Tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam hidup manusia, seperti halnya udara, makan, dan air. Namun ada beberapa orang yang menjadikan begadang sebagai kebiasaan. Ketika manusia memaksa begadang sampai larut, dapat menimbulkan pusing, grogi, hingga gangguan mental.
Pusing dan grogi diakibatkan terganggunya jadwal sleep inertia. Akibatnya, seseorang merasa pusing dan tubuh tidak berfungsi dengan optimal. Selain itu, tingkat kewaspadaan orang tersebut rendah dan hanya berkeinginan untuk tidur saja.
Selain sleep inertia berantakan, begadang dapat menurunkan produktivitas manusia. Artikel ini akan membahas mengenai bahaya begadang melewati jam 1 malam bagi kesehatan.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Psychiatry Research, para ahli telah menganalisis pola tidur dan kesehatan dari 73.888 orang di UK Biobank. Mereka yang sering tidur setelah jam 1 pagi cenderung lebih berisiko mengalami gangguan mental seperti depresi dan kecemasan dibandingkan dengan yang tidur lebih awal.
Manusia memiliki pola alami tubuh untuk tidur pada waktu tertentu atau biasa disebut kronotipe. Orang yang tidur larut malam setelah jam 1 pagi dan bangun pagi, tetap memberikan resiko buruk bagi kesehatan mental.
“Begadang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan mental Anda,” kata Jamie Zeitzer, Ph.D., profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Stanford University, dikutip dari Neuroscience News pada Sabtu, 29 Juni 2024.
Orang yang bangun pagi bersama matahari cenderung memiliki kesehatan mental terbaik. Penting untuk mendapatkan sinar matahari pagi untuk memberi sinyal kuat bahwa ini adalah siang hari. Jika tidak, bisa menyebabkan masalah pada tubuh dan otak.
“Tubuh manusia perlu mendapatkan sinyal kuat bahwa ini adalah siang hari melalui sinar matahari pagi. Jika tidak, atau sinyalnya tercampur, hal ini dapat mengganggu kesehatan biologi tubuh dan mempengaruhi otak,” ucap Matthew Lehrer, asisten profesor di Departemen Psikiatri di Pittsburgh University.
Lehrer menjelaskan bahwa aktivitas malam hari bisa membuat kita lebih impulsif dan kurang terkontrol. Otak memiliki mekanisme yang bertugas terhadap perilaku, impulsivitas, dan penghambatan. Ketika seseorang terjaga hingga larut malam, fungsi otak akan menurun, dan menyebabkan depresi hingga kesehatan mental memburuk.
Kurang tidur memicu pelepasan hormon stres dan membuat seseorang lebih rentan terhadap kecemasan. Ini bisa menyebabkan gangguan kecemasan umum, serangan panik, dan masalah lain terkait kecemasan. Akibatnya, seseorang menjadi mudah marah, perubahan mood yang tiba tiba, dan sulit mengatasi stres.
Lambat laun, hubungan dua arah pun terbentuk. Kurang tidur berkontribusi terhadap timbulnya gangguan depresi. Sementara depresi membuat individu sulit tidur, sehingga menciptakan lingkaran setan yang terus berulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H