bisa dilihat sendiri Tangerang banyak memiliki infrastuktur yang lebih unggul dibandingkan daerah lain di Banten. Jika dilihat dari wilayahnya, Tangerang termasuk wilyah yang cukup strategis dan termasuk kota yang paling dekat dengan ibu kota negara yaitu Jakarta sehingga perkembangannya lebih cepat dibanding daerah lain yang ada di Banten.
Perkembangan tersebut terlihat dari infrastruktur KRL (Kereta Rel Listrik) yang jalurnya hanya ada di jabodetabek, itu memungkinkan bahwa Tangerang jauh lebih maju karena jalur KRL belum sampai ke daerah seperti Serang, Rangkas, dll.
Pemerintah Kota Tangerang telah menerapkan dan mengembangkan konsep liveable, investable, visitable dan e-city yang diartkan Tangerang sebagi kota yang layak huni, layak ivestasi, layak dikujungi dan kota yang sudah menggunakan teknologi informasi berbasis elektronik.
Untuk menunjang keadaan tersebut maka peran infarstruktur yang representatif  seperti KRL sangat dipertimbangkan karena dapat memudahkan pengunjung atau investor asing melihat keadaan kota Tangerang, bahkan dapat menimbulkan dampak positif terhadap daerah wisata, sehingga para pelancong lokal atau asing dapat mudah menjelajahi setiap sudut Kota Tangerang.
Selain soal kemajuan KRL, kemajuan infrastruktur Tangerang juga ditandai dengan upaya mengatasi kemacetan. Persoalan kemacetan selalu menjadi perhatian pemkot karena tingginya lalu lintas masyarakat Kota Tangerang ke Jakarta atau sebaliknya. Hal itu harus didukung dengan sarana dan prasarana yang efisien, terutama di kawasan sekitar Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Berbagai cara untuk meminimalisasi kemacetan antara lain membangun area traffic control system (ATCS), rekayasa lalu lintas, system park and ride, car free day (CFD), uji emisi, serta pembangunan/peningkatan fasilitas penunjang angkutan massal seperti penyediaan bus rapid transit (BRT), Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB), Trans Kota Tangerang, dan kereta api.
Tangerang juga melakukan pembangunan infrastruktur dengan cara memperbaiki akses jalan dan membuka jaringan jalan baru. Seperti pengembangan jaringan jalan untuk menghubungkan Kota Tangerang dengan DKI Jakarta dan dengan Tangerang Selatan.
Saat ini pengembangan jaringan jalan itu masih dalam proses pelaksanaan. Jalan yang dikembangkan tersebut ialah Jalan KH Hasyim Ashari-Hos Cokroaminoto, yang merupakan perbatasan Kota Tangerang dan DKI Jakarta. Selain itu, dilakukan pengembangan Jalan Raden Fatah-Jombang Raya, yang merupakan kawasan perbatasan Kota Tangerang dengan Tangerang Selatan.
Konektivitas infrastruktur jalan yang baik, lanjutnya, tentu diharapkan akan berdampak baik pula terhadap perkembangan perekonomian di daerah Banten, khususnya Kota Tangerang yang merupakan daerah yang memiliki sebutan ‘Seribu Satu industri dan Sejuta Jasa dan perdagangan’.
Penulis : Mahasiswa Semester 1, Mata Kuliah Pengantar Ilmu Politik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H