Mohon tunggu...
Athira Dwi Rahaeni Putri
Athira Dwi Rahaeni Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

Saya adalah orang yang suka menulis kan pengalaman saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kunjungan Mahasiswa PMM4 UM ke Gubuk Klakah untuk Memperdalam Pemahaman tentang Keberagaman Budaya Setempat Melalui Pengenalan Tari-tarian Tradisional

15 Maret 2024   18:30 Diperbarui: 15 Maret 2024   18:33 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Minggu, tanggal 3 Maret 2024, kelompok PMM 4 UM Cakrawala Nusantara yang terdiri dari 24 mahasiswa dari seluruh Indonesia didampingi oleh Bapak Slamet Fauzan, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Agung Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing dan Liaison Officer Modul Nusantara melakukan kunjungan ke salah satu desa wisata yang ada di Malang. Desa Gubuk Klakah terletak di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang yang merupakan desa wisata yang indah dengan pemandangan alam yang luar biasa. 

Adapun tujuan dari kunjungan mahasiswa tersebut yakni untuk memperkenalkan budaya setempat dengan mengeksplor, berinteraksi dengan masyarakat setempat, mencicipi kuliner setempat, serta melihat dan mencoba secara langsung tarian tradisional dan mempelajari makna dalam tarian tersebut. Pada modul nusantara kali ini, mahasiswa juga didampingi langsung oleh pak Hery selaku narasumber dan merupakan Kamituwo Desa Gubuk Klakah. 

Desa Gubuk Klakah yang sekarang telah menjadi tempat wisata yang diminati oleh banyak pengunjung siapa sangka dahulu hanya merupakan desa biasa saja. Pak Hery mengatakan bahwa "Basic desa wisata ini yang mendirikan adalah anak-anak mahasiswa KKN. Anak-anak KKN mengajari kita tentang desa wisata di desa biasa, jalan akses kesini dulu jalannya hancur, rusak parah". Pak Hery juga melanjutkan bagaimana perjuangan beliau dan peran anak KKN untuk membesarkan desa tersebut pada waktu itu melalui website dan vidio sehingga desa tersebut bisa dipandang seperti sekarang.

"Kami berjuang dengan anak KKN, mulai dari anak KKN bikin proposal, kita ajukan ke kabupeten dan Alhamdulillah di ACC, bantuan terbesar waktu itu adalah legalisasi lembaga. Mulai tahun 2012 sampai sukses itulah jasa mereka yang tidak terlihat, dan Allah yang akan membalasnya" jelas pak Hery. 

Pak Hery juga memperkenalkan sanggar tari yang beliau bimbing sendiri. Sanggar tari gratis yang merupakan sebuah wadah yang siap menerima anak bangsa yang ingin belajar dan mengembangkan kebudayaan Indonesia di masa kini dan di masa depan. "Siapapun boleh belajar disini, guru tarinya youtube dan keinginan mereka untuk belajar" kata pak Hery. Begitulah semangat anak-anak bangsa yang ingin belajar dan mengembangkan kebudayaan setempat. Beliau juga memperkenalkan tari khas kecamatan Poncokusumo yaitu tari Beskalan Putri.

dok.pri
dok.pri
Setelah berbincang singkat, para penari menampilkan tariannya masing-masing, mulai dari anak-anak hingga gadis remaja menampilkan beberapa tari-tarian tradisional, dimulai dari tari goyang-goyang, Tari Banyuwangi hingga tari topeng. Para mahasiswa juga dipersilahkan mencoba ikut menari-kan tari-tarian tersebut, dengan antusias para mahasiswa bersemangat mencoba belajar tari yang baru pertama mereka lihat secara langsung. Kegiatan ini tentu saja akan menjadi pengalaman yang luar biasa bagi mahasiswa yang berasal dari berbagai penjuru tanah air tersebut. Mereka tentunya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin sudah tidak dapat mereka ulang kembali nantinya. Dengan mempelajari irama, gerakan, dan makna dari tarian tersebut akan menambah kecintaan kita akan budaya nusantara. 

dok.pri
dok.pri

dok.pri
dok.pri

Kegiatan Modul Nusantara kali ini diakhiri dengan makan siang bersama makanan khas Jawa yaitu Nasi Jagung. Sebagian besar mahasiswa baru pertama kali mencoba makanan tersebut, hal ini merupakan sebuah pengalaman baru lain yang mereka dapatkan di pulau Jawa. Kegiatan ini mempererat persatuan dan toleransi akan perbedaan kebudayaan yang ada di Indonesia dan menciptakan pengalaman serta mengukir cerita baru bagi para generasi penerus Bangsa. 

"Bertukar sementara, bermakna selamanya"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun