Hari masih pukul tujuh pagi ketika aku dan beberapa teman blogger dari Pekanbaru berdiri di depan hotel menunggu taksi online yang sudah kami pesan. Kamera sudah ditangan, daya batrai telephone pintar juga sudah kami pastikan penuh. Kami berusaha agar event yang sudah kami tunggu satu bulan belakangan terdokumentasi dengan baik.Â
16 September setiap tahunnya dirayakan masyarakat Malaysia sebagai Hari Merdeka, semaraknya sangat terasa saat kaki kami menginjak Malaysia beberapa hari sebelumnya. Bendera kebangsaan berkibar disepanjang jalan hingga disetiap bangunan yang berdiri tegak di tanah ini. Taksi online yang kami pesanpun datang, untuk kemudian melaju menuju Stasiun Subang Jaya, satu dari lima stasiun kereta yang telah ditetapkan sebagai tempat para peserta berkumpul untuk menuju lokasi utama. Beberapa orang dengan baju tradisional Melayu dan sarung terlihat sudah memenuhi stasiun Subang Jaya, kami pun tak sabar untuk segera berbaur dengan peserta yang lain.
Tak membutuhkan waktu lama, stasiun kereta tempat kami berkumpulpun mulai disesaki orang mulai dari kanak-kanak hingga orang tua, mereka berkumpul lengkap dengan baju melayu dan sarung sebagai dresscode utama acara hari itu. Yang muda dengan sesamanya, yang berkeluarga datang dengan anak, kemanak, orang tua serta kakek nenek mereka. Seruan "Kita Malaysia" bersahut-sahutan satu sama lain, ramainya serasa nonton konser musik namun dengan semarak penuh kekeluargaan yang begitu kental.Â
Apa itu keretapi sarong?
Keretapi sarong adalah sebuah acara 'flash mob'Â tahunan dimana masyarakat akan berkumpul mengenakan sarung untuk kemudian bersama menuju stasiun-stasiun kereta untuk menggalakkan penggunaan angkutan umum berupa LRT dan MRT serta memelihara busana tradisional. Keretapi sarong 2019 sendiri melanjutkan kesuksesan acara keretapi sarong ditahun-tahun sebelumnya dengan semarak perayaan hari kemerdekaan dengan sarung sebagai lambang perpaduan bangsa.
Penggunaan sarung dipilih karena merupakan busana asli yang penggunanya merata oleh berbagai kaum di penjuru Malaysia bahkan Asia Tenggara. Bersamaan pula dengan 'ASEAN Year of Culture, Keretapi Sarong 2019 dipilih oleh Bahagian Hubungan Antarabangsa (Kebudayaan) Kementerian Pelancongan, Kesenian & Kebudayaan Malaysia untuk mewakili dan mempromosi persamaan identitas Asean yaitu penggunaan sarong/sarung.Â
Menariknya, perhelatan keretapi sarong tidak hanya tentang suka ria bernyanyi dan berkumpul bersama, tetapi ada pesan untuk menggalakkan penggunaan angkutan umum oleh masyarakat untuk meminimalisir emisi gas karbon kendaraan pribadi serta melestarikan penggunaan sarung sebagai busana tradisional yang ternyata dikenal dan dikenakan oleh banyak suku bangsa.Â
Keretapi sarong 2019 dimulai dari lima stasiun yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu; LRT Subang Jaya, Gombak, Ampang, Bandar Utama dan Kajang. Dimasing-masing stasiun masyarakat akan berkumpul dan menunggu panduan para sukarelawan untuk menuju titik selanjutnya.Â
Sembari menunggu ternyata ada kejutan yang telah dipersiapkan panitia loh, kesibukan saya dan teman-teman mengambil foto dan video untuk kebutuhan konten terhenti saat mendengar senandung merdu dari satu titik ditengah keramaian. Ternyata ada sekelompok anak muda yang mempersembahkan sebuah pertunjukan paduan suara bagi para peserta, kamipun berkerumun mengelilingi mereka. Sebagian ikut bernyanyi dan bertepuk tangan, sebagian lain mengambil foto dan video.Â
Satu dan dua lagu dilantunkan, ada yang tidak familiar untukku dan teman-teman dari Indonesia namun ada juga lagu-lagu yang sama populernya seperti burung kakatua, rasa sayang dan beberapa lainnya sehingga kami dapat ikut bernyanyi meski ada satu dua lirik yang tak serupa.Â
Rasa Sayang di semarak hari merdeka
Senandung lagu rasa sayang mengiring langkah kami memasuki MRT, kami dikumpulkan di tiga gerbong terakhir. Maka seketika penuhlah gerbong yang kami masuki, terbagi dalam beberapa kelompok, yang dituakan duduk sedangkan muda mudi memilih untuk berdiri. Tak senyap barang sedetikpun, selama perjalanan sorak sorai memenuhi gerbong yang sudah penuh dengan orang-orang yang mengenakan sarung. Seakan sense of fashion orang-orang kembali ke masa lampau namun smartphone tetap lekat ditangan. Sungguh pemandangan yang kontras dan berwarna warni.Â