Trip to Pulau Pari
Destinasi wisata bahari kali ini saya akan sedikit berbagi tentang perjalanan saya bersama teman-teman ke pulau pari dengan beranggotakan 10 (sepuluh) orang, pulau pari ini kira-kira berjarak 45 km dari DKI Jakarta. Nah, untuk bisa menikmati keindahan keanekaragaman hayati maupun ekosistem bawah laut pulau pari kita bisa mengggunakan jasa travel atau pergi sendiri tanpa jasa travel (re: backpacker).
Pulau Pari adalah salah satu pulau yang berada di Kepulauan Seribu, Jakarta. Kawasan wisata Kepulauan Seribu, memang kian hari kian ramai dikunjungi banyak wisatawan asal Jakarta dan sekitarnya maupun wisatawan mancanegara. Menawarkan panorama alam pantai indah yang belum banyak tersentuh tangan manusia, menjadi alasan mengapa banyak orang ingin liburan ke Pulau Pari.
Pulau Pari adalah wilayah yang diperuntukan bagi kelestarian hayati dan penelitian dibawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, di Pulau Pari sendiri berbeda dengan pulau lain, yang sudah ramai pengunjung, pulau ini memiliki keanekaragaman hayati maupun ekosistem bawah lautnya.
Trip to Pulau Pari kali ini, kami menghabiskan waktu selama 3 hari 2 malam dengan Jawsik Travel x Aki Camp. Jakarta, Senin, 25 Juni 2018 pukul 04.00 wib dini hari Bekasi hujan, tapi tidak menyurutkan niat kami bersepuluh untuk berlibur ke Pulau Pari, perkenalkan dulu ya, "Jawsik Travel" namanya diambil dari singkatan nama panggilan sahabat saya dan temannya, namun sebenarnya kami tidak menggunakan jasa travel melanikan ini pertama kalinya saya trip to Pulau Pari ala backpacker dengan membawa drybag dan carrier yang berisikan tenda, alat masak dan baju ganti.
Dengan ditemani hujan kami berangkat dari Cakung, Jakarta Timur menuju pelabuhan Kali Adem jalan Dermaga, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, sesampainya di pelabuhan seperti biasa kami membeli tiket kapal terlebih dahulu, satu tiket kapal PP dihargai Rp. 80.000,- ditambah dengan asuransi sebesar Rp. 4.000,-. Kami naik kapal KM Diamond 21 menuju Pulau Pari dengan waktu tempuh 2 jam 30 menit, waktu tempuh yang cukup lama dari biasanya dikarenakan cuaca sedang hujan.
Sesampainya di pulau Pari masih dalam keadaan hujan kami menuju Pantai Pasir Perawan untuk segera memasang tenda karena waktu sudah menunjukan jam makan siang, dan perut kami sudah menunjukkan sinyalnya untuk segera diisi ulang, lapar maksudnya hehe. Untungnya kami berbekal makanan dari rumah, jadi bisa langsung mengisi perut yang keroncongan tanpa harus memasak terlebih dahulu. Disana kami mendirikan 3 (tiga) buah tenda untuk 10 (sepuluh) orang.
Selama perjalanan ke softcoral, kami sempat berbincang-bincang dengan pemilik sekaligus pengemudi kapal mengenai kegiatan pariwisata disana. Menurut penuturan beliau, dengan adanya jasa pariwisata ini mereka terbantu karena adanya peluang lapangan kerja baru. Sebelum adanya kegiatan pariwisata ini, masyarakat di Pulau Pari bertumpu pada mata pencaharian budidaya rumput laut dan nelayan.
Dengan adanya perkembangan pariwisata bahari di Pulau Pari saat ini mayoritas masyarakatnya beralih sektor mata pencaharian menjadi sektor wisata seperti jasa penyewaan kapal, penyewaan alat snorkeling, homestay (penginapan) dan banyak masyarakat yang mendirikan warung untuk berjualan. Sehingga bagi wisatawan yang ingin berlibur di Pulau Pari tidak perlu khawatir akan fasilitas yang disediakan. Dan masyarakat sangat terbantu dengan datangnya wisatawan yang bisa meningkatkan perekonomian sehari - hari.
Selain berbincang dengan pemilik kapal tersebut, saya juga berbincang dengan salah satu wisatawan disana dan ia menuturkan bahwa warga yang berada di pulau pari sangat ramah dalam berkomunikasi, fasilitas yang disediakan juga cukup memuaskan wisatawan dalam berwisata, mulai dari pantai yang bersih, homestay yang layak, mck, warung klontong, dan masih banyak lagi.
Setelah snorkeling sebelum kami kembali ke tenda untuk memasak, kami menikmati keindahan alam di pantai pasir perawan dengan berswafoto, bermain pasir, mencari kerang.
Setelah makanan siap dihidangkan, kami menyantap makanan tersebut bersama-sama dengan lahapnya, maklum abis snorkeling hehehe. Kami menghabiskan malam dengan bermain games. Setelah lelah bermain games, kami semua pun tidur terlelap di tenda masing-masing.
 Pagi harinya kami bangun dan menikmati sunrise di Pantai Pasir Perawan. Keindahan sunrise dan sunset menjadi daya tarik di Pulau ini. Berikut hasil jepretan keindahan sunrise di Pantai Pasir Perawan.
Hal ini menjadi pembelajaran untuk saya dan teman - teman, dengan budget yang tidak sedikit akhirnya kami menyewa satu homestay, dengan harga berkisar Rp. 300.000,- untuk satu rumah dengan fasilitas wifi, ac, kamar mandi, tv, kasur, dispenser beserta galon dan isinya, makan di tanggung sendiri karena kalau makan menggunakan fasilitas yang disediakan oleh homestay biayanya nambah /hehe. Setibanya dihomestay, kami beristirahat sejenak hingga menjelang sore.
Sore harinya saya dan sahabat saya mencari jajanan, setelah mencari - cari akhirnya kami menemukan jajanan terenak yaitu jajanan semasa sd seperti telor gulung, telor gulung yang ada di pulau pari ini berbeda sama  yang di Bekasi, penjualnya mencampur telor dengan mie bihun yang sudah di rebus dan dilengkapi sama saus sambal, tidak hanya telor gulung ada bakso, dan sosis.
Memang jajanan sd itu memiliki daya tarik tersendiri untuk dinikmati. Sungguh cemilan bermecin itu sangat enak tetapi jangan kebanyakan ya, ini tidak baik untuk kesehatan. Malam hari kami kembali ke homestay untuk makan malam dan beristirahat supaya kami tidak ketinggalan kapal dan dapat kembali ke rumah.
Pagi hari sekitar pukul 08.00 wib kami bersiap - siap dan mengemasi barang bawaan pulang dan segera ke pelabuhan untuk membeli tiket kapal. Untuk kepulangan kami dari Pulau Pari kami naik kapal KM Satria, sekitar pukul 10.00 wib kapal pun berangkat menuju pelabuhan Kali Adem, selama 2 jam 30 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di pelabuhan Kali Adem pukul 11.30 wib. Dari pelabuhan Kali Adem kami pulang ke rumah masing - masing. Perjalanan yang sungguh melelahkan tapi menyenangkan.
Tips yang pertama, siapkan mental, fisik yang kuat untuk camping dipinggir pantai, tips yang kedua, jika esok hari dijadwalkan untuk pulang maka jangan tidur di pagi hari agar tidak tertinggal oleh kapal karena kapal yang ada di Pulau Pari tidak selalu ada setiap harinya kira - kira ada 2 (dua) kapal yang melayani Pulau Pari - Kali Adem atau pun sebaliknya, tips yang ke tiga, siapkan pakaian dan biaya lebih atau cadangan untuk mengantisipasi hal yang tidak terduga.
Rincian biaya yang dikeluarkan untuk perorangan :
- Tiket kapal Kali Adem - Pulau Pari : Rp. 40.000,-
- Asuransi PP : Rp. 4000,-
- Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI) Â : Rp. 15.000,-
- Tiket kapal Pulau Pari - Kali Adem : Rp. 45.000,-
- Snorkeling + Kapal         : Rp. 60.000,-
- Total : Rp. 164.000,-
Rincian biaya yang dikeluarkan untuk perkelompok :
- Logistik : Rp. 280.000,-
- Homestay : Rp. 300.000,-
- Total : Rp. 580.000,-
Total biaya perorangan : Rp. 104.000,- + Rp. 580.000,- / 10 orang
                   : Rp. 164.000,- + Rp. 58.000
                   : Rp. 222.000 => (Rp. 225.000)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H