Oleh: Sih Titania, S.Pd. (Ketua Pelaksana Program Sekolah Adhipangastuti, SMA Negeri 1 Dukun, Kab. Magelang)
Sekolah Adipangastuti merupakan branding sekolah yang diinisiasi NGO Solo Bersimfoni. Program ini menitikberatkan pada pendidikan karakter untuk menciptakan toleransi dan perdamaian dengan instrumen budaya lokal, yang bertajuk Hasthalaku. Hasthalaku terdiri dari kata hastha yang berarti delapan dan laku yang berarti perilaku. Secara harfiah, hasthalaku memiliki makna 8 perilaku. Adapun 8 perilaku yang dimaksud, diantaranya tepa salira (solidarity), lembah manah (humble), andhap asor (virtuous), grapyak semanak (friendly), gotong royong (helpfulness), guyup rukun (harmony), ewuh pakewuh (mutual respect), dan pangerten (compassionate). Melalui penerapan program sekolah Adhipangastuti, diharapkan 8 perilaku mulia yang terangkum dalam hasthalaku tersebut dapat terinternalisasi dalam diri seluruh warga sekolah.
Program Sekolah Adipangastuti mulai digagas pada tahun 2019. Saat itu, baru 2 Sekolah yang menjadi percontohan untuk melaksanakan program ini. Pada tahun 2024, jumlah sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakannya bertambah hingga menjadi 63 sekolah yang letak geografisnya berada di area Provinsi Jawa Tengah.
Nilai-nilai luhur hasthalaku dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek program sekolah, baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler. Adapun internalisasi nilai-nilai luhur hasthalaku pada program kokurikuler dapat dilakukan melalui pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang bertema Kearifan Lokal. Projek kearifan lokal sendiri bertujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki keberanian untuk mengeksplorasi dan melestarikan kekayaan budaya lokal, serta didukung oleh kemampuan untuk mendengarkan, memahami, dan menghargai tradisi yang diwariskan oleh leluhur.
Target akhir pelaksanaan pembelajaran projek adalah menanamkan dimensi- dimensi Profil Pelajar Pancasila yang sangat selaras dengan nilai-nilai hasthalaku. Karenanya, pada pembelajaran projek, penanaman dimensi profil pelajar Pancasila dan nilai-nilai luhur hasthalaku dapat dilakukan secara beriringan. Pada projek bertema kearifan lokal sendiri, alur pembelajarannya dapat dirancang untuk menanamkan beberapa dimensi profil pelajar Pancasila, seperti beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia; berkebhinekaan global; serta bergotong royong.
Dimensi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia dalam projek kearifan lokal, dapat ditanamkan melalui berbagai aktivitas, seperti tugas identifikasi budaya lokal secara individu yang menanamkan sub elemen integritas pada elemen akhlak pribadi. Contoh lainnya adalah, mengisi lembar sosiometeri yang dapat menjadi wadah untuk menanamkan sub elemen berempati kepada orang lain pada elemen akhlak kepada manusia.
Dimensi beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, khususnya pada elemen akhlak pribadi dan akhlak kepada manusia, selaras dengan salah satu nilai hasthalaku, yakni andhap asor yang merupakan sikap dengan budi pekerti yang baik, penuh tata krama, peradaban, dan kesusilaan. Melalui penanaman elemen akhlak pribadi dan akhlak kepada manusia, peserta didik akan berproses menjadi pribadi yang andhap asor, baik kepada diri pribadi maupun sesama manusia.
Dimensi berkebhinekaan global dalam projek kearifan lokal adapat ditanamkan melalui aktivitas eksplorasi budaya dan maknanya, serta bagaimana makna tersebut dapat membantu menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Adapun sub elemen yang sesuai adalah mendalami budaya dan identitas budaya pada elemen mengenal dan menghargai budaya. Dengan mengikuti aktivitas ini, peserta didik akan mampu enganalisis pengaruh keanggotaan kelompok lokal, regional, nasional, dan global terhadap pembentukan identitas, termasuk identitas dirinya. Lebih lanjut, mereka akan mulai menginternalisasi identitas diri sebagai bagian dari budaya bangsa. Dengan begitu, tumbuhlah sikap tepa salira dan pangerten terhadap teman lain yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dan terciptalah guyup rukun atau harmoni dalam perbedaan.
Dimensi profil pelajar Pancasila bergotong royong, memiliki makna yang sama dengan nilai hasthalaku gotong royong. Maka dari itu, dengan mengikuti aktivitas projek yang menanamkan dimensi bergotong royong, peserta didik akan sekaligus menginternalisasikan nilai hasthalaku gotong royong dalam dirinya. Penanaman dimensi gotong royong pada projek kearifan lokal, dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas yang menuntut kolaborasi, seperti pembuatan maket budaya lokal, revitalisasi tarian dan lagu tradisional melalui produksi video tari tradisional maupun video klip lagu tradisional, atau bersama- sama melakukan aksi kampanye pelestarian budaya.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila bertema kearifan lokal akan menjadi wadah bagi seluruh warga sekolah untuk meresapi dan mendalami makna budaya, serta bagaimana makna tersebut sangat relevan untuk menyelesaikan berbagai permasalah yang mucul di segala zaman. Mereka juga akan menemukan, bahwa nilai-nilai luhur budaya bangsa sebenarnya bersesuaian dengan dimensi-dimensi profil pelajar Pancasila dan nilai-nilai hasthalaku. Dengan memahami makna budaya, warga sekolah akan lebih terbuka untuk menginternalisasikan nilai-nilai luhur yang dikandung ke dalam dirinya, sehingga ia akan menjelma menjadi pribadi yang lebih postif. Pribadi yang positif akan mampu menciptakan lingkungan pergaulan sekolah yang nyaman, toleran, dan penuh kedamaian. Dengan begitu, sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar dan memaksimalkan segenap potensi. Lebih lanjut, sekolah akan berkembang menjadi rumah bersama, di mana setiap warga merasa dihargai, saling mendukung, dan tumbuh dalam semangat gotong royong demi masa depan yang penuh kasih dan kedamaian. (Editor : AR/3/11)