Penuh kasih sayang...
Mungkin kata itu yang bisa menggambarkan tentang Umar, ponakan saya yang ketiga. Ia senang memeluk dan mencium kami bergantian. Saya, suami saya, Eyang, Abi & Uminya, serta tentu saja kakak-kakaknya. Sesekali ia mencubit-cubit pipi lalu mendekatkan wajah tanpa mencium. Kakak-kakaknya terkadang merasa risih dan terganggu dan berkesimpulan bahwa Umar suka iseng. Ah... Anak-anak... Merasa terganggu, marah, tak lama kemudian mereka rukun kembali... :)
Jika ditanya apakah Umar mau punya adik? Ia akan menjawab tidak. Mungkin karena 5 tahun menjadi anak paling kecil menjadi keasikan tersendiri baginya. Namun kini Uminya hamil. Ketika diberi kabar akan punya adik, ternyata Umar bisa menerima. Bahkan ia sudah merencanakan panggilan baginya. Kata Abi, ia harus berganti panggilan. Selama ini dipanggil adik Umar, setelah punya adik, tidak bisa dipanggil adik lagi. Entah mengapa ia tidak mau dipanggil abang Umar atau mas Umar. Ia memilih untuk dipanggil: kakak Umar. Jika saya terpeleset memanggilnya adik Umar, ia akan segera meralat,
"kok adik? Aku kan kakak."
"Oh iya, kakak Umar ya? Maaf ya, Dik... Eh..."
Agar tidak ada dualisme panggilan 'kakak' di rumah, maka ia melobi kakak Sayyid supaya mau dipanggil abang Sayyid. Namun sayangnya, Sayyid tidak berkenan. Ia sudah nyaman dengan panggilan itu sejak Umar lahir. Sampai hari ini proses lobi belum selesai. Jika sedang main di kamar atau sambil membaca buku, masih sering terdengar Umar melobi kakaknya.
"Kakak, nanti kamu dipanggil abang Sayyid aja, ya? Aku dipanggil kakak Umar." ujar Umar kepada Sayyid
"Enggak mau" jawab Sayyid
"Yaaahhhhh... Mau ya, Kak?"
"Enggak!"
"Asiiiik...!"