Mohon tunggu...
Athifah Mumtazah
Athifah Mumtazah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alfakir

Langkah besar tak akan mampu terwujud, tanpa diawalinya dengan langkah kecil, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Dakwah Millenial

4 Juli 2021   08:57 Diperbarui: 4 Juli 2021   09:07 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengenal Generasi Millennial

Generasi milenial merupakan generasi modern yang hidup di pergantian milenium. Secara bersamaan di era ini teknologi digital mulai merasuk ke segala sendi-sandi kehidupan. Di Indonesia sendiri tercatat ada 81 juta yang merupakan generasi Milenials dari jumlah 255 juta penduduk yang  telah tercatat. Badan Pusat Statistik (BPS) telah memperkirakan, Indonesia akan menikmati era bonus demografi pada tahun 2015-2035, Tak heran banyak lembaga survei yang mencoba untuk membaca potensi mereka tak terkecuali dalam kacamata pemerintahan.

 Melihat adanya peluang besar dalam diri millennial, pemerintah tak hanya berhenti pada pengembangan politik, namun terus merebak pada gaya hidup millennial yang tentu berkiblat pada sistem sekuler yang ada.  Seperti halnya yang disampaikan KH. Ma'ruf Amin bahwa saat ini K-Pop dan tayangan drama asal Korea Selatan digemari anak muda Indonesia. "Maraknya budaya K-pop diharapkan juga dapat menginspirasi munculnya kreatifitas anak muda Indonesia dalam berkreasi dan mengenalkan keragaman budaya Indonesia ke luar negeri," ujar Ma'ruf saat memberi sambutan secara virtual pada peringatan 100 Tahun Kedatangan Warga Korea di Indonesia, Ahad (20/9). Yang rupanya hal itu untuk terus terjalinnya hubungan Indonesia dan Korea di bidang ekonomi investasi, teknologi dan pendidikan

Maraknya Narasi radikalisme pun juga tak terlepas pada sasaran millennial. Wacana pun muncul dari tanggapan pejabat pemerintahan bahwa generasi milenial sangat mudah terpapar radikalisme dari media sosial. Generasi milenial dianggap menjadi target utama penyebaran paham radikalisme, yakni berusia 17---24 tahun. Hal inilah yang menyebabkan milenial kehilangan ketahanan ideologis, mudah mengikuti budaya dan gaya hidup hedonis, serta semakin mengukuhkan hegemoni kapitalisme dan penjajahan asing atas mereka.

Upaya Moderasi Hancurkan Generasi

Pelibatan generasi muda dalam penguatan moderasi beragama sedang terus digencarkan pemerintah. Targetnya adalah dalam rangka mencegah dan menanggulangi paham radikalisme dan terorisme yang digadang-gadang sebagai ancaman serius dan berbahaya bagi bangsa ini. Proyek moderasi Islam dan deradikalisasi kini seakan menjadi primadona kebijakan penguasa hari ini.

Maka,maraknya krisis moral dan kriminalitas yang berbasis teknologi di kalangan generasi muda pun menjadi niscaya. Tanpa benteng negara, berbagai kerusakan begitu mudah tersebar luas di kalangan mereka, membentuk lifestyle yang jauh dari nilai-nilai adab, apalagi halal-haram. Bahkan tak hanya di kalangan remaja atau pemuda, di kalangan anak-anak kecil pun kerusakan sudah merajalela. Hal ini diperparah kebijakan pendidikan kapitalistik yang melulu bicara pembentukan soft skill dan hard skill, fasih berbicara soal link and match dengan industri atau pasar kerja. Namun yang disayangkan, minus dari penanaman nilai-nilai moral, apalagi identitas ideologi. Dalam hal ini penancapan karakter mereka sebagai seorang muslim.

Dan sudah saatnya, kesadaran politik Islam generasi muda Islam mulai menggeliat, tentu saja musuh-musuh Islam tidak akan tinggal diam. Mereka bekerja terstruktur, sistematis, dan masif untuk terus membungkam kesadaran politik Islam kaum muslimin.

PBB sebagai corong untuk menyuntikkan ide-ide demokrasi dan kepentingan negara Barat, akan selalu mengontrol negara anggotanya atas nama ratifikasi. Plan of action to prevent violent extremism, merupakan propaganda AS yang diadopsi PBB untuk seluruh negara anggotanya.

Terdapat dua isu kritis kepemudaan dalam dokumen ini. Pertama, terdapat upaya untuk menjauhkan pemuda muslim dari pemahaman Islam yang benar. Kedua, terdapat upaya untuk membajak potensi pemuda muslim dalam rangka mempertahankan hegemoni Negara Barat. Keberpihakan rezim Jokowi dengan mengeluarkan Perpres 7/2021 tentang Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstremisme (RAN-PE) adalah sikap tunduk terhadap skenario global ini. Sehingga, narasi radikalisme akan terus dikumandangkan untuk semakin meningkatkan ketakutan generasi muda Islam terhadap ajaran Islam.

Nyatanya, bukan radikalisme yang menjadi ancaman bagi generasi milenial atau masyarakat luas. Namun, ada paham lain yang sangat mematikan dan berbahaya jika generasi milenial terpapar. Paham ini sudah lama ada dalam sistem kapitalisme sekuler, yaitu paham sekularisme, pluralisme, dan liberalisme (disingkat jadi "sipilis"). Ditambah dengan gaya hidup sekuler liberal yang diminati sebagian besar generasi milenial.

Saatnya Millenials Bangkit 

Ketika anak muda melihat demokrasi telah gagal memberikan kesejahteraan dan mewakili aspirasi masyarakat, Islam menjadi pilihan yang harus diambil para pemuda akibat iman yang terpancar dalam hati dan pikiran mereka.

Tentu saja keimanan menjadi modal dasar untuk melahirkan kesadaran politik Islam. Kesadaran politik yang jernih dengan tidak mencampurkan Islam dengan pemikiran kufur, seperti pemikiran yang lahir dari sekularisme dan demokrasi. Begitu pun kesadaran politik yang tidak diboncengi kepentingan kekuasaan pribadi.

Para remaja dan pemuda Muslim sudah saatnya sadar bahwa di pundak mereka kelak akan diletakkan amanah memimpin umat dan membangun negeri. Masa muda bukanlah masa untuk menceburkan diri dalam suasana hedonisme, bersenang-senang tanpa batas halal dan haram, sambil berpikir bahwa umur masih panjang.

Di antara para remaja, ada golongan remaja yang membuat Rasulullah saw. takjub. Mereka telah mampu memilih orientasi hidup yang jelas, bisa membedakan mana yang mengantarkan mereka pada rida Rabb-nya dan mana yang akan menjerumuskan pada murka-Nya.

Untuk itu para pemuda harus melakukan sejumlah hal: Pertama, hujamkan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna; Kedua, kaji Islam sebagai ideologi, bukan sekadar ilmu pengetahuan. Ketiga, senantiasa memiliki sikap berpihak pada Islam, bukan netral, apalagi oportunis demi mencari keuntungan duniawi.Keempat, terlibat dalam dakwah Islam demi tegaknya syariah dan Khilafah Islam. Sungguh kemuliaan Islam hanya bisa tampak bila umat, khususnya kaum muda, senantiasa berdakwah untuk menegakkan Islam. 

Sekaranglah saatnya anak muda meninggalkan pemikiran kufur dan batil yang telah memengaruhinya. Kaji, pahami, dan terapkan pemikiran Islam yang hanya lahir dari dalil syariat. Dengan terus berjuang agar segera hidup di atas akidah dan syariat, dalam institusi negara bernama Khilafah Islamiah. Sebuah institusi yang akan menyatukan semua potensi umat melawan hegemoni kekufuran dan hegemoni kapitalisme global. Maka,Millenials Muslim pun tak boleh terjebak pada propaganda Kapitalis Barat,dan wajib pula bagi kita untuk membongkar kedok kedzhaliman mereka. Sampaikan dakwah Islam ke seluruh komunitas masyarakat tanpa rasa takut dan gentar, karena orang beriman meyakini Allah selalu melindungi dan memberikan kekuatan. Sesungguhnya, hanya Islam kafah yang akan membawa generasi muda selamat dunia dan akhirat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun