Mohon tunggu...
Athiyyah
Athiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

membahas mengenai kemajuan keperempuanan, kesehatan dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesan Persuasif

14 Juli 2024   12:30 Diperbarui: 14 Juli 2024   12:36 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merubah Stereotip Peran Perempuan Dalam Relasi Kesalingan Dengan Laki-Laki

Salah satu dari banyaknya stereotip bersumber dari pandangan gender. Kerap kali dugaan-dugaan karakteristik dan sifat terhadap seseorang timbul dari penilaian secara kasat mata seperti cara berpakaian, gaya bahasa dan intonasi saat berbicara, pandangan mata, penyampaian suatu topik obrolan yang dapat dijadikan sebagai brand values seseorang untuk dikenal " bagaimana" dan "seperti apa".

Mempunyai personal branding dari berbagai kalangan orang-orang yang kita kenal, akan menjadi nilai tambah untuk diri sendiri. Baik dalam lingkungan bermasyarakat atau pun dalam lingkungan pendidikan dan komunitas. 

Hal ini juga menjadi sesuatu yang menjadi perhatian dalam pendekatan diri dengan seseorang untuk sekedar menjadi kerabat, rekan kerja bahkan menjadi pasangan. Dalam menjalani peran sebagai makhluk sosial yang mempunyai relasi, tentunya hal ini menimbulkan banyak pandangan gender baik dari laki-laki kepada perempuan dan begitu pun sebaliknya.

Ada berbagai cara untuk memandang perkembangan gender. Beberapa orang menekankan faktor biologis dalam perilaku perempuan dan laki-laki, sedangkan yang lain menekankan faktor sosial atau kognitif. Menurut Le Doux dalam Santrock dari buku Educational Psysicology  bahwa pendekatan biologis menjelaskan perbedaan dalam otak perempuan dan laki-laki dilihat dari corpus collosum nya, sekumpulan sel saraf yang menggabungkan dua belahan otak. Perempuan memiliki corpus collosum 30% lebih tebal dibandingkan laki-laki, hal ini menjelaskan emosional perempuan yang lebih peka ( sadar ) daripada emosional pada laki-laki (Amin,2018 )

Ini terjadi karena otak kanan dalam bertugas mampu meneruskan lebih banyak informasi ke otak kiri. Bagian otak yang terlibat dalam pengungkapan emosional menunjukkan lebih banyak aktivitas metabolis pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Sehingga hal ini menyebabkan perempuan menjadi lebih sensitif dan lebih berhati-hati secara emosional. 

Kemudian, pada bagian lobus parietal yang berfungsi dalam keterampilan visual dan ruang pada laki-laki lebih besar 6% daripada perempuan. Hal ini lah yang menjadikan laki-laki menjadi makhluk objektif dan menjadikannya realistis dalam menilai sesuatu.

Perempuan kerap kali mengasosiasikan kebutuhan perasaan kepada laki-laki sebagai tempat bercerita, bersandar dan berkeluh kesah untuk memperoleh perhatian secara psikis dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Meskipun, hal tersebut dapat diperoleh dari orang terdekat seperti orang tua dan saudara. Namun, sebagian memilih melampiaskan kepada pasangan karena tidak terpenuhinya ekspetasi perolehan solusi saat bertukar fikiran bersama orang-orang terdekat tersebut.

Dalam hal ini, dapat dikatakan kebutuhan perasaan tersebut lebih terpenuhi dengan prespektif yang sama melalui rekan sejawat baik laki-laki atau perempuan. Relasi kesalingan ini lah yang menimbulkan rasa nyaman dan percaya dari perempuan dan laki-laki.

Namun, dalam hal tersebut membuat perempuan mempunyai kegilaan nya tersendiri untuk mendapatkan perhatian tersebut. Dengan kata lain, ada kutipan kalimat gen z yang saat ini sangat menjadi tolak ukur terhadap perlakuan perempuan kepada laki-laki yaitu "cegil". Sifat yang tumbuh melalui  cara lingkungan menunjukkan bagaimana perempuan diperlakukan, membuat banyak para wanita melakukan banyak hal untuk memperoleh validasi tersebut. 

Di era kemajuan globalisasi internet dan smartphone, sosial media seringkali digunakan untuk menambah teman atau kenalan baru untuk sebuah kedekatan. Kerap kali kemajuan teknologi ini menjadi sumber penyalahgunaan terhadap diri sendiri hanya untuk " seorang " yang mengisi waktu luang dan kekosongan pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun