"DEG!!!" Aku terbangun.
Kala mata tak bisa terpejam di malam yang sunyi, aku teringat akan raut wajahmu yang pernah mengisi hari. Entah, ketidaksengajaan kala itu membuatku terpana padamu. Hanya terpana, selebihnya aku tak tau harus bagaimana. Tak bisa langsung kuporak-porandakan akan hal ini padamu.
"Pada orang lain saja tak mampu kujelaskan, apalagi padamu" batinku.
Kamu tak pandai kujelaskan dengan bicara. Cukup kutuangkan kisahmu dalam aksara. Biarkan jari jemari lentik ini menggerakkan apa yang dirasa. Persimpangan itu hadir tak menentu. Iya, tak hanya satu dua kali. Bahkan berkali-kali aku berjumpa denganmu. Tak ayal, kita bertemu karena saat itu kamu dan aku aktif dalam satu ruang diskusi diperan yang berbeda. Bodohnya, aku tak bisa berkutik saat aku didekatmuÂ
"Ishhh, sadar dong, kamu bukan siap-siapa" meyakinkan diri untuk tak berharap lebih.
Mungkin, dirimu bahkan tak tau kalau ada aku, Nilam sosok sederhana dengan segala kekurangnnya itu hidup di muka bumi ini.
Namun, ada satu hari dimana...
"Saya mau berpendapat!!!"
Aku tak sengaja mengutarakan pendapat dalam satu ruang diskusi yang mana kamu menjadi dalangnya. Tak sebentar kamu menatap. Gugup, tapi tak apalah, kamu bukan siapa-siapa.
Beberapa hari kemudian, saat kita berada di Kampus, tak sangka kamu mengajakku berbicara dan bertukar sapa.
"Namamu siapa?" tanya Danar.