Mohon tunggu...
Suharyati (Athi')
Suharyati (Athi') Mohon Tunggu... -

Kutuangkan setiap goresan tintaku di sini, berharap ada saudara, sahabat, teman, yang bersedia memberi kritik dan saran dalam setiap tulisanku ^^

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ijazahku Kelak untuk Apa Ya?

13 Februari 2014   14:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nggak tau kenapa, dari dulu tuh pengen banget kuliah, padahal gak tau juga nanti ijazahnya mau buat apa. Bermanfaat atau enggak? Atau tuh ijazah cuman akan menuh-menuhin lemari arsip di rumah. Hehehe . . . Hmm . . . itu belum seberapa, masih banyak celoteh orang sekitar yang berkomentar “Buat apa sih kamu kuliah, sekarang kan tanpa kuliah saja kamu udah bisa kerja? Buang-buang duit aja! Tuh lihat, yang sudah bertitel sarjana aja banyak yang nganggur? Mau nambahi daftar sarjana yang menganggur ya?”

Curhat dikit, soal suka duka ku mulai kuliah dulu. Yang baik boleh ditiru, tapi yang jelek jangan ya!!

Selepas lulus SMK pengen banget langsung lanjutin kuliah, dan karena waktu itu Bapak bilang “Nak, Bapak gak janji bisa nguliahin Kamu, adikmu masih perlu biaya untuk sekolah.” Nah mikir kan? Gimana carane bisa kuliah, tapi gak terlalu ngerepotin orang tua. Akhirnya ikut tuh program Bidik Misi, itu lho program penjaringan siswa berprestasi dan tidak mampu untuk bisa melanjutkan kuliah di PTN (kurang lebih penjelasannya seperti itu). Setelah penantian cukup lama menunggu pengumuman Bidik Misi itu, Alhamdulillah aku gak lolos, hehe (walau gak lolos harus tetep disyukuri dong!).

Ohh iya, dari awal aku gak mau ikut ujian-ujian tes masuk, seperti SNMPTN, Seleksi Mandiri, dan sejenisnya itulah. Selain males, buang-buang duit kali yaa! Hehe. Bidik Misi gak lolos, eh ada ajakan dari temen yuk ikut daftar kuliah di AA YK*N, bisa masuk pake nilai rapor, kalo rata-rata di atas 7 bisa dapet potongan dan yang penting DIJAMIN lulus langsung kerja. Waktu itu, nekad berdua sama temen ke kampus tersebut, daftar. Aku daftar belum ijin sama orang tua (takut gak dibolehin) dan bayar biaya pendaftaran pake hasil tabungan uang jajan, dikala itu beli formulirnya cuman Rp 50.000,- (sekarang cuman, dulu uang segitu dibela-belain puasa deh pas istirahat). Alhamdulillah aku DITERIMA, seneng dong, jelas! Sampe rumah cerita panjang lebar sama Bapak, beliau cuman bilang “akan diusahakan”. Namun ternyata penantian panjang tersebut kembali menelan pil pahit, karena sampe batas akhir daftar ulang, aku harus menyerah pada nasib. Nasib bahwa aku gak bisa bayar biaya daftar ulang. Huuhuhhuhuuu Sejak saat itu baru sadar, ternyata biaya untuk kuliah gak sedikit ya? Tapi kok masih banyak di sekitar kita yang orang tuanya kerja siang-malam biar anaknya bisa sekolah tinggi, eh dianya malah cuman nongkrong di kampus, alias ogah-ogahan belajarnya.

Udah deh, menyerah saja pada nasib, memupus mimpi dan keinginan buat kuliah. Setelah melewati beberapa tahap seleksi kerja akhirnya aku bisa kerja di sebuah perusahaan swasta. Sebulan, dua bulan, tiga bulan kerja, ternyata asik juga ya kerja. Bisa beli apa saja pake uang sendiri, tanpa harus minta orang tua. hehehe

Setahun berjalan ternyata keinginan buat kuliah masih kuat. Jadilah galau, duhh aku kuliah apa lanjut kerja ya? Kalo kuliah, nanti yang biayain kuliahnya siapa? Dapet beasiswa pun pasti tetep butuh ongkos tuh untuk PP dan ngerjain tugas. Kalo kerja, ahh pokoknya pengen kuliah. Titik. Mulai deh cari info ke sana ke mari, kira-kira universitas mana yang membuka kelas sore alias kelas karyawan. Dan ternyata benar, kalo udah niat, pasti ada jalan walau jalannya gak semulus dan selancar jalan tol. Hehehe. Singkat cerita jadilah aku kerja sambil kuliah eh apa kuliah sambil kerja ya?? Hmm . . . sama ajalah pokoknya.

Dua hari yang lalu ada semangat lagi untuk terus menuntut ilmu, walau menuntut ilmu itu bisa melewati jalan formal maupun informal, dan gak semua ilmu bisa kita pelajari di bangku sekolah. Yah, dua hari lalu ada yang mengajakku “Dik, besok kalo ada kesempatan kita sama-sama lanjut S2 ya!” (Padahal S1 aja belum kelar, udah mikir S2). Aku memang belum tahu jika lanjut S2 nanti uang untuk bayar biaya kuliahnya akan dari mana, dan yang lebih belum aku tau nanti ijazah S2 ku buat apa ya? Orang ijazah S1 saja belum tau buat apa besok. Tapi satu yang aku yakini, kalo ada niat pasti ada jalan dan gak ada kok ilmu yang gak bermanfaat, asalkan kepinteran yang kita punya nanti gak digunain buat minterin orang aja, seperti …. (jawab sendiri ya!)

Terakhir, kemarin browsing-browsing nemu dua pendapat dari Mario Teguh Vs Bob Sadino, Seberapa Penting Kuliah (Berpendidikan)? Nah kalo kalian sepakat yang mana?

Bob Sadino: “Mau kaya? berhentilah sekolah atau berhentilah kuliah sekarang juga, and start action, karena ilmu di lapangan lebih penting daripada ilmu di sekolahan atau kuliahan.”

Mario Teguh: “Berhati-hatilah dengan orang yang membanggakan keberhasilannya walaupun dia berpendidikan rendah. Itu tidak boleh dijadikan dalil. Pendidikan itu penting. Buktinya, dengan pendidikan yang sedikit saja, dia bisa berhasil, apalagi jika dia terdidik dengan lebih baik. Bukankah kita dianjurkan untuk menuntut ilmu sampai ke negeri Cina? Dengan ilmu, segala sesuatu bisa mencapai kualitas tertingginya.”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun