Mohon tunggu...
Atik Muttaqin
Atik Muttaqin Mohon Tunggu... Freelancer - Mom blogger

Mom blogger, Voice over, Podcaster, Freelancer. Dapat ditemui di instagram @bundanisadotcom dan di blog www.bundanisa.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelusuri Jejak Budaya, Wisata, dan Kuliner Keraton Yogya dalam Rangkaian Koteka Trip ke-8

27 Agustus 2023   16:45 Diperbarui: 28 Agustus 2023   16:13 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu tanggal 23 Agustus kemarin kami dari Komunitas Kompasianer Jogjakarta bersama Kotekasiana atau komunitas traveller Kompasiana dan Faircle Trade and Tourism mengikuti Koteka trip yang ke-8 di Kompleks Keraton Yogyakarta. Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga pukul 15.00 WIB. 

Kawasan komplek inti Kraton Yogyakarta sendiri terdiri dari tujuh rangkaian plataran mulai dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan, yaitu Pagelaran dan Sitihinggil Lor, Kamandungan Lor, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kamandungan Kidul, dan Sitihinggil Kidul. 

Sedangkan kompleks belakang kraton terdiri dari alun-alun kidul dan plengkung nirbaya. Kita bersama-sama mengitari Kedhaton bersama guide dari pihak Keraton. Di Kedhaton ini kita juga melihat pertunjukan wayang dan pameran Narawandira.

Sumber gambar: kebudayaan.jogjakota.go.id 
Sumber gambar: kebudayaan.jogjakota.go.id 

Pameran Temporer Narawandira tersebut berlangsung di Museum Keraton Yogyakarta dan diselenggarakan sejak 5 Maret sampai 27 Agustus 2023 di Komplek Kedhaton Kagungan Dalem Museum Keraton Yogyakarta. Pameran ini dibuka mulai pukul 08.00 sampai 14.00 WIB. 

Pameran Temporer Narawandira tahun ini mengambil tema "Keraton, Alam, dan Kontinuitas", yang membawa pesan bahwa manusia berperan besar bagi kelestarian alam. 

Bagi yang mau menikmati pameran ini bisa membeli tiket untuk memasuki Pameran Temporer Narawandira seharga Rp 15.000, yang sudah termasuk tiket museum. Pengunjung yang hadir dengan grup minimal 20 orang, akan mendapatkan diskon tiket masuk 10%. 

Tiket dapat dibeli secara langsung di tempat pembelian tiket masuk area Kedhaton yang terletak di Kamandhungan Lor. Dalam Pameran Narawandira, selain memamerkan beragam vegetasi yang memiliki keterkaitan dengan Kraton Yogyakarta, beragam kegiatan pendukung pameran juga akan diselenggarakan.

Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nityabudaya GKR Bendara sekaligus Ketua Pelaksana dan Penanggung Jawab Pameran Narawandira mengatakan lebih dari 10 dekade setelah peradaban hutan beringin dibangun Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta menjelma menjadi kota kerajaan yang subur Tanah agraris. 

Kedekatan keraton dengan alam pun secara kontekstual dimanifestasikan dalam falsafah Hamemayu Hayuning Bawana.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Selesai menikmati pameran Narawandira, kami lalu menikmati pertunjukan wayang sebentar hingga pukul 11.00 siang. Acara dilanjutkan dengan audiensi bersama Gusti Kanjeng Ratu Bendara di Museum Kereta Keraton Yogyakarta. 

Audiensi ini juga disiarkan secara online melalui Zoom yang diikuti oleh member Koteka dari seluruh dunia termasuk dari Jerman. Dalam audiensi ini dibahas berbagai macam isu pariwisata terkini, tentang bagaimana keraton mencoba untuk melestarikan budaya Jawa di kalangan anak muda yang saat ini lebih suka dengan K-Pop misalnya, hingga tentang pengalaman Gusti Kanjeng Ratu mengikuti ajang Miss Indonesia pada 2009 lalu. 

Obrolan berlangsung seru dan menarik hingga tak terasa waktu makan siang sudah tiba dan perbincangan harus diakhiri. Sekira pukul 12.30 kami berpamitan dan berfoto bersama GKR Bendara. 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Agenda selanjutnya adalah menuju ke nDalem Benawan untuk bertemu dengan RM.Kukuh Hertriasning (Gusti Aning) Cucu Sri Sultan HB VIII selaku Dewan Pembina Faircle Trade and Tourism. 

Faircle sendiri lahir dari keprihatinan terhadap nasib UMKM di Indonesia pada umumnya dan di Jogjakarta pada khususnya. Pukulan pandemi kemarin cukup membuat dunia UMKM kita berada di titik nadir. 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Dengan lahirnya Faircle diharapkan mampu membangkitkan kembali dunia UMKM Indonesia. Faircle merupakan Koperasi jenis baru yang lebih melek teknologi, di mana cara kerjanya seperti marketplace yang saat ini banyak berkembang di dunia. 

Selain pasar dalam negeri, Faircle juga menyasar pasar luar negeri seperti Eropa, karena itu Faircle banyak melakukan pameran di Eropa. 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Di nDalem Benawan kami juga disuguhi artisan tea dari Samigaluh Kulponprogo. Artisan tea ini juga produk yang dipasarkan oleh Faircle. Selain makanan maupun minuman, UMKM binaan Faircle juga memproduksi kerajinan, seperti kerajinan tas, dompet, dan sandal yang berbahan baku daun pandan laut. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB dan acara diakhiri dengan santap kuliner khas Keraton. 

Sebagai appetizer disajikan Songgo Buwono. Sajian ini awalnya kudapan dari Keraton Jogjakarta. Dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII karena kaya akan gizi dan protein. Kala itu, Songgo Buwono hanya dapat dinikmati oleh kalangan kerajaan saja. Atau kerabat keraton. Selain itu hanya disajikan di momen-momen tertentu.

Untuk main coursenya bernama Cok Ganem atau Gecok Ganem atau Kecok Ganem adalah hidangan Keraton Yogyakarta yang terbuat dari Bakso dalam Sirup Santan, Didominasi Rasa Asam dan Pedas, dan disajikan dengan lontong. 

Sebagai dessertnya adalah Manuk Nom. Manuk Nom adalah sajian legit yang terdiri dari puding yang dibuat dari perpaduan tape ketan hijau dan telur ayam. Manuk Nom ini merupakan salah satu menu kegemaran Sultan Hamengkubuwono IX.

Manuk Nom atau 'burung muda' dalam bahasa Jawa ini mempunyai filosofi jika Raja haruslah kuat seperti Manuk Nom, karena itu puding ini dibentuk menyerupai burung muda dengan sayap dari emping melinjo. Selesai makan kami berfoto bersama dan tuntas sudah acara Koteka trip yang ke-8 ini. 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Buat teman-teman yang juga ingin menikmati pengalaman berkesan seperti kami bisa banget lho. Dengan layanan eduwisata Faircle di nDalem Benawan ini, teman-teman akan dibawa "time travel" di tahun 1900an awal. 

Bisa pakai baju jawa khas kraton, disambut para prajurit, menyaksikan atraksi seni, dijamu dengan kuliner khas kraton sambil belajar sejarah Mataram Islam, filosofi hingga 'manner' khas Jawa. 

Selain itu bisa juga mengikuti aneka workshop. Eduwisata ini juga akan kids friendly, jadi anak-anak pun bisa diajak dolanan tradisional juga. Jadi kita tidak hanya sekadar berwisata tapi juga turut melestarikan budaya mataram kuno kepada anak-anak kita. 

Hal ini adalah bagian dari upaya Faircle untuk melestarikan budaya Mataram Islam se-otentik mungkin seperti keterangan dari Gusti Aning kemarin yang menjelaskan mengenai filosofi dari surjan yang kental dengan nilai-nilai Islam. 

Semua ini dilakukan dengan harapan bisa membantu masyarakat Yogya khususnya dalam hal ekonomi dengan melibatkan UMKM dalam kegiatan tersebut, termasuk kegiatan ngeteh ala raja seperti yang disajikan kemarin.

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun