Mohon tunggu...
Atikah Azzahro Kumaily
Atikah Azzahro Kumaily Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga

Beautiful Feeling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Historiografi Militer: Iklim Militer di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Perspektif

5 Januari 2021   09:12 Diperbarui: 5 Januari 2021   09:22 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi sekali di masa lampau. Sejarah tak dapat terulang sehingga untuk dapat mengenal dan mempelajari masa lalu dibutuhkan sebuah tulisan sejarah. Sejarawan menulis kisah di masa lampau dengan cara mengkontruksi ulang suatu peristiwa melalui beberapa tahapan, yaitu: Heuristik (pengumpulan sumber), Kritik sumber (eksternal dan internal), Interprestasi (penafsiran), dan Historiografi (penulisan sejarah). Historiografi sendiri merupakan cara penulisan, pemaparan mengenai suatu peristiwa sejarah dan dari peristiwa tersebut dapat memberikan gambaran dari proses penelitian tersebut. (Nurhayati, 2016:255)      

Historiografi atau penulisan sejarah yang dilakukan oleh para sejarawan yang mengkaji mengenai berbagai sudut pandang di masa lalu. Kajian historiografi di Indonesia ini meliputi penulisan suku bangsa, penulisan sejarah kolonial, dan sejarah mutakhir dengan segala dimensinya (kronologis dan tematik). Gambaran umum mengenai historiografi sendiri sudah ada sejak zaman kuno hingga abad ke-20, khususnya pada peradaban barat. Historiografi tersebut mencakup segi-segi substansif, intelektual dan metodologis yang berguna untuk peningkatan kritisisme sejarah. (Kuntowijoyo, 2013:62) 

Penulisan sejarah merupakan perkembangan dari cabang ilmu sastra sebelum zaman Herodotus dan termasuk dalam seni. Kritik sejarah saat itu belum dikenal, namun saat ini telah dikenal sebagai inti dari metode sejarah (Wasino, 2018:7). Jika berbalik pada masa prasejarah, manusia menggunakan tradisi lisan untuk menggambarkan suatu peristiwa. 

Selain itu mereka juga melukiskan kejadian melalui gambar-gambar di dinding gua. Hingga pada akhirnya manusia dengan kesadaran intelektualnya dapat mengembangkan serta menyampaikan suatu peristiwa melalui media tulisan. Meskipun dengan cara yang sederhana, manusia bisa membuat rekam jejak masa lalu melalui tulisan yang pada akhirnya disebut sebagai naskah (Sukmawati, 2012:41). Naskah ini kemudian berkembang menjadi Historiografi modern yang kita kenal hingga sekarang ini. 

Pembahasan Dalam Historiografi Militer

Dalam buku Pemikiran Militer I: Sepanjang Masa Bangsa Indonesia, ini mengisahkan mengenai awal mula terbentuknya militer di Nusantara. Buku ini mengisahkan mengenai militer pada zaman kerajaan, banyak mengulas terkait dengan strategi pertempuran yang dihadapi antar sesama kerajaan maupun dengan bangsa asing. Perebutan kekuasaan dan daerah juga banyak diulas dalam buku ini. Kedatangan bangsa asing seperti Belanda, Inggris dan Jepang juga turut mewarnai kisah sejarah yang ada didalam buku ini. Tak hanya itu ulasan terkait dengan Perang Dunia I juga tak luput dari pengamatan penulis.  

Pembahasan dalam buku ini begitu detail, dengan menjabarkan mengenai dampak yang terjadi dari adanya peristiwa proklamasi khususnya di wilayah Jakarta dan Surabaya. Taktik dan strategi pertempuran nyatanya telah dikuasai oleh masyarakat di nusantara. Selain itu kegiatan para tentara RI juga diulas secara rinci dalam buku ini.  

Buku kedua yaitu Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara sampai Indonesia. Buku ini membahas mengenai peran serta keterlibatan Etnis Tionghoa dalam lingkup militer di Indonesia. Hubungan yang terjalin antara Tiongkok dengan Nusantara sudah berlangsung cukup lama sehingga mengakibatkan turunan darah dari orang-orang Tionghoa ini menjadi menyatu dengan masyarakat lokal. Buku ini juga banyak membahas mengenai aksi patriotisme dari para Etnis Tionghoa yang turut serta mempertahankan dan membela tanah air. Seperti pada perlawanan melawan kolonialisme, konflik Internasional, serta konflik di tahun 1965-1967

Buku ketiga yaitu TNI Masa Revolusi, yang mengisahkan tentang ketentaraan pada masa sebelum Indonesia merdeka yaitu pada masa Belanda dan Jepang. Selain itu, buku ini membahas tentang awal mula berdirinya TNI. Buku ini juga didominasi oleh kisah Panglima Besar Jenderal Sudirman sebagai seorang pemimpin perang gerilya dan sebagai Panglima termuda serta Jenderal pertama didalam tubuh TNI. Penulis buku ini juga membahas mengenai nilai juang seorang Jenderal Sudirman serta sikap dan perjuangan beliau dalam melaksanakan tugasnya. 

Dalam ketiga buku Historiografi Militer yang telah dianalis, banyak membahas mengenai peran tokoh-tokoh penting dalam kegiatan kemiliteran di Indonesia. Pembahasannya juga mengarah pada unsur politik, namun tak menghilangkan tema dasarnya yaitu militer. Sehingga bahasannya akan menjadi kompleks dan menambah wawasan pembaca.    

Ciri Khas Dalam Historiografi Militer

Historiografi militer ini membahas mengenai hal-hal yang berfokus pada bidang kemiliteran. Mengulas tentang awal mula militer dapat tumbuh di tengah masyarakat saat itu dan dapat bertahan hingga saat ini. Batasan temporal dan spasial dalam historiografi militer ini tampak begitu jelas, dimulai dari masa kerajaan hingga kontemporer di Indonesia. Pembahasan cukup spesifik mengenai kondisi militer di Indonesia sehingga akan mudah dianalis lebih dalam lagi.

Pandangan terhadap historiografi militer ini dapat dikupas disetiap babnya sebab masih bersinggungan dengan bidang lain seperti politik maupun sosial-ekonomi. Historiografi militer ini juga membahas mengenai peran para tokoh bangsa dalam menjaga kedaulatan dan mempertahankan wilayahnya. Selain itu, terdapat banyak sekali uraian yang menjelaskan mengenai rangkaian peristiwa kemiliteran yang terjadi di masa lalu.     

Perbedaan Dalam Historiografi Militer yang Sedang Dianalisa

Perbedaan yang mencolok dalam penulisan dalam buku yang sedang dianalisa ini adalah mengenai rentang waktu maupun ulasan tokoh. Dalam buku pertama yaitu Pemikiran Militer I: Sepanjang Masa Bangsa Indonesia karya Hario Kecik ini membahas mengenai sejarah awal militer di Indonesia. Mulai dari zaman prasejarah hingga masa kerajaan, lalu bergulir hingga kedatangan bangsa asing di Nusantara. Buku ini kajiannya cukup luas sehingga banyak informasi baru yang didapatkan dari buku ini.

Buku kedua yaitu Tionghoa Dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara sampai Indonesia karya Iwan Santosa.  Fokus pembahasan dari buku ini adalah terkait dengan peran Etnis Tionghoa dalam kemiliteran di Indonesia. Selain itu buku ini juga memberikan gambaran tentang militer Indonesia yang sebenarnya. Fokus pembahasan sedikit berbeda dengan kedua buku yang sebelumnya telah dianalisa. 

Terakhir yaitu buku TNI Masa Revolusi yang ditulis oleh Wahjudi Djaja. Membahas mengenai sejarah kemiliteran pada masa revolusi di masa Belanda dan Jepang.  Serta banyak mengulas mengenai tokoh Jenderal Sudirman. Buku ini banyak ditunjang oleh foto-foto sehingga menarik perhatian. Buku ini kajiannya tidaklah seluas buku yang pertama, namun masih sangat layak untuk dibaca dan diulas.

Kesimpulan

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, militer merupakan hal yang wajib diketahui sejarahnya. Militer yang kuat akan memberikan dampak yang begitu luas bagi ketahanan sebuah negara dalam menghadapi suatu ancaman. Dalam ketiga buku yang telah dianalisa dan dibahas, dapat diketahui bahwa militer di Indonesia mengalami pasang surut dalam sejarahnya. Namun tak menutup kemungkinan militer di Indonesia akan terus berkembang dan lebih kuat lagi kedepannya dalam mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

 

Saran          

Dalam historiografi militer ini banyak sekali pengetahuan baru yang tentunya menarik untuk dibahas. Untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang pentingnya militer, tentunya harus ada kajian yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh khalayak luas. Tak banyak terselip foto-foto pada buku tersebut, dengan mencantumkan lebih banyak foto sebagai sumber tentunya bisa menarik perhatian pembaca. Selain itu, penambahan informasi yang lebih luas juga bisa menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.   

Referensi bacaan:

Djaja, Wahjudi. 2018. TNI Masa Revolusi. Klaten: Cempaka Putih.

Kecik, Hario. 2009. Pemikiran Militer I: Sepanjang Masa Bangsa Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nurhayati. 2016. Penulisan Sejarah (Historiografi): Mewujudkan Nilai-Nilai Kearifan Budaya Lokal Menuju Abad 21. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang, Vol. 1 No. 1 Jan-Des 2016.

Santosa, Iwan. 2014. Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia.  Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Wahyu, Sukmawati. 2012. Pemikiran Kuntowijoyo Tentang Historiografi Islam di Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Wasino & Endah. 2018. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan. DI Yogyakarta: Penerbit Magnum Pustaka Utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun