Mohon tunggu...
Atikah Rizky Amalia
Atikah Rizky Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

STIKes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kenali Diabetes Mellitus pada Remaja dengan Melakukan Pencegahan Exercise di Rumah

21 April 2022   22:57 Diperbarui: 21 April 2022   23:45 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Diabetes Mellitus (DM) dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi (Petersmann et al., 2018).

Penyakit Diabetes Mellitus menempati penyakit urutan ke-4 golongan Penyakit Tidak Menular (PTM) (Setyawati et al., 2020). Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang utama di masyarakat. Jumlah kasus yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi DM pada penduduk dewasa di Indonesia sebesar 6,9% pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,5% pada Tahun 2018 (Kemenkes, 2018). World Health Organization (WHO) memprediksi akan terjadi peningkatan kejadian DM di Indonesia mencapai hingga 21,3 juta jiwa pada tahun (WHO, 2021). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan angka kejadian faktor risiko DM tipe-2 yaitu sebesar 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan 10,8% menderita obesitas (Wistiani, 2016). International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes mellitus pada tahun 2019 dengan prevalensi sebesar 9,3% pada total penduduk pada usia yang sama. IDF memperkirakan prevalensi diabetes, bedasarkan jenis kelamin pada tahun 2019 yaitu 9% pada perempuan dan 9,65% pada laki-laki (Jais, M., Tahlil, T., Susanti, 2019).

Secara umum, Diabetes terbagi atas dua jenis yaitu ada  Diabetes tipe 1 dan Diabetes tipe 2. Pada Diabetes Mellitus tipe I, Pankreas kurang atau tidak memproduksi insulin karena adanya masalah gentik, virus atau autoimun. Diabetes Mellitus tipe I disebabkan oleh faktor genetika, faktor imunologik, dan faktor lingkungan (Sari, 2016). Penderita selalu memerlukan suntikan insulin ke tubuhnya. Satu dari sepuluh orang penderita diabetes mengalami diabetes jenis ini atau disebut dengan diabetes ketergantungan insulin (Fox, 2013). Sedangkan pada Diabetes Mellitus tipe II terjadi karena kombinasi ketidakmampuan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitivitas terhadap insulin. Sistem pankreas tetap menghasilkan insulin walaupun terkadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin (Faida & Santik, 2018).

Gejala awal pada Diabetes Mellitus yaitu sering buang air kecil. Penderita diabetes melitus sering sekali untuk tidur atau bisa sering merasa kantuk. Namun ingat harus membedakan anak muda yang sering merasakan kantuk atau suka sekali dengan tidur, tidak selalu terserang dengan tanda-tanda Diabetes Mellitus. Mereka bisa saja terkena penyakit kurang darah atau anemia. Jika memiliki ciri tersebut, untuk memastikan lebih lanjut mengidap Diabetes Mellitus atau tidak, disarankan memeriksakan diri ke dokter. Diabetes ini tidak semata berlatar belakang keluarga alias terpaut gen, tetapi juga karena pola makan dan aktivitas (Wistiani, 2016).(Faida & Santik, 2018).

Komplikasi pada diabetes yaitu gagal ginjal, serangan jantung, amputasi kaki, sampai kerusakan saraf. Masalah yang terjadi akan berdampak pada kualitas hidup penderita Diabetes pada era saat ini dengan Pola hidup sedentari (Sedentary lifestyle) yaitu pola hidup dengan aktivitas fisik yang kurang sehingga menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes, dan faktor pendukung lainnya seperti pola makan yang tidak seimbang dan merokok. Pada Diabetes Mellitus terdapat faktor penyebab yang tidak dapat dimodifikasi antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga.

Dalam kehidupan melakukan pola hidup sehat yaitu mencakup upaya untuk mencapai dan mempertahankan status gizi normal untuk mencegah obesitas, menerapkan pola makan dengan prinsip gizi seimbang, dan juga jangan lewatkan aktivitas fisik dengan berolahraga secara rutin sesuai usia.Menurut hasi studi Wijayanti et al., (2020). Aktivitas fisik yang rendah menjadi sangat berpengaruh pada penyakit Diabetes Mellitus pada remaja. Aktivitas fisik yang dilakukan seseorang akan dapat mempengaruhi kadar gulanya, karena penggunaan glukosa oleh otot akan meningkat ketika seseorang melakukan aktivitas fisik yang tinggi (Jais, M., Tahlil, T., Susanti, 2019).

Pada aktivitas fisik yang dilakukan pada tubuh akan terjadi pengambilan energi dengan merubah glukosa dalam proses metabolisme, sehingga pada tubuh kadar glukosa dalam darah menurun. Kegiatan fisik yang dilakukan penderita Diabetes Mellitus dapat menambah pemakaian glukosa dalam darah untuk diproses menjadi tenaga serta mengurangi tumpukan lemak dalam jaringan adiposa, agar mencegah tidak terjadi obesitas pada penderita Diabetes Mellitus. Pada dasarnya melakukan olahraga harus memperhatikan usia, frekuensi, intensitas, waktu dan jenis olahraganya(Ardiani et al., 2021).Ingat, Olahraga yang bermanfaat bagi tubuh yaitu olahraga yang berpengaruh pada metabolisme tubuh agar dapat meningkatkan fungsi pankreas dan memperbaiki fungsi insulin. Olahraga haruslah bersifat Erobik karena olahraga yang gerakannya tidak hanya melibatkan satu otot tertentu, tetapi melibatkan semua otot otot besar (Suryono E, 2013).

Menurut Kemenkes RI Latihan fisik dengan prinsip baik dan benar yaitu :

  1. Sebelum berlatih melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah & jika hasilnya < 70 mg/dl maka tidak boleh berlatih dan > 250 mg/dL latihan fisik ditunda.
  2. Tidak melakukan latihan fisik sebelum sarapan.
  3. Latihan fisik sebaiknya 1 jam setelah makan.
  4. Apabila menggunakan insulin maka tidak boleh disuntikkan pada bagian tubuh yang bergerak lebih banyak.
  5. Latihan fisik dengan pakaian yang sesuai dan lengkap seperti menggunakan alas kaki yang nyaman.
  6. Melakukan latihan fisik pada tempat yang aman seperti tempat berpijak yang rata dan tidak berbatu-batu.
  7. Latihan fisik terdiri dari pemanasan (10 menit), latihan inti (30 menit) & pendinginan (10 menit).

Prinsip Terukur yaitu: Intensitas sedang dan Durasi minimal 150 menit perminggu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun