Mohon tunggu...
atikah dwi
atikah dwi Mohon Tunggu... Konsultan - Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemeriksaaan Anterabrachii AP dan Lateral pada Kasus Fraktur Antebrachii Kanan Akibat Jatuh

22 Juni 2024   18:32 Diperbarui: 22 Juni 2024   18:48 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Proyeksi Ap dan Lateral (Hussain et al, 2018) 

Pemeriksaan radiografi Antebrachii AP dan Lateral memiliki peran krusial dalam mendiagnosis fraktur, terutama yang disebabkan oleh jatuh. Proyeksi AP dan Lateral memerlukan posisi spesifik, seperti lengan lurus dan siku ekstensi pada AP, serta siku difleksikan 90 derajat dan lengan bawah dalam posisi netral pada Lateral. Keselamatan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan prosedur radiologi, dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sangat penting untuk melindungi baik pasien maupun petugas dari bahaya paparan radiasi. Paparan radiasi, sekecil apapun dosisnya, memiliki potensi untuk mengakibatkan perubahan biologis pada tingkat molekuler dan seluler. Prinsip proteksi radiasi meliputi pembatasan dosis dan penggunaan dosimeter untuk memantau paparan radiasi. Pemeriksaan radiografi Antebrachii AP dan Lateral adalah prosedur diagnostik penting yang harus dilakukan dengan teknik yang tepat, disertai dengan perhatian yang ketat terhadap aspek keselamatan radiasi melalui penggunaan APD yang memadai dan pemantauan dosis yang cermat. Penelitian ini mengadopsi desain deskriptif kualitatif dengan fokus pada analisis dan sintesis literatur yang relevan. Data dikumpulkan melalui penelusuran literatur sistematis dari berbagai sumber, seperti buku, artikel penelitian terdahulu yang relevan, panduan praktis, dan studi kasus. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan radiografi Antebrachii AP dan Lateral sangat penting dalam mendiagnosis fraktur antebrachii dextra serta memperhatikan aspek keselamatan radiasi melalui penggunaan APD yang memadai dan pemantauan dosis yang cermat.

Kata Kunci: Proyeksi Ap/L, Fraktur, APD, dosimeter.

Institusi kesehatan seperti rumah sakit menawarkan beragam jenis pelayanan medis kepada masyarakat. Salah satu komponen penting dalam sistem layanan kesehatan ini adalah fasilitas penunjang medis. Di antara berbagai fasilitas penunjang tersebut, departemen radiologi memiliki peran unik dan krusial. Unit ini mengoperasikan peralatan sinar-X untuk keperluan diagnostik, menjadikannya bagian integral dari proses perawatan pasien (Perka Bapeten, 2020). Salah satu masalah kesehatan yang menggunakan alat bantu sinar-X adalah fraktur pada Antebrachii kanan akibat terjatuh. Fraktur merupakan kejadian putusnya sambungan tulang yang akibatkan oleh trauma. Sebagai tindak lanjut dari pemeriksaan diagnostic demi mendapatkan terapi medis yang tepat, dapat dilakukan pada proyeksi Antero Posterior (AP) dan lateral (Lampignano, 2018). Proyeksi AP atau Lateral anterbrachii termasuk sering digunaka karena dapat melihat kondisi fraktur pada pasien (Kustoyo & Harahap, 2019).
Selain kepentingan penegakkan diagnostic, aspek proteksi radiasi juga sangat penting untuk diperhatikan.  Instalasi radiologi yang optimal tidak lepas dari sistem perlindungan diri yang juga dilaksanakan dengan maksimal (Martem et al, 2015). APD atau Alat Pelindung Diri merupakan perangkat perlindungan yang wajib digunakan setiap pekerja ketika menjalankan tugasnya dengan tujuan untuk meminimalisir potensi bahaya dan risiko yang dapat merugikan baik bagi diri sendiri atau orang lain di lingkungan kerja (Caroline, Waworuntu, & Buntuan; 2016).
Para praktisi radiologi menggunakan serangkaian perlengkapan keamanan khusus. mencakup berbagai item seperti apron pelindung, pelindung organ reproduksi, pelindung kelenjar tiroid, sarung tangan berlapis timbal, kacamata khusus anti radiasi, dosimeter termoluminesensi (TLD), lencana film, serta perisai radiasi (PERBAPETEN, 2020). Mesin sinar-X menghasilkan yang berpotensi membahayakan tenaga medis, pasien, maupun orang di sekitarnya (Firdaus, Alawaiyah, & Sudarti, 2024). Perlindungan diri di Instalasi Radiologi selain penggunaan APD adalah pendose. pendose berfungsi untuk memantau dan mencatat dosis radiasi yang diterima petugas selama bekerja. Alat ini memastikan bahwa paparan radiasi tidak melebihi batas aman yang ditetapkan, yaitu 20 mSv per tahun untuk pekerja radiasi (Hattori et al, 2023).

Penelitian ini mengadopsi desain deskriptif kualitatif dengan fokus pada analisis dan sintesis literatur yang relevan atau content analysis (Hardani et al, 2020). Pendekatan ini memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap berbagai aspek pemeriksaan radiografi Antebrachii, termasuk prosedur standar, variasi teknik, dan pertimbangan khusus untuk kasus fraktur akibat jatuh. Data dikumpulkan melalui penelusuran literatur sistematis dari berbagai sumber, seperti buku, artikel penelitian terdahulu yang relevan, panduan praktis, dan studi kasus. Kriteria literature yang digunakan adalah publikasi dalam 12 tahun terakhir, fokus pada pemeriksaan radiografi antebrachii, fokus pada Alat Perlindungan Diri di Instalani Radiologi, dan kasus yang relevan. 

Penelitian yang dilakukan Hussain at al (2018), pada pasien fraktur os ulna dilakukan dengan teknik pemeriksaan proyeksi AP dan lateral. Ketika proyeksi Ap dilakukam, lengan bawah diposisikan lurus dengan siku ekstensi penuh. Pada proyeksi lateral, siku difleksikan 90 derajat dan lengan bawah diposisikan netral. Dari radiografi yang dilakukan, evaluasi meliputi tampaknya garis fraktur pada radius atau ulna, mengevalusasi derajat angulasi dan displacement fraktur, mengidentifikasi lokasi fraktur, menilai pola fraktur, dan memeriksa ketelibatan sendi siku.

Penelitian yang dilakukan oleh Gemilang dan Setiawati (2021), menggunakan kasus seorang perempuan berusia 28 tahun yang mengalami kecelakaan sepeda motor yang mengakibatkannya terjatuh ke aspal. Hasil evaluasi pemeriksaan radiologi ekstremitas atas kanan dengan proyeksi AP/lateral, menunjukkan adanya diskontinuitas tulang yang terletak di bagian tengah radius ulna. 

Gambar 2. Gambaran X-Ray Preoperatif Radius Ulna Dextra (Gemilang & Setiawati, 2021) 
Gambar 2. Gambaran X-Ray Preoperatif Radius Ulna Dextra (Gemilang & Setiawati, 2021) 
Penelitian yang dilakukan oleh Andrian dan Farhat (2022), terdapat kasus seorang laki-laki berumur 68 tahun yang mengalami fraktur pada lengan kanan atas. Kasus ini menggambarkan presentasi klinis pada pasien dengan fraktur 1/3 distal humerus akibat jatuh. Pada pemeriksaan radiografi anteroposterior (AP) dan lateral, hasil X-ray menunjukkan adanya fraktur dengan diskontinuitas tulang dan fragmen distal yang mengarah ke anterior.

Gambar 3. Xray Ap/L region branchii dextra (Andrian & Farhat. 2022) 
Gambar 3. Xray Ap/L region branchii dextra (Andrian & Farhat. 2022) 

Pengambilan gambaran sinar X-ray di radiologi tidak luput dari pentingnya penggunaan APD agar pasien dapat terlindungi dari paparan sinar radiasi, begitu pun dengan petugas. Berdasarkan penelitian mendalam yang dilakukan oleh para ahli biologi radiasi, paparan radiasi dapat menyebabkan kerusakan somatik pada sel-sel jaringan tubuh serta kerusakan genetik akibat mutasi pada sel-sel reproduksi (Hiswara, 2015; Zubir, 2021). Badan Tenaga Nuklir melaporkan bahwa pekerja radiasi mengalami penurunan limfosit sebesar 17% (Utami, 2019). Bahkan di bidang kedokteran, paparan radiasi jauh lebih tinggi dibandingkan industi nuklir atau lembaga riset radiasi (Fairusiyyah, Widjasena, & Ekawati; 2016).

Berdasarkan regulasi Kemenkes RI No. 24/2020, perlengkapan proteksi radiasi oleh radiografer yang harus tersedia mencakup apron, lead, tabir, pelindung tiroid, kaca mata Pb, sarung tangan Pb, dan pelindung gonad. Metode pengendalian paparan radiasi mencakup beberapa aspek penting, yaitu memastikan dosis yang diterima seseorang tidak melampaui ambang batas yang ditetapkan otoritas terkait dan menerapkan program proteksi radiasi dengan memanfaatan ketersediaan pelindung radiasi (Yunus & Sanjiwani, 2020). APD dapat melindungi tubuh dari bahaya radiasi karena paparan radiasi menyebabkan ionisasi oada tubuh dengan tingkat keparahan tertentu (Oemiati & Umar, 2021).

Penelitian yang dilakukan oleh Syahda dkk (2020), menujukkan bahwa paparan radiasi, sekecil apapun dosisnya, memiliki potensi untuk mengakibatkan perubahan biologis, baik pada tingkat molekuler maupun seluler. Salah satu contoh efek stokastik yang berbahaya adalah kanker dan kelainan genetik. (Eastman, 2015). Prinsip proteksi radiasi meliputi pembatasan dosis untuk mencegah paparan berlebih pada individu dengan menggunakan dosimeter/pendose agar terhindar dari efek radiasi dan memantau proteksi radiasi kepada pasien, terutama pada ibu hamil karena sinar X dapat mengakibatkan risiko keterbelakangan mental bagi janin (Hiswara & Kartikasari, 2015; Susanti dkk, 2016; Woroprobosari dkk, 2020). Pemantauan dosis melalui dosimeter bertujuan untuk memastikan dosis paparan radiasi yang diterima pekerja dibawah NBD (Pratiwi, Indriyani, & Yunawati; 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun