Karena sifat Ketuhanan inilah sehingga manusia diberi kebebasan untuk memilih dan melakukan apapun yang dikehendakinya di dunia. Tetapi Tuhan juga memberi batasan dan aturan serta hari pembalasan untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan yang baik dan yang buruk yang dilakukannya ketika di dunia.
Oleh karena ada batasan, aturan dan hari pembalasan, maka sebenarnya manusia sudah diberi petunjuk melalui pengalaman-pengalaman hidupnya. Hanya saja mereka tidak mau merenungkan petunjuk itu dan mengambilnya sebagai pelajaran untuk keluar dari dunia kelam dan kembali kepada jalan yang lurus.
Untung saja Tuhan Maha Pengampun, sehingga ketika kita bersalah dan mau bertobat, maka masih terbuka peluang untuk kembali kepadaNYA dan diampuninya semua dosa-dosa kita.
Jadi sebenarnya masalah orang-orang yang tersesat dan yang jauh dariNYA adalah karena mengabaikan petunjukNYA. Setiap saat Tuhan mengajari dan memberi petunjuk pada kita. Hanya saja karena kita sudah terlanjur enak merasai nikmatnya dunia sehingga kita merasa berat untuk meninggalkan nikmatnya dunia dan oleh karena itu ketika kita diingatkanNYA untuk meninggalkan kenikmatan terlarang yang sedang kita rasakan maka kita pura-pura tidak tahu atau tidak menghiraukan peringatan tersebut.
Bagaimana bentuk peringatan dariNYA atas perbuatan terlarang yang tidak boleh kita lakukan? Jika hati kita belum terlalu dicemari hal-hal yang kotor, maka tanda peringatan dariNYA adalah perasaan was-was, perasaan takut, perasaan bersalah dan berbagai pertentangan batin ketika akan melakukan hal-hal terlarang. Jika hati kita sudah terlalu kotor, maka perasaan tersebut semakin lama akan memudar. Tetapi karena Maha Pengasihnya Tuhan, DIA masih mengingatkan kita melalui orang lain dan melalui berbagai persoalan kehidupan yang dialami.
Memang pembahasan dan pendalaman berbagai persoalan manusia sungguh sangat luas dan tidak terbayangkan banyaknya sehingga menjabarkannya dalam satu tulisan yang utuh dan tuntas sampai ke akar-akarnya terasa sangat sulit bahkan hampir mustahil dilakukan oleh orang awam dan yang punya banyak kesalahan dan kekurangan seperti penulis. Sehingga tulisan pembuka ini dan sebagai sapaan kepada para pembaca yang setia mengikuti serangkaian tulisan-tulisan penulis, kiranya ini dapat menjadi obat kerinduan penulis untuk menulis dan pembaca yang telah sangat lama menunggu terbitnya tulisan yang terbaru.
Secara garis besar jika dikaitkan dan diingatkan lagi kepada Gerakan Memajukan Indonesia (Germein) yang beberapa tahun yang lalu dicanangkan penulis, rencana besar atau mimpi besar untuk memajukan Indonesia belum berakhir. Meskipun sempat penulis dalam beberapa waktu yang agak lama, tidak aktif menulis, tapi hal ini tidak berarti bahwa gerakan ini pun ikut berhenti.Â
Di dunia tulisan memang sempat sempat terhenti, tetapi di dunia nyata, gerakan ini tetap berjalan, meskipun tidak digambar-gemborkan dengan menggunakan kata-kata Germein (Gerakan Memajukan Indonesia). Karena tidak selalu semuanya harus diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dapat pula suatu ide atau pemikiran dinyatakan dalam sikap dan tindakan.
Tetapi penulis juga menyadari bahwa mewujudkan hal-hal yang ideal menjadi nyata dan dapat dijalankan di lapangan, sungguh sangatlah sulit. Tetapi berbekal niat baik dan harapan bahwa suatu saat mimpi besar tersebut dapat terwujud, menjadi semangat untuk tetap berjalan dan memperjuangkan gerakan ini, walaupun bagi orang lain, apa yang dilakukan penulis hanyalah tindakan kecil, sepele dan tidak memiliki dampak apapun terhadap perubahan perkembangan kemajuan Indonesia.
Tetapi penulis tidak menyerah karena konsep dasar dari Gerakan Memajukan Indonesia (Germein) adalah bagaimana mengenali diri dan menggali potensi diri yang kemudian menggunakan potensi tersebut untuk memberi manfaat kepada sekeliling, syukur-syukur bisa mengembangkan dan memajukannya. Kalaupun potensi atau kemampuan kita kecil, tidaklah mengapa.Â
Berarti memang cakupan manfaat yang bisa kita berikan ke sekeliling pun kecil. Tapi kita tidak perlu rendah diri dan iri kepada yang lain, karena pasti Tuhan mempunyai kebijaksanaan mengapa demikian. Yang terpenting kita terus berjuang dan terus bersyukur atas karunia kehidupan dan berbagai kenikmatan yang diberikanNYA.