Mohon tunggu...
Atik Muttaqin
Atik Muttaqin Mohon Tunggu... Freelancer - Mom blogger

Mom blogger, Voice over, Podcaster, Freelancer. Dapat ditemui di instagram @bundanisadotcom dan di blog www.bundanisa.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tabayun Digital: Sebuah Usaha Guna Bijak Bermedia

5 Oktober 2017   12:30 Diperbarui: 5 Oktober 2017   12:44 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin tanggal 4 Oktober 2017 saya mendapatkan kesempatan untuk ikut sebuah forum literasi media yang digagas oleh Kemkominfo. Bertempat di Hotel Aryaduta Makassar forum literasi media ini mengambil tajuk Bijak Bermedia Sosial. Acara yang digagas oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika RI ini mengajak para blogger, media sosial enthusiasm, dan netizen pada umumnya untuk melek literasi media khususnya media digital.

Setiap peserta dibekali dengan buku panduan Saatnya Kita Melek Media yang diterbitkan oleh Kominfo bekerjasama dengan Pusat Studi Komunikasi, Media, dan Budaya Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung.

Acara yang berlangsung sekitar 3 jam itu dimulai dengan pembukaan oleh pihak Kemkominfo dan dilanjut dengan dua pemateri yaitu Bapak Nukman Luthfie dan Prof. Henry Subiakto.

Materi pertama disampaikan oleh Bapak Nukman Luthfie selaku influencer di media sosial. Beliau menyampaikan materi dengan model Diskusi. Beliau sedikit memaparkan bagaimana kita memaksimalkan media sosial kita dengan bijak dan positif yang sesekali di sela dengan pertanyaan dari peserta. Diskusi berlangsung sangat hidup dan interaktif.

Materi berikutnya disampaikan oleh Prof Hendri Subiakto yang menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kominfo. Lebih lanjut Prof Hendry mengatakan bahwa Indonesia memperoleh momentum pelemahan dengan datangnya era post truth. 

Era dimana setiap orang dengan "bebas" berkomunikasi di media sosial tanpa identitas dan terjadilah komunikasi tanpa norma dan etika. Hasilnya, hate speech dan hoax merajalela dan negara menjadi semakin lemah dalam komunikasi digital. Hal ini terlihat dalam fenomena konflik berdasar politik identitas yang semakin memanas setiap kali jelang pemilihan pilkada atau pemilihan umum presiden misalnya.

Kini, hoax dan ujaran kebencian telah menjadi bisnis dengan pangsa pasar yang luas. Masih banyak orang orang Indonesia yang doyan dengan hoax dan ujaran kebencian ini dan dengan sukarela menghabiskan kuota untuk menyebarluaskannya.

Bahkan sindikat pembuat berita hoax dan hate speech ini menjadi langganan pelaku politik untuk merekayasa berita di media sosial untuk perolehan suara yang sejatinya merusak makna demokrasi itu sendiri.

Mengenali Hoax

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menangkal virus hoax di media sosial kita? Ada beberapa cara seperti yang dikemukakan oleh Prof. Hendry seperti:

1. Menciptakan kecemasan,kebencian, pengkultusan atau pemujaan berlebihan pada satu tokoh atau aliran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun