Di antara makhluk Tuhan yang lain, manusia adalah makhluk yang terbaik. Hal ini karena pada diri manusia terkumpul hal-hal yang pada makhluk lain hanya memiliki satu atau beberapa hal saja. Jika disederhanakan, maka manusia memiliki akal yang dengannya dapat mensifati kebaikan malaikat atau bahkan mensifati setitik kebaikan Tuhan. Selain itu, manusia juga memiliki nafsu yang dengannya dapat mensifati keburukan binatang atau bahkan mensifati keburukan setan.
Tapi manusia dikaruniai hati, yang dengannya manusia dapat mengendalikan dan memadukan sifat yang saling bertolak belakang antara akal dan nafsu tersebut untuk tunduk dan patuh di bawah bimbingan Tuhan melalui tuntunan agama yang diajarkan oleh RasulNYA. Tanpa nafsu, maka kita tidak mempunyai ambisi untuk meraih sesuatu, bagaikan air atau udara yang mengalir ke manapun keadaan membawanya pergi. Tanpa akal, maka kita bagaikan binatang yang bergerak menuruti nafsu hewani, tanpa mempedulikan kebaikan dan kebenaran.
Dengan hati yang suci, maka manusia dapat meraih tahapan yang sangat mulia melebihi malaikat. Tapi dengan hati yang kotor, maka manusia dapat meraih tahapan yang sangat rendah seperti binatang atau setan bahkan lebih rendah dari itu.
Kesucian dan kekotoran hati kita dipengaruhi oleh keadaan diri kita dan hal-hal di luar kita. Jika pikiran kita bersih, prasangka kita baik, dan kita berada di lingkungan yang positif, maka kebersihan hati kita bisa terjaga dengan baik. Tapi sebaliknya, jika pikiran kita kotor, prasangka kita buruk, dan kita berada di lingkungan yang negatif, maka hati kita menjadi keruh dan kotor. Kekeruhan dan kekotoran hati inilah yang menjadi sumber kegelisahan dan masalah dalam hidup kita.
Jika kita kembali pada pembahasan di awal, yang menyebutkan bahwa manusia dikaruniai akal, nafsu, dan hati, maka bagian terpenting dari manusia adalah hati. Jika kita bisa menjaga kebersihan hati dengan berpikir dan berprasangka baik, serta berada di lingkungan yang baik, maka kita bisa mengatasi masalah dan menjalani kehidupan ini dengan baik. Tapi jika kita tidak bisa menjaga kebersihan hati, maka meskipun kita sangat pintar dan punya ambisi besar dalam meraih kesuksesan yang lebih besar, hati kita tetap merasa gelisah walaupun kita memiliki harta melimpah.
Jika kita renungkan dan rasakan, sebenarnya diri kita, ada di dalam hati kita. Akal & ambisi untuk sukses hanyalah alat yang digunakan oleh hati dalam meraih tujuan hidup kita. Tujuan hidup kita ada di dalam apa yang menjadi minat-bakat kita (potensi diri). Buah dari minat-bakat kita adalah hasil karya yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
Akhir kata, mengenali diri dimulai dari hati. Agar mudah mengenali diri, maka bersihkan hati dan jauhkan diri dari perbuatan yang tidak terpuji. Semoga di awal tahun ini kita dapat semakin mengenali diri dan potensi diri, kemudian mendayagunakan potensi diri tersebut untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan menginspirasi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H