Hiruk pikuk pemuda yang bernyanyi di dalam kereta bersambung ketika akhirnya kereta berhenti di Stasiun Masjid Jamek. Saat kami keluar dari kereta disambut dengan lautan manusia bersarung lainnya, ternyata ini lah titik temu dari lima stasiun lainnya. Saking ramainya ummat para sukarelawanpun terlihat sibuk berkoordinasi satu sama lain agar kami tetap terarah.Â
Aku tak menyangka ada begitu banyak masyarakat Malaysia yang ikut serta di kegiatan ini, sepanjang kami berjalan kaki riuh rendah massa saling bernyanyi dan bersorak sorai. Tujuan kami ternyata  Mesjid Jamek, tak jauh dari tamannya sudah berkumpul kelompok dari kereta yang lebih dulu sampai. Terdengar Dikir Barat dilantunkan, diikuti oleh orang-orang yang berkelompok disekitarnya. Sarung ternyata bisa menjadi simbol persatuan bagi penggunanya.Â
Keretapi sarong 2019
Acara yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012 hingga 2014 ini awalnya digagas oleh Random Alphabets untuk menggalakkan penggunaan angkutan umum berupa MRT dan LRT. Hingga kemudian pada 2017 dilanjutkan oleh LOCCO Â sebuah event organiser local di Malaysia. Tahun ini, keretapi sarong mendapat banyak dukungan diantaranya dari Jabatan Kebudayaan & Kesenian Negara dan Bahagian Hubungan Antarabangsa (Kebudayaan) dibawah Kementerian Pelancongan, Kesenian & Kebudayaan Malaysia.Â
Selain itu Keretapi Sarong juga mendapat support dari komunitas lokal yaitu Anomalist Production, FITA (Fakulti Filem, Teater & Animasi( UiTM, Persatuan Baba Nyonya KL Selangor dan juga dari media sosial seperti Mobilegraphy, Suspended Meal dan Pernilam. Dan juga dukungan penuh dari berbagai perusahaan seperti Touch & Go, Malaysia Airlines, Encore Melaka, Sunway Lost World of Tambun, Kidzania Kuala Lumpur dan Hotel De Art.
Saking tersohornnya, bahkan aku dan beberapa teman blogger dari Indonesia tertarik untuk hadir di acara ini. Aku pribadi sangat menikmati keseruan acara dimana seluruh masyarakat Malaysia hadir dan saling bersatu padu lewat acara ini. Keren!