Penelitian ini dimulai dengan tinjauan literatur yang mencakup teks-teks klasik dan modern mengenai sekte-sekte dalam Islam. Ini termasuk pernyataan penafsiran, tradisi lisan dan karya-karya ilmiah tentang perbedaan dan kemiripan sekte Sunni dan Syiah serta sekte-sekte lainnya. Kajian ini juga mencakup kritik terhadap penelitian-penelitian yang telah mengeksplorasi sejarah kemunculan kelompok-kelompok ini dan juga lingkungan sosial-politik mereka.
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan para cendekiawan dan praktisi agama dari berbagai sekte untuk mendapatkan pandangan internal mengenai keyakinan dan praktik mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup perspektif mereka tentang hubungan teologis, historis, dan hubungan antar sekte lainnya. Wawancara ini juga bertujuan untuk mendapatkan perspektif tentang peran toleransi dan dialog antar sekte di dunia kontemporer.
Observasi Partisipatif:
Peneliti juga berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan dari berbagai sekte untuk mengamati pola-pola ibadah dan interaksi sosial. Pengamatan semacam ini memberikan wawasan tentang bagaimana kelompok-kelompok ini berfungsi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim. Dengan demikian, peneliti akan dapat mengapresiasi dua cara di mana agama dikomunikasikan secara mendalam, praktiknya, dan hubungan di antara kelompok-kelompok yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan doktrinal yang mendasar di antara sekte-sekte dalam Islam, ada juga banyak kesamaan dalam pelaksanaan ritual keagamaan dan nilai-nilai moral. Sebagai contoh, baik Sunni maupun Syiah memiliki pandangan yang sama mengenai esensi dari lima rukun Islam serta prinsip-prinsip perilaku dasar. Namun, perbedaan dalam persepsi tentang peristiwa-peristiwa sejarah, dan kepemimpinan komunitas Islam paling sering menyebabkan bentrokan.
Dinamika sosial antar kelompok memiliki pertimbangan sosial dan politik. Dalam beberapa konteks, perpecahan antar kelompok dieksploitasi untuk tujuan politik yang dapat memperburuk ketegangan antar komunitas. Itulah alasan mengapa perlu untuk menganalisis konteks sosial dan politik ketika berhadapan dengan masalah sekte dalam Islam. Sebagai contoh di wilayah ini, di beberapa negara, krisis perpecahan antara Sunni dan Syiah juga dipolitisasi sehingga menyebabkan kekerasan dan pergolakan sosial.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa ada upaya yang dilakukan oleh semua kelompok untuk membangun dialog dan kolaborasi. Inisiatif-inisiatif ini dan lebih banyak lagi yang telah dibuat dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati dan memahami antar kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semua perbedaan yang ada, ada juga dorongan untuk mempromosikan perdamaian dan pemahaman di antara para pemeluk agama Islam.
KESIMPULAN
Metodologi yang berorientasi pada sektarian Islam dalam mempelajari Islam meningkatkan pemahaman akan kompleksitas dan keragaman di antara umat Islam. Melalui pemahaman yang bersifat inklusif dan dialogis, harapannya adalah pemahaman antar kelompok akan meningkat dan kekerasan yang dipicu oleh perbedaan keyakinan akan berhenti. Hal ini memerlukan langkah lebih jauh untuk menginterogasi isu-isu dalam penelitian ini dalam konteks yang lebih global. Fokus lainnya adalah untuk secara aktif mempromosikan dialog antar kelompok sebagai cara untuk memastikan masyarakat yang lebih cinta damai.