Setiap kali berbicara may day, maka buruh seolah menjadi objek pembahasannya. Memang benar dan tidak ada yang salah dengan hal itu.
Tapi bagaimana jika sudut pandang pembahasannya diubah? May day yang biasanya kita sebut dengan hari untuk memperingati buruh, kita ubah menjadi hari majikan untuk memperingati buruhnya.
Jika kita ubah sudut pandangnya, maka penekanan siapa yang menjadi fokus dari subjek atau pelaku peringatan hari buruh pun berubah. Dari yang awalnya may day diperingati oleh buruh menjadi may day diperingati oleh majikan.
Memang akan terlihat aneh dan tidak mungkin hal itu terjadi, karena pada umumnya, yang kuat dan yang berkuasa adalah yang menang.
Karena majikanlah yang kuat dan yang berkuasa sehingga tidak mungkin dia mau repot-repot memperingati hari buruh. Malah ketika para buruh bersusah-susah dan berpanas-panas turun ke jalan, sang majikan dengan santainya menikmati liburan di rumah atau bahkan menikmati liburan di tempat wisata.
Kalau kita renungkan, sebenarnya para buruh memiliki peran yang besar terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Ketika seluruh karyawan mogok total, maka perusahaan akan langsung kelimpungan.
Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Ada tarik menarik antara kebutuhan hidup sehari-hari para buruh dan tuntutan para buruh kepada perusahaan. Ketika buruh melakukan mogok total, otomatis suplay kebutuhan sehari-harinya pun terkendala. Sehingga bagi para buruh yang tidak memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, maka mereka akan berpikir seribu kali untuk melakukan mogok kerja hanya karena menuntut hak-haknya kepada perusahaan.
Sedangkan dari sisi majikan, karena memiliki uang yang banyak, mogok kerja beberapa hari yang dilakukan buruhnya, tidak sampai menimbulkan masalah yang berarti atau sampai membuat si majikan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, meskipun akan menimbulkan kerugian yang besar.
Kita tidak membahas pertikaian atau perlawanan siapa melawan siapa dalam hal buruh dan majikan ini. Karena apapun jenis pertikaiannya, pada akhirnya hanya akan menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.
Yang kita bahas di sini adalah bagaimana mengkompromikan kedua belah pihak ini agar dapat selaras dengan mimpi besar untuk memajukan Indonesia.
Buruh dan majikan adalah dua hal yang berbeda tetapi memiliki hubungan erat dan keterkaitan satu sama lain. Masing-masing memiliki hubungan saling membutuhkan dan bahkan saling ketergantungan satu sama lain. Majikan tidak bisa menjalankan perusahaannya tanpa buruh, dan buruh tidak bisa mendapatkan lapangan pekerjaannya tanpa majikan.
Dari sudut pandang lainnya, majikan mendapatkan keuntungan dari mempekerjakan buruh di perusahaannya dan buruh mendapatkan keuntungan dari bekerja di perusahaan majikannya.
Sehingga kedua belah pihak sebenarnya sama-sama saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain.
Kalaupun masih banyak perusahaan yang tidak memberikan hak-hak pekerjanya secara layak, maka majikan harus memaklumi jika kinerja karyawan tidak maksimal atau bahkan asal-asalan.
Majikan harus mulai berpikir bahwa adanya may day ini berarti para buruh memiliki potensi kekuatan yang sangat besar. Ketika solidaritas seluruh buruh di Indonesia menyatu, maka apalah daya yang bisa dilakukan perusahaan yang besar sekalipun.
Tapi kita tidak perlu terlalu jauh berpikir ke arah sana, karena selama perusahaan memikirkan nasib buruhnya dengan baik, maka buruhnya pun akan memikirkan nasib perusahaannya dengan baik. Yang mana hal ini akan menimbulkan sikap loyal dari para buruh sehingga pada akhirnya para buruh akan mendedikasikan seluruh kemampuannya untuk memajukan perusahaannya.
Hal ini karena berdasarkan pada pemikiran yang sederhana, buruh mencari penghidupan di perusahaan, sehingga jika perusahaannya sukses, maka masa depan penghidupan buruh tersebut pun terjamin. Dan sebaliknya, jika perusahaannya bangkrut, maka penghidupan buruh tersebut di perusahaannya pun hilang.
Para buruh sebenarnya pun akan semakin bersemangat dalam bekerja ketika ada keselarasan antara kesuksesan perusahaan dengan kesejahteraan buruhnya. Ketika perusahaan semakin besar, kemudian kesejahteraan buruhnya semakin terjamin, maka buruh akan semakin giat dan mencurahkan segala kemampuannya dalam bekerja. Ketika malah sebaliknya, maka buruh akan bekerja biasa-biasa saja atau bahkan malah bekerja asal-asalan.
Jadi peringatan hari buruh ini sebenarnya juga perlu menjadi perhatian dan peringatan bagi para majikan selaku pemilik perusahaan. Jangan karena merasa kuat dan berkuasa serta memiliki uang yang banyak sehingga harus semena-mena terhadap buruhnya.
Jika kita kaitkan dengan mimpi besar memajukan Indonesia, maka para pengusaha harus memiliki visi dan misi untuk membesarkan dan memajukan perusahaanya agar dapat menyokong kemajuan ekonomi Indonesia.
Dan lebih jauh lagi, para majikan harus memiliki mimpi dan misi yang besar, bukan hanya mimpi dan misi kecil untuk mendapatkan keuntungan pribadi saja. Walaupun target perusahaan sangat besar yakni menjadikan perusahaannya mendunia, tapi tetaplah kecil karena mengatasnamakan perorangan. Tapi mimpi dan misi yang besar adalah membesarkan dan memajukan perusahaan hingga tingkat dunia karena ingin membesarkan dan memajukan Indonesia.
Selamat hari buruh. Jayalah Indonesiaku, jayalah para buruh dan jayalah para pengusaha Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H