Mohon tunggu...
suciati
suciati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lunturnya Budaya Rimpu pada Masyarakat Bima

6 April 2016   08:57 Diperbarui: 6 April 2016   09:10 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Bima merupakan salah satu kerajaan islam yang tersohor diindonesia bagian timur.kesohorannya hingga pernah berstatus swapraja. Swapraja adalah wilayah yang memiliki hak pemerintah sendiri dalam kurun waktu 5-6 tahun dan hingga saat ini masi didapati bukti-bukti dan tradisi dalam peninggalanaya. Salah satunya adalah Rimpu. Rimpu merupakan salah satu  identitas masyarakat bima atau lebih dikenal sebagai pakaian muslim bagi wanita bima.

Bagi wanita bima rimpu merupakan pakaian adat wanita muslim. Masuknya budaya rimpu pada masyarakat bima bermotokan “maja labo dahu”. Para pedagang dari arab yang datang kebimapada saat itu menjadi salh satu inspiratif bagi masyarakat bima untuk mengidentikkan pakaian mereka dengan menggunakan rimpu.

Pada saat itu hubungan rimpu kaitannya dengan keeretan berkembangnya islam sangat jelas saat itu. Pada saat itu wanita bima yang hidup pada zaman itu merupakan tersingkapnya aurat mereka sebagai aib. Pada sat itu juga siapun lelaki yang melihat aurat wanita bima maka wajib lelaki tersebut menikahinya.

Yang peril kita ketahu disini pengunaan rimpu pada masyarakat bima terdapat dua yaitu: “Rimpu Mpida” dan “Rimpu Colo”. Rimpu mpida merupaka pakaian yang diperuntukkan bagi wanita atau gadis yang masih perang ataupun yang belum berkeluarga. Rimpu Colo merupakan pakian yang wanita hijab modern yang hanya kelihatan seluruh mukanya. Rimpu colo ini yang memakainya adalah wanita yang sudah berkeluaraga.

Pada perkembangannya pakaina rimpu ini sudah mulai runtuh pada masyarakat bima. Karena masuknya budaya modern dari luar. Sehingga, rimpu ini dilupakan. Tapi pada masyarakat tertentu rimpu masih dilestarikan didesa seperti, sape, wawo. Lambitu dan sebagainya. Rimpu yang mulai runtuh ini pada masyarakat bima tidak lagi menjadi identitas bagi wanita bima saat ini. Karena, rumpu hanya menjadi pajangan bagi masyarakat bima saat ini. Rimpu yang dilupakan saat ini dan mulai masuk pakaina yang lebih modis atau modern menjadikan wanita bima tidak lagi dipandang hormat bagi lelaki saat ini. Memang pada saat ini lelaki hanya melihat keelokan, keanggunan, dan kecantikan wanita bima karena mereka menggunkan pakaian yang seksi, dan lebih menonjol.

Dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini membuat budaya Rimpu di anak tirikan. Apalagi masyarakat saat ini lebih memilih pakaian yang menurut mereka lebih modis, seksi, canti dan dipandang bagus bagi lelaki yang melihatnya  karena budaya yang lebih modern dan perkembangn teknologi akan semakin maju hingga pesat.

Kita hanya berfikir bahwa pakaian yang modern ini lebih cantik, dan enak dipandang namun tidak ada maknanya bagi sebagian orang. tetapi  Rimpu merupakan pakaian yang  merupakn salah satu ciri khas dan  bermakna bagi wanita bima atau orang-orang pada saat itu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun