Di malam yang dingin dan sepi, saya memulai perjalanan dari Kota Yogyakarta menuju Kota Bandung. Kereta malam itu, dengan deru mesinnya yang menggetarkan jiwa memasuki Stasiun Tugu Yogyakarta. Kursi-kursi penuh dengan penumpang yang antusias, meskipun angin malam yang menusuk hingga ke tulang membuat kondisi begitu beku. Perjalanan kereta itu berlangsung selama tujuh jam yang panjang. Tidak ada yang bisa mengalahkan sensasi menembus malam dengan kereta, melihat pemandangan yang menyelinap melewati jendela, dengan suara roda kereta yang berdentum seperti musik tidur.
Saat akhirnya matahari mulai mengintip di ufuk timur, kereta itu tiba di Bandung tepat pukul 05.23. Suara ayam berkokok membangunkan kota, jalanan yang masih berserakan dengan keheningan subuh, dan toko-toko yang mulai membuka pintunya satu per satu. Saya melangkah ke jalan layang, melihat manusia-manusia mulai bergerak untuk memulai aktivitas harian mereka.
Braga, jalan bersejarah yang telah menyimpan banyak cerita dari masa lalu, menjadi pilihan pertama saya untuk menjelajahi Bandung. Langkah pertama saya ketika menginjakkan kaki lagi di kota ini membawa saya ke lorong-lorong klasik Braga yang masih memancarkan pesona masa kolonial Belanda. Bangunan-bangunan tua dengan arsitektur khas Belanda menatap saya dengan kemegahannya, sementara aroma kopi yang menguar dari kedai-kedai tradisional mengundang saya untuk melangkah lebih dalam ke dalam sejarahnya yang terpatri kuat.Â
Menyusuri Braga, setiap sudutnya terasa mengundang untuk dijelajahi. Saya melangkah masuk ke dalam Museum Konferensi Asia Afrika, sebuah bangunan yang menyimpan memorabilia dan kenangan dari peristiwa sejarah penting pada tahun 1955. Merasakan atmosfer ruang konferensi, saya hampir dapat mendengar gemuruh suara pemimpin-pemimpin dunia pada masa itu. Tidak jauh dari situ, Gedung Merdeka yang megah tampak berdiri tegak. Bangunan yang menjadi saksi bisu perumusan Pancasila ini masih memancarkan semangat kemerdekaan yang begitu kental. Saya tak bisa menahan diri untuk tidak terpesona dengan aura kemegahan dan arti sejarah yang tersemat dalam setiap dindingnya.
Namun, pesona Braga tidak hanya terpaut pada jejak sejarahnya yang mengagumkan. Kehidupan malamnya yang riuh diisi dengan hiruk pikuk aktivitas pengunjung yang menyerbu kafe-kafe modern, restoran-restoran bergaya, dan toko-toko souvenir yang berjejer rapi. Suasana yang berubah dari masa ke masa memberikan Braga nuansa yang selalu mengalami evolusi, tetapi tak pernah kehilangan pesonanya.