Perempuan kerap dilekatkan dengan kehidupan rumah tangga. Anggapan bahwa setelah menikah, perempuan hanya akan bekerja di dapur dan mengurus anaknya. Hal tersebut menimbulkan suatu pemikiran bahwasanya, sia -- sia jenjang pendidikan yang tinggi jika pada akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga.Â
Jika hal ini berakar di kalangan masyarakat, maka kondisi pendidikan akan mengalami keterpurukan, bukan hanya dikalangan perempuan tetapi juga laki-laki. Mengingat bahwa perempuan adalah calon ibu, ibu merupakan al -- madrasatul 'ula atau pendidikan pertama bagi putra putrinya kelak. Dengan pendidikan, perempuan mendapatkan bekal untuk disalurkan kepada putra putrinya menjadi generasi yang cerdas. Karena kepandaian ibu akan menurun kepada putra putrinya (Nabila, 2020).Â
Mengutip dari pepatah, bahwasanya ketika terdidik satu laki-laki maka terdidik satu laki-laki, sebaliknya ketika terdidik satu perempuan maka terdidiklah satu generasi berikutnya. Islam tidak membedakan derajat laki -- laki dan perempuan, semuanya sama. Begitu pula dalam berpendidikan, keduanya memiliki kewajiban yang sama (Nabila, 2020). Urgentsi pendidikan tinggi bagi perempuan harus ditanamkan dalam diri setiap individu. Orang tua harus memberikan hak pendidikan tinggi bagi putrinya. Seorang perempuan harus memikirkan secara matang tentang pendidikannya dalam jenjang yang lebih tinggi. Apa saja urgentsi pendidikan tinggi bagi perempuan ?.
Pendidikan tinggi merupakan pendidikan lanjutan setelah Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Sebagai contoh yakni Perguruan Tinggi. Terlaksananya pendidikan tinggi bukan hanya menciptakan individu yang berwawasan, namun juga memiliki kecerdasan intelektual. Karena dalam proses belajarnya, mahasiswa dituntut untuk dapat berfikir kritis, sistematis, dan dapat membaca keadaan di lingkungan sekitarnya. Sehingga menjadi sarana bagi perempuan untuk  mengembangkan potensi dalam diri. Entah pada akhirnya seorang perempuan lebih memilih untuk di dapur daripada karir, tidak menjadikan alasan untuk mengesampingkan pendidikan. Pendidikan yang melatih bagaimana berfikir kritis dan logis memberikan banyak dampak positif terhadap perempuan. Salah satunya, ketika dihadapkan dengan permasalahan dia akan dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan obyektif. Sehingga solusi yang didapatkan sesuai dengan fakta dan permasalahan yang ada. Tentu hal ini menjadikan perempuan lebih dewasa dalam pemikirannya. Lebih matang dalam mempertimbangkan segala sesuatu, sehingga cenderung ke arah perfeksionis dalam melakukan suatu pekerjaan.
Dalam kehidupan rumah tangga perempuan lebih banyak dalam mengatur keuangan (Khayati). Pasti hal ini membutuhkan Ilmu dalam mengatur, mengelola, dan mendistribusikan keuangan untuk suatu keperluan. Membutuhkan perhitungan yang matang agar tidak salah dalam memprioritaskan suatu kebutuhan. Semua hal tersebut akan mudah dipraktikkan jika telah mendapat Ilmunya. Matematika yang dipelajari dalam pendidikan akan sangat berguna. Dalam pendidikan tinggi seorang Mahasiswa dituntut untuk dapat menglola uang untuk kebutuhan dan keinginannya. Apalagi Mahasiswa yang kos, dia akan terbiasa untuk mengatur keuangannya dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Perempuan yang terbiasa dalam kondisi tersebut memiliki Ilmu tersendiri dalam mengatur keuangannya. Hal ini berpengaruh dalam kehidupannya.
Pendidikan juga mempengaruhi keterampilan yang dimiliki perempuan. Perempuan memiliki potensi besar, apabila hal ini dikembangkan dan diberi kesempatan untuk terus diasah maka keterampilan tersebut akan semakin meningkat. Sehingga hal tersebut dapat memberikan peluang bagi perempuan untuk menekuninya dan menjadi karir baginya. Sebagai contoh, perempuan yang mahir dalam bidang melukis, jika terus diasah akan memungkinkan dia menjadi seniman, yaitu seorang pelukis. Ada banyak keterampilan yang jika diasah akan menjadi pundi-pundi rezeki bagi perempuan. Hal tersebut mampu meningkatkan kemandirian perempuan dari segi pendapatan. Dengan mencoba banyak hal baru, akan membuka jalan untung semakin mengembangkan potensi dalam diri. Karir yang dijalani atas keterampilan yang ada dalam diri kita tentu akan lebih fun dalam menjalaninya. Sehingga hasilnya akan lebih maksimal.
Pendidikan merupakan hak setiap perempuan maupun laki-laki, tidak ada alasan untuk mengucilkan pendidikan tinggi bagi perempuan. Apabila kualitas dan kuantitas pendidikan perempuan itu rendah akan berpengaruh pada kemajuan bangsa ini, karena perempuan merupakan pendidikan pertama bagi putra putrinya. Perguruan tinggi sebagai sarana dalam pendidikan tinggi bagi perempuan memiliki banyak nilai positiv yang didapatkan. Seperti Ilmu akademik yang dapat disalurkan untuk keluarganya, kemampuan mengelola keuangan, kemampuan berfikir kritis, dan dapat mengembangkan skill serta banyak lagi yang berguna bagi karirnya. Setiap diri perempuan harus ditanamkan akan urgentsi pendidikan tinggi baginya. Hal ini dapat dilakukan dari lingkup paling kecil, yakni support orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H